Mohon doanya agar saya bisa cepat sembuh dan rajin update. ~ Lara Indrawari.
"Om Devon pulang-pulang matanya udah sembab. Kayaknya dia abis nangis gitu. Dia darimana sih? Dari rumah koh Epan?" tanya Sadha pada Stefan di bangku taman depan kelasnya, saat jam istirahat pertama mulai.
Stefan membeku mendengar ucapan Sadha barusan. Dia sama sekali betul-betul merasa bersalah dengan pamannya itu. Mata Stefan sudah berkaca-kaca. "Dia nangis, Dha?" tanya Stefan.
Sadha mengangguk. "Mukanya merah gitu! Kasian"
"Ya ampun, Om Epoooon..."
"Ada apa sih sebenernya, kak? Kenapa lagi?" tanya Sadha.
Stefan membuang napas penatnya, "Om Devon tadi pagi ke rumah, terus... dia liat koh Epan sama kak Randai... tidur sama-sama, Dhaaa"
Sadha menelan ludahnya berat, "Koh Epan sama kak Randai udah..."
"Iya!" Stefan menjawab sambil menutup wajahnya. Malu. Salah. Itulah yang dirasakannya kini. "Om Devon pasti dateng bukan cuma mau ngambil baju-bajunya. Tapi pasti niat sebelumnya bukan itu. Dia pengin baikan sama koh Epan. Tapi koh Epan... ssshhitt!!!!"
Sadha mengelus-elus pundak kakaknya itu dengan lembut. "Koh Epan sabar... sekarang Sadha harus apa, koh???"
"Sadha gak perlu ngelakuin apa-apa. Koh Epan gapapa kok! Koh Epan pantas dapetin hukuman ini" ujar Stefan.
"Tapi Sadha gak mau liat Om Epon dan Koh Epan perang dingin begini" ujar Sadha.
Stefan hanya terdiam, kemudian tersenyum paksa sambil menepuk-nepuk pundak adiknya itu.
~
"Gimana nih?" tanya Kyle pada Stefan yang duduk di sampingnya setelah selesai jam istirahat. Kini Bu Andini tengah memberikan materi tentang pelajaran bahasa Indonesianya.
Stefan hanya menoleh ke arah Kyle sebentar dengan tatapan geram, lalu kembali memperhatikan Bu Andini di depan.
Kyle membujuk lagi pada Stefan, "Epaaan... lu bisa dateng kan ke acara ulang tahun gue?"
"Cckk! Diem, Kyle" ujar Stefan dengan suara pelan. Ia tidak mau kena semprot Bu Andini, guru yang terkenal sangar tersebut.
"Payah! Pokoknya kalau sampe lu gak dateng, gue bakal batalin acaranya!" cetus Kyle, bersuara pelan.
"Bagus deh" ujar Stefan bersuara pelan.
"Faaan! Lu kenapa sih??" tanya Kyle. Lalu dia pun mencolek telinga Stefan dengan jari kirinya. "Epaaan"
Stefan tiba-tiba berteriak, "KYLE, LU BISA DIEM GAK SIH??!!!"
Seisi kelas mendaratkan perhatiannya pada Stefan. Termasuk Bu Andini. "Stefannus Mahendra! Main-main kau disana???" tanya Bu Andini.
Stefan memberikan sisa tatapan geramannya pada Kyle tadi ke Bu Andini.
"Bisa kamu maju ke depan?" tanya Bu Andini.
Stefan lalu berdiri dari duduknya dan maju ke depan kelas, menghampiri Bu Andini.
Rahayu dan Saras lagi-lagi terheran-heran dengan Stefan dan juga Kyle. "Itu pasti ulah si Kyle lagi, Yu!" ujar Saras pelan.
"Sssttt" Rahayu tidak ingin ia dan Saras yang menjadi sasaran empuk dari Bu Andini.
"Ngapain kamu tadi? Becanda, di saat jam pelajaran saya???" tanya Bu Andini, "Bisa kamu berikan contoh, bentuk tulisan yang baik dan benar di papan tulis?"
Stefan tanpa perlawanan, namun tetap teguh dengan raut masamnya, menuliskan tiga contoh kalimat bagus di papan tulis, berikut dengan bentuk hurufnya sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...