Randai dan Stefan bingung, mengapa mereka sama sekali tidak saling melepaskan pelukan tersebut.
Seketika Randai merasakan ada sesuatu yang mengganjal, di area selangkangannya. Dia bagai merasakan sesuatu yang bergerak disana. Terang saja, dia merasakan penis Stefan yang sepertinya tengah mengacung dihadapannya dan menyentuh bagian selangkangannya. Randai pun bersuara, "Sapi..."
"Hmmm.." tanya Stefan yang masih memeluk tubuh Randai tersebut.
"Sapi..." Randai bingung untuk mengatakannya. Dia takut salah ngomong, "Sapi... ereksi ya?"
Stefan pun spontan melepas pelukannya lalu, memeriksa bagian bawah miliknya. Sial. Benar saja, penis Stefan berdiri tegak sekali. Lebih dari biasanya. Stefan salah tingkah. Dia bingung. Dia sangat bergairah sekali. Dia ingin sekali melakukan hubungan seks. Tapi Devon sedang tertidur. Tidak mungkin Stefan membangunkannya. Stefan juga tidak bisa merayu atau membujuk Randai untuk melakukan seks dengannya. Karena dia sendiri pun yakin Randai juga tidak memiliki perasaan apa-apa padanya.
"Kamu kenapa, Sapi?" tanya Randai sambil memegang wajah Stefan dengan lembut.
Stefan gelisah. Dia sudah sangat tidak bisa untuk menahan rasa candu yang ada pada dirinya. Rasanya dia ingin sekali mencium bibir Randai, atau bahkan menelanjangi Randai dan memaksanya melakukannya. Tapi dia juga tidak mampu untuk melakukan itu. Dia sedang berusaha untuk setia pada Devon, pamannya. Dan dia juga terlalu sayang kepada Randai, dan menganggapnya seperti kakak sendiri. Kalau nekat, bisa saja Stefan mencoba untuk memperkosa Randai. Tapi sekali lagi, Stefan tidak bisa dan ingin melakukan itu. Tapi hatinya bagai terus membujuknya untuk mengeksekusi tubuh Randai yang sama sekali belum pernah dicicipinya.
Randai mencoba menenangkan Stefan. "Epan... tenang, Epaann!"
"Sshhhh... aku gak kuat!!!" Stefan bergegas lari ke kamar Devon dan mengunci pintu kamarnya.
Randai yang bingung, memilih diam dan terduduk di meja makan. Dia membingungkan sikap Stefan kepadanya. Padahal jika dia harus jujur, dia sudah berharap banyak pada Stefan tadi. Bahwa Stefan akan mengajaknya melakukan hubungan intim, paling setidaknya untuk mencium bibirnya saja. Randai hanya bisa menghela napasnya dengan berat.
~
Stefan yang sudah bergairah dengan nafsunya itu. Turut menghampiri pamannya yang tertidur pulas di kamar. Lalu dia melepaskan segala pakaiannya.
Stefan yang benar-benar telanjang bulat itu, langsung melepaskan celana pamannya, sampai Devon hanya mengenakan bajunya saja. Stefan dapat melihat penis pamannya yang masih tidur dan tidak besar, mungkin karena belum sedang ereksi, terlebih juga Devon sedang tertidur lelap.
Kemudian Stefan pun mendekati wajah pamannya yang matanya sedang terpejam. Mulutnya sedikit terbuka karena sudah sangat pulas. Bedanya, Devon tidak mendengkur seperti om-om kebanyakan. Itu yang Stefan suka. Lalu Stefan tersenyum ke arah pamannya itu. Dia pun mulai melakukan aksi nakalnya yang sudah seminggu lebih, pasca kesembuhannya, lama dia tidak lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Fiksi RemajaCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...