Stefan yang masih menikmati buaian lumatan bibir Randai tersebut, kemudian memeluk tubuh Randai, serta menggantungkan kakinya pada punggung Randai.
Lalu Randai bangun, namun Stefan tak berhenti melumati bibir Randai sehingga posisi mereka kini berciuman sambil duduk berhadapan.
Kemudian Randai pun berdiri lalu berjalan keluar sambil menggendong tubuh Stefan yang sudah basah kuyup. "Sssttt... jangan berisik" kata Randai pada Stefan, sambil tertawa kecil.
Stefan menyengir menahan tawanya, "Oiya. Maap! Ke kamar Bara aja!"
"Oke" Randai hanya bersuara dengan napasnya. Seiring membawa tubuh Stefan ke kamar Bara di lantai atas.
Di rumah itu hanya ada Mama Bara saja yang sudah terlelap. Sedang Papa Bara sedang berada di Korea untuk urusan bisnis restoran Indonesianya.
Randai dan Stefan terduduk di atas kasur Bara yang bed covernya tidak pernah di ganti semenjak meninggalnya Bara. Stefan turut menciumi area wajah Randai. Dimulai dari bibir, pipi, hidung, telinga sampai leher. Intinya malam ini apapun milik Randai, miliknya juga. Sedang Randai turut membalas ciuman itu. Seiring nafas mereka saling memburu.
Stefan perlahan melepas baju yang dikenakan Randai. Sehingga dia dapat melihat badan Randai yang sangat menawan dengan otot-otot sempurna ditiap lekukan.
Randai kemudian beralih dari sisi Stefan. Dia berdiri seketika. Membuat Stefan penasaran dan bertanya, "Kak Randai mau kemana?"
"Sebentar ya..."
Randai lalu pergi ke kamar mandi yang ada di kamar Bara tersebut. Stefan duduk di ranjangnya dengan bingung. Seiring dia melihat ke dalam celananya sambil ragu. Apakah semuanya sudah sempurna untuk Randai. Karena ini pertama kalinya untuk ia dan Randai dapat melakukan hubungan intim.
Seketika Randai keluar bersama sebuah gayung yang berisi air, serta sabun cair dan busa kecil.
Stefan mengernyitkan keningnya. "Itu untuk apa, kak?"
Randai kemudian berjongkok di hadapan kaki Stefan. "Akhirnya kak Randai bisa melakukan ini ke kamu, Fan!" ujar Randai.
"Hah? Maksudnya?" tanya Stefan, masih bingung.
Randai menuangkan setetes sabun kental di atas busa kecil tersebut. Lalu kemudian, Randai mengambil kaki Stefan, menggosokkan segenggam air lalu di bersihkannya kaki Stefan menggunakan busa yang berisi air tersebut. "Ini niat kak Randai sebelum kita mau melakukan itu"
Begitu romantisnya Randai di mata Stefan, ketika dia dengan sudi mau membersihkan kaki mungil Stefan yang putih. "Kak Randai so sweet banget sih?"
Randai hanya tersenyum sambil terus melakukannya. "Sekarang yang sebelahnya lagi ya"
Stefan tersenyum melihat Randai yang tulus membersihkan kakinya tersebut.
Setelah selesai membersihkan kakinya, Stefan langsung mengambil tubuh Randai dan menariknya sampai mereka berdua terjatuh di atas ranjang Bara yang empuk.
Randai kembali melumati bibir Stefan lagi dengan manis. Begitu juga dengan Stefan yang pasrah diapakan saja oleh Randai malam ini. Toh, dia juga tidak bisa munafik. Bahwa separuh hatinya sangat mencintai Randai.
Seiring Randai menjadi orang yang serba tergesa-gesa. Dia segera melepaskan pakaian yang dikenakan Stefan, berikut juga dengan celana Stefan. Randai dapat melihat penis Stefan yang panjang, sudah mengacung ke atas. Dia tersenyum penuh bahagia. Akhirnya dia bisa melihat juga ukuran penis Stefan yang berwarna putih dengan kepalanya yang berwarna merah muda.
"Kecil ya?" tanya Stefan pada Randai dengan raut wajah yang takut Randai kecewa.
Randai tersenyum lagi pada Stefan, "Imut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...