Stefan di sepanjang perjalanan hanya duduk diam di kursi depan mobil Randai.
Devon yang duduk di belakang hanya bisa memandangi keponakannya yang tengah bersedih.
Sedangkan Randai yang menyetir, turut merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Stefan kini. "Maafin kak Randai ya, Fan. Gara-gara kak Randai, kamu jadi gini"
Stefan menyunggingkan senyuman kecil pada Randai. "Gapapa, kak. Bukan salah kak Randai, lagi. Malahan aku bersyukur, kedok Kyle selama ini akhirnya kebuka juga"
Randai turut tersenyum lebar, "Iya, sama-sama, Epaan"
Kemudian Stefan menoleh ke belakang dan melihat ke arah pamannya disana.
Devon hanya memandangi Stefan dengan senyuman manisnya, begitu juga dengan Stefan yang turut melebarkan senyumnya pada Devon.
"I miss you..." ujar Devon tanpa suara ke arah Stefan.
Stefan tersenyum lalu menjawab balik tanpa suara, "Miss you too, Uncle"
Sementara Randai dapat melihat dari kaca spionnya raut wajah Devon dan juga gerakan mulutnya. Jujur dia sedikit merasa... cemburu.
"Epan mau pulang ke rumah yang mana, Fan?" tanya Randai seketika.
Stefan tertegun ketika Randai menanyakan itu padanya. Dia bingung harus memilih tinggal sama siapa kini.
"Hayoo... ditanyain kak Randai tuh!" ujar Devon sambil sedikit tertawa.
Randai pun tertawa singkat.
Melihat keduanya tertawa seperti itu, Stefan merasa bahwa hidupnya selalu akan baik-baik saja selama ada mereka berdua. "Aku harus milih nih?"
"Terserah kamu, Fan" ujar Devon.
"Terserah Epan aja mau pilih tinggal sama siapa" ujar Randai lembut.
"Mmm... kalo sama Om Devon? Boleh gak kak Randai?" tanya Stefan hati-hati.
"Loh, kenapa gak boleh? Ya boleh lah" jawab Randai dengan senyuman.
"Tuh, boleh kan. Bilang apa dong ke kak Randainya?" tanya Devon.
Stefan tersenyum, "Makasih kak Randai"
"Sama-sama Stefan" jawab Randai lembut.
~
Setibanya di rumah Devon, Stefan langsung menemui Sadha di kamarnya. "Oy!"
Sadha menoleh dan langsung menghampiri kakaknya itu. "Koh Epan???"
Mereka berpelukan sejenak saling melepas rindu. "Koh Epan kesini lagi. Sadha udah kangen banget sama koh Epan"
"Iyaaa. Koh Epan juga kangen sama kamu, Dha!" ujar Stefan.
"Mmm... koh Epan udah gak sama Kyle lagi, kan?" tanya Sadha.
Stefan tersenyum dan menggeleng. "Koh Epan sekarang cuma mau sama Om Devon... atau gak... kak Randai" Stefan mendadak kelu menyebut nama itu.
Sadha kemudian berujar dengan hati-hati, "Tapi bukannya seharusnya... koh Epan pilih Om Devon aja, kak? Untuk selamanya. Untuk seumur hidup. Supaya kita sama-sama terus?"
Stefan menundukkan kepalanya, "Koh Epan gak bisa, Dha. Koh Epan sayang banget sama Om Epon... dan koh Epan juga..."
"Enggak, kak. Koh Epan gak akan bisa memaksakan hati koh Epan untuk orang yang gak cinta sama sekali ke koh Epan!" ujar Sadha.
"Kamu jangan ngomong begitu lah, Dha... gak enak kalo kedengeran kak Randai ah" ujar Stefan.
"Sadha tau kok, kalo koh Epan cuma memegang amanat dari Almarhum kak Bara aja kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...