Bab 28

1K 77 34
                                    

Setelah Devon pergi, sayangnya rasa gundah melanda perasaan Kyle dan menggebu-gebu. Kyle yang notabene macho dan atletis itu sejujurnya belum pernah menemukan cinta yang  begitu dalam, sedalam cinta Devon kepada Stefan tadi. Kyle kini malah di ambang rasa bimbang yang meruap. Memastikan apakah rasanya ini juga sebuah kesalahan atau hanya fantasi semata. Kalaupun ini merupakan permainan, tapi untuk apa kedepannya kelak. Sungguh dia membingungkan perasaannya sendiri. Terlebih setelah ia mendengar kalimat-kalimat Devon yang begitu memberikan aura positif untuknya.

"Kyle kenapa bengong?" tanya Stefan seketika.

Kyle pun terkesiap dan memberikan senyuman canggung pada Stefan, "gapapa, Epan"

Stefan tersenyum penuh arti pada Kyle. Lalu dia membelai rambut dan pipi Kyle. "Kamu mirip banget sama Bara kalau lagi ngelamun"

Kyle tersenyum lagi. Lalu kemudian dia membuka suara, "Aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu, Fan?"

Sedikit heran dengan sikap Kyle yang biasanya to the point, Stefan hanya mengiyakan saja, "Boleh, tanya apa?"

"Kenapa kamu milih aku? Kenapa kamu gak ikut pulang sama Om Devon, Fan?" tanya Kyle lembut, lebih lembut dari Randai.

Stefan tertawa kecil, "Jadi salah nih, kalau aku maunya sama kamu?"

Kyle ikut tertawa singkat, "Bukannya gitu, cuma kan... Om Devon itu keluarga kamu, ya... seharusnya kamu lebih memilih keluarga kamu sendiri, bukan orang baru seperti aku"

Stefan tertegun seketika, lalu dia menjawab, "Kalau Om Devon bisa kasih aku kesempatan berkali-kali, kenapa aku gak bisa kasih kamu kesempatan walau cuma sekali?"

Kyle terdiam bungkam. Hatinya tiba-tiba meyakin dalam sekejap. Ini salah. Orang seperti Stefan, tidak boleh di lepaskan.

~

"So, my brother! Jadi gimana? Stefan? Devon?" tanya Jeff antusias. Dia tahu bahwa adik semata wayangnya itu selalu bisa di andalkan.

Kyle takut-takut untuk menatap mata kakaknya itu. Dia tidak tahu harus mulai darimana. Yang jelas, begitu dia sudah tiba di kantor polisi, dia sudah mengumpulkan keberanian sampai sejauh ini untuk menemui Jeff. "Gue udah jadian sama Stefan. Dan Om Devon udah tau tentang itu" jelas Kyle.

Jeff tersenyum sumringah, "What??? Serius lo???"

Kyle manggut-manggut.

"Waow!!! Its awesome, dude! Akhirnyaaaa... terus... reaksinya si Devon gimana?" tanya Jeff semangat.

"Sakit, udah pasti. Dan kemaren dia ke rumah untuk jemput Stefan pulang, tapi Stefannya gak mau" jawab Kyle.

Jeff bertepuk tangan membanggakan adiknya itu. "Bravo brother! Bravo!!! Gila! Ini berita yang gue tunggu-tunggu!"

Kyle pun terdiam memandangi kakaknya yang begitu bersemangat dan bahagia.

"Terus... ini kenapa? Kok muka lu kayak gak seneng gitu?" tanya Jeff.

Kyle membuang mukanya dari pandangan Jeff. Dia menutup wajahnya dan menyeka dengan kencang. "Gooosshhh..."

"Kenapa sih lu?" Jeff terheran.

"Kak Jeff udah dapetin apa yang kakak mau, kan?"

"Then?"

"Gue rasa udah cukup sampai disini ya kak. Gue gak mau nyakitin siapapun lagi" ujar Kyle.

"What? Maksud lu?"

"Gue mau berhenti mainin perasaan orang lain, hanya untuk kepuasan diri gue sendiri. Terlebih itu elo, kak" jelas Kyle.

"Hah? Eh, lo gak bisa gitu dong, Kyle!" Jeff mulai sewot.

"Gue udah terlanjur beneran sayang sama Stefan, kak! Bahkan Devon aja rela biarin Stefan tinggal dengan gue, hanya biar keponakannya itu bahagia" ujar Kyle lagi.

"Loh, memang itu kan yang sama-sama kita mau! Ngeliat Devon menderita!"

"Devon itu tulus banget sama Stefan. Dan gue juga bisa rasain, kalau Stefan juga tulus dan masih sayang banget sama Devon. Dan dua-duanya harus berkorban demi orang asing kayak gue, yang tiba-tiba masuk dalam kehidupan mereka!" ungkap Kyle.

Jefd tertawa kecil, "Lo jadi kayak gini tuh sebabnya apa sih, Kyle? Kenapa lu mendadak sok suci gini?"

"Mungkin karena gue baru sadar, kalau gue itu gak tau diri, kak! Tinggal di hati orang-orang yang tulus"

"Bullshit, Kyle! Kalau lu jadi lemah begini, mereka akan nginjek-nginjek lo, sama seperti mereka ngebuang gue dulu"

"Mungkin karena mereka bisa baca lebih dulu, kalau lu itu pendendam, kak. Tolong, kalau lu mau jadi orang yang mendendam rasa benci sampai lu mati, jangan bawa-bawa gue, kak" jelas Kyle.

DARRR!!! Jefff memukul meja, "Lo gak boleh giniin gue! Gue ini abang lu, njing!!! Seharusnya lu dukung dan bantu keputusan gue, Kyle"

"Justru itu, kak. Ini saatnya untuk lu ambil keputusan yang baik, kak. Lu berhenti usik kehidupan mereka. Dan lu harus terima keadaannya sekarang" ujar Kyle.

"Sok suci lu anjing!!!" BUGGGKKK!!! Jeff menonjok pipi Kyle hingga membiru pilu.

Kyle terjatuh ke lantai dan tak mempercayai sikap kakaknya itu terhadapnya. Dia benar-benar yakin bahwa keputusannya saat ini adalah yang terbaik dan tepat.

Kemudian dua orang polisi masuk ke ruang pengunjung tersebut dan menyeret Jeff yang meronta-ronta kembali ke selnya.

Kyle keluar dari ruangan itu dan menemukan Randai yang duduk bersandar di dinding dengan raut wajah penuh pertanyaan. Kyle tertegun dan sedikit panik begitu melihat Randai dihadapannya kini.

"Well, Kyle... seharusnya saya sudah tahu, bahwa ada sesuatu yang aneh dengan kamu selama ini" ujar Randai.

Kyle membelalakan matanya. Bibirnya gemetar. Jantungnya berdegup cepat. "K-kak Randai..."

"Dan semestinya saya juga harus lebih cepat sadar, bahwa kamu dan Jeff itu adalah kakak beradik" tambah Randai.

"Maksud kak Randai apa sih, aku gak ngerti" tutur Kyle.

"Kamu tau jelas kok, maksud saya itu apa!" ungkap Randai.

Kyle menelan ludahnya dengan berat. Otaknya langsung berpikir cepat. Nama Stefan langsung terbesit di otaknya. Anjrit! Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kalau saja yang tengah memergokinya bersama Jeff adalah Devon, mungkin dia masih bisa beralasan dan berkelit pada Stefan. Tapi ini Randai. Orang terjujur dan terbaik menurut Stefan. Mana mungkin Stefan tidak memercayainya. Sial.

Randai melanjutkan, "Dan seharusnya... yang jadi pertanyaan kamu tadi itu adalah... apa jadinya... kalau Stefan atau Devon... sampai tau tentang kamu, juga kakak kamu dan rencana busuk kalian berdua?"

Kyle melotot dengan penuh kecemasan yang melanda jiwa dan pikirannya. Padahal pikirnya, dengan caranya terhadap Jeff tadi akan menyelesaikan semuanya. Tapi nyatanya malah menimbulkan masalah baru yang lebih membatu. Kyle ingin berubah menjadi orang yang lebih baik lagi untuk Stefan. Tapi bagaimana caranya ia akan membuktikan itu pada Stefan kalau kekasihnya itu sampai tahu tentang ini semua. Terlebih itu dari Randai.

Jujur, Kyle baru saja mendapatkan hati Stefan, dan ia tidak ingin jika harus kehilangan Stefan dalam waktu yang singkat.

"Stefan gak boleh dihianatin seperti ini, Kyle! Dia harus tau tentang ini!" cetus Randai sambil berjalan meninggalkan Kyle ditempatnya.

TO BE CONTINUED...

Buat yang belum follow, jangan lupa follow saya ya.

Terus berikan vote dan komen juga ya, agar ceritanya terus di update!
Jangan sampai kolom komentar sepi. Hehehe.

Jangan lupa juga di share ya ke temen-temen kalian. :*

Terima kasih. Lara.

MISTAKES SEASON 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang