Kapal Stefan dan Devon berangkat menuju pulau kecil di barat daya.
Stefan melamun di dekat tiang-tiang penyangga kapal. Ia dapat merasakan angin laut yang begitu menusuk hatinya.Hati.
Dia bahkan masih belum mempercayai ini semua. Kepergian Bara. Kenangan bersama Bara dulu. Serta pesan terakhir Bara yang begitu memberatkannya."Hai... kok sendirian?" tanya Randai, yang tiba-tiba berada di hadapan Stefan.
Stefan terperangah, "Eh, kak Randai. Iyah"
"Kak Randai boleh duduk disini?" tanya Randai.
"Boleh dong, masa gak boleh" ujar Stefan.
Lalu Randai pun duduk di dekat Stefan. "Gimana keadaan kamu sekarang?" tanya Randai.
"Syukur, udah mendingan kak" jawab Stefan.
"Alhamdulillah kalau gitu, mmm... udah makan?" tanya Randai.
"Belum" jawab Stefan.
"Makan yuk!" ajak Randai.
"Makan apa?"
"Ada... sandwich, ada snack, ada mie, ada ayam, udah kak Randai ungkep dari rumah, tinggal di goreng. Epan mau makan apa?" tanya Randai.
Lantas Stefan memerhatikan mata Randai yang begitu berbinar. Dia turut memegang pipi Randai dengan lembut. Jari-jari kecilnya perlahan bergerak ke dalam mulut Randai. Stefan berkata, "Aku mau makan nasi goreng buatan kak Randai"
Randai terdiam sejenak, menatap mata si tampan itu dengan lamat. Dia membiarkan jemari Stefan nakal didalam mulutnya. Randai pun tidak memberika responsif atau turut menghisap jari Stefan di sela mulutnya. Dia hanya menatap mata Stefan. Sekali lagi, dia terpesona dengan cinta abu-abunya itu. Lalu Randai terenyak, dan mengambil tangan kanan Stefan yang masih iseng di mulutnya. Dia pun menghentikan gerakan tangan Stefan, lalu menggenggam tangan si cinta abu-abunya itu. "Iya. Kak Randai buatin ya. Ayo, ke pantry!"
"Ayo!" Stefan berdiri bersama Randai, lalu berjalan penuh rasa bahagia bersama Randai menuju dapur kapal.
~
Randai turut memasukkan bahan-bahan seperti cabai, potongan tomat, bawang merah, bawang putih dan bumbu lainnya kedalam ulekan. Lalu Randai pun menumbuk dan mengulek semua bahan itu menjadi satu.
"Wiihh.. kak Randai jago ngulek, loh! Hebat!" puji Stefan.
Randai tersenyum seketika, "Epan bisa ngulek gak?" tanya Randai.
"Bisa. Tapi gak sejago kak Randai kayaknya" jawab Stefan.
"Lama-lama juga jago, karena biasa" ujar Randai.
Lalu tiba-tiba Devon muncul, "Kak Randai ini... emang jago masaknya, Faan!"
"Oh ya?"
"Iya. Epan coba aja kasih bahan seadanya ke kak Randai, pasti bisa di sulap jadi makanan enak" ujar Devon.
"Bohong! Jangan dengerin kak Dave, Fan!" ujar Randai.
Stefan tertawa cekikikan pada kedua laki-laki itu. Laki-laki tampan yang sudah ia mantapkan untuk ia sayangi.
Tak lama nasi goreng itupun jadi dan Stefan pun langsung mencicipinya.
Randai dan Devon tersenyum menatap Stefan.
Stefan seketika merasa aneh di tatap dua cogan seperti itu. "Loh, kok pada ngeliatin? Gak pada laper?"
"Oh iya" baik Devon maupun Randai keduanya saling salah tingkah ketika ditanya seperti itu oleh Stefan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...