Kyle bangun dari tidurnya dan dia melihat ke samping kirinya. Masih ada Stefan disana dengan posisi tidur yang masih sama. Lantas Kyle tersenyum dan mengelus-elus wajah Stefan. "Masih pules ya, sayang?" tanya Kyle pada Stefan yang masih tertidur. Lalu Kyle mencium pipi Stefan dengan lembut.
Kyle bangun dari tidurnya dan bergegas mandi di kamar mandi. Setelah mandi dan merasa segar, Kyle melihat Stefan masih tertidur pulas di tempat tidurnya. Kyle melepas handuknya kemudian mengambil baju di lemari. Kemudian dia menyisir rambutnya dengan rapih. Setelah itu, barulah dia turun ke meja makan untuk ikut sarapan bersama Mama Bara.
"Eeehhh si ganteng udah bangun" ujar Mama. "Epan mana? Belum bangun?"
Kyle menggeleng, "Belum Ma"
"Kamu mau makan apa? Roti, sereal?"
"Sereal boleh deh Ma" ujar Kyle.
Lalu Mama pun menyiapkan sereal coklat dengan susu di mangkuk untuk keponakan kesayangannya itu. "Tadi malem kamu ngapain aja sama Epan?" tanya Mama.
Kyle menjawab seadanya, "Ngerayain ulang tahun bareng aja kok, Ma?"
"Kalian make love?" tanya Mama serius.
Kyle terdiam sejenak. Tapi dia sa sekali tak canggung untuk menjawab. Dia manggut-manggut. "Iya"
"Pakai kondom?" tanya Mama.
Kyle lalu menggeleng dengan sayu.
"Lain kali, stay safe, Kyle!" cetus Mama.
Kyle mengangguk, "I'll be fine, Mom"
Sejujurnya Kyle sedikit merasa bersalah karena dia meniduri Stefan dengan cara memberikannya obat tidur. Sehingga hal itu dilakukan seakan begitu memaksa.
Sementara di kamar Bara, Stefan terbangun dengan kepala yang begitu ringan. Sejurus dia membuka selimutnya dan terkejut begitu melihat tubuhnya sama sekali tidak mengenakan sehelai benangpun. Stefan melotot bukan main, lalu dia mencoba meraba-raba bagian lubang duburnya. Benar saja, terdapat sisa-sisa sperma disana. "Kyle brengsek!!!"
Stefan buru-buru ke kamar mandi dan mencuci seluruh badannya dengan bersih. Dia kesal dengan Kyle yang begitu lancang menjamah tubuhnya tanpa sepengetahuannya. Sejujurnya Stefan sangat tidak suka dengan cara Kyle yang begitu bejat seperti itu. Dia merasa telah di paksa. Dia merasa di perkosa. Dia tidak melakukannya dengan cinta.
Stefan yang sudah rapih keluar dari kamar Bara dan menghampiri Kyle di meja makan.
"Epan... udah bangun, sayang?" ujar Mama.
"Hai, Fan!" sapa Kyle.
"Epan pamit pulang ya, Ma" ujar Stefan.
"Loh, kok buru-buru? Sarapan dulu yuk!"
Stefan memandang ke arah Kyle yang sedang tersenyum kepadanya. Lalu dia berujar pada Mama Bara lagi, "Maaf Ma, Epan gak bisa satu meja sama orang lancang! Permisi" Stefan pun keluar dari rumah Bara tersebut dengan langkah yang cepat. Dia masih belum menerima dengan tindakan Kyle yang begitu keterlaluan tadi malam.
"Fan!!! Stefan! Tunggu dulu laaah" uajr Kyle menghentikan langkah Stefan di halaman rumah.
"Mau apalagi lu, hah?" teriak Stefan sambil berkaca-kaca. "Belum puas lu, sama apa yang lu lakuin ke gue tadi malem?"
"Fan... dengerin dulu..."
"Males gue dengerin omongan yang keluar dari mulut busuk lu, Kyle!" cetus Kyle.
"Fan! Emangnya gue salah, kalau minta hadiah ulang tahun dari lu?" tanya Kyle.
"Tapi gak gini caranya, Kyle! Lu tuh merkosa gue, bukan tidur bareng gue! Lu gak malu apa?" tanya Stefan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...