23.

134 18 2
                                    

Tiba tiba ingatan itu kian melekat bayangan bayangan masa lalu, tentang masa kecilnya yang begitu pedih tentang kebencian yang semakin mendalam, tapi ingatan itu tiba tiba hadir kembali

"aku gak bunuh siapa siapa!"

"gara gara lo mami jadi meninggal, kenapa gak lo aja yang meninggal, gue gak sudi banget punya adek kayak lo"

"bang maafin aku, jangan benci aku bang"

"udah deh sekarang lo pergi aja gue males banget liat muka lo!"

Gadis malang itu beranjak dari duduknya lalu pergi begitu saja dari rumah tersebut, karena pertengkaran mereka tidak di ketahui orang tuanya, ia benar benar pergi, dia juga benci kenapa harus di lahirkan seperti ini

Tanpa lelahnya terus terusan berjalan, tanpa tau arah karena ia masih kecil baru umur 7 tahun hanya tangis dan ingatan ketika abangnya selalu menyalahkannya

Sudah jauh ia pergi dari rumahnya jalannya pun ia tak pernah tau ia berada di mana, duduk di depan toko yang sudah tidak berhuni sepi hanya tangisannya yang kian menderu

"siapa kamu?"

Gadis itu mendongak menatap siapa yang mengajaknya berbicara, dengan mata yang memerah karena tangisannya sendiri

Dia masih saja diam tanpa menjawab pertanyaan menundukkan kepalanya dan mengeratkan kakinya

"aku Erik" dia mengulurkan tangannya

"aku Reni" sambil mengulurkan tangannya

"kenapa kamu menangis Reni?" tanya Erik sedikit heran

"gak, hmm hmm" sambil sesekali menghapus air matanya

"rumah kamu di mana, apa kamu tidak memiliki rumah?"

"hheemm he huaa" Reni masih saja menangis

"gimana kalau kamu tinggal di rumah aku aja Reni?"

"emang gak apa apa Erik?"

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Suasana di rumah sungguh mencekam, hening tanpa ada yang membuka percakapan antara orang tua dan anak

Dia anak yang baru berusia 8 tahun beraninya berkata kasar dan menyalahkan adiknya bahkan membentaknya dan mengusirnya

"sekarang Papah gak mau tahu kamu cari adik kamu!!" bentaknya

"aku gak mau punya adik pembunuh!"

"jaga omongan kamu! kamu masih kecil di ajari siapa?" gertaknya lagi

"lebih baik Papah anterin aku ke Bandung aku mau tinggal sama nini aja!"

"kalau kamu mau Papah akan antar kamu saat ini juga!!"

Gengaman tangannya benar benar mengepal, ia juga sangat sangat membenci adiknya, yang ia kira telah membunuh ibunya, padahal itu semua sudah takdir

Ia kemasi perlengkapan sekolahnya dan tak lupa mainannya ia beresi semua, ia bersumpah tak akan pernah menginjakkan kakinya di rumah ini lagi

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

"Reni kamu makan yang banyak biar gendut kayak aku" sambil tersenyum melahap ayam gorengnya

AKU YANG TERLALU MENCINTAIMU [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang