"Kak Randai... please, kak! Kak Randai tolong dengerin dulu penjelasan aku, kak!" ujar Kyle sambil mengejar Randai menuju parkiran.
"Saya sudah mendengarkan semua percakapan kamu sama kakak kamu itu dengan jelas. Jadi saya rasa, kamu gak perlu lagi jelasin apapun ke saya" ujar Randai.
"Justru itu, kak Randai! Kak Randai tadi gak liat aku di pukul sama kak Jeff karena apa?"
Randai menghentikan langkahnya. Dia menoleh pada Kyle, "Karna apa?"
"Karna aku udah gak mau lagi ikutin semua cara dia, kak! Aku benar-benar ingin berubah. Aku gak mau balesin dendamnya kak Jeff lagi. Makanya dia mukul aku tadi" jelas Kyle.
"Kenapa?"
"Kenapa apa?"
"Kenapa kamu mau berhenti ikutin semua perintah Jeff?" tanya Randai.
"Karena... karena aku udah terlanjur sayang dan cinta sama Stefan, kak! Aku gak bisa nyakitin orang yang aku sayang, dan juga orang-orang di hidupnya" jawab Kyle.
"Kamu sayang sama Stefan?" ulang Randai.
Kyle mengangguk.
"Kamu beneran cinta sama dia?"
Kyle mengangguk lagi. "Iya kak"
"Kalau gitu maaf! Dia harus tau semua ini, Kyle!" Randai kembali berjalan lagi.
"Untuk apa???!!!" teriak Kyle pada Randai. "Untuk apa lo ngelakuin semua itu Randai??? Hah???"
Randai berhenti melangkah lagi.
"Lu pengen terlihat bernilai di mata Stefan??? Lu pengen jadi pahlawan buat dia???"
Randai terdiam sejenak.
"Percuma! Lo gak akan pernah jadi nomor satu buat dia. Karena di hati dia... cuma ada satu nama! Yaitu Devon! Bukan lo, Randai" jelas Kyle.
Randai tertegun dengan ucapan Kyle barusan.
"Lo gak akan bisa jadi pemenang di hati Stefan. Lo sendiri tau itu, kan?" ujar Kyle.
Randai geleng-geleng melihat sikap Kyle. Kemudian dia berujar, "Good! Saya jadi semakin yakin bahwa kamu memang gak pantes buat Kyle!" dia kembali melangkah dan bergegas menemui Stefan.
Jantung Kyle memacu dengan hebat. Aliran darahnya naik. Sarafnya tegang. Ini bahaya. Sangat bahaya.
Di mobil di dalam perjalanan, Randai segera menelpon Stefan. Dan saat itu ia bersyukur karena Stefan mengangkat telponnya.
"Halo, ada apa kak?" tanya Stefan.
"Fan, kamu dimana?" tanya Randai.
"Di rumah"
"Rumah siapaa???"
"Rumah Bara lah, kak. Ini ada apa sih? Kok kak Randai tegang gitu? Kak Randai gapapa?" tanya Stefan.
"Fan, dengerin kak Randai, kamu sekarang pergi ke rumah Om Devon! Segera!"
"Kenapa, kak?"
"Pokoknya tolong dengerin kak Randai, Stefan. Please"
"I-iya, kak. Aku segera kesana"
"Oke. Hati-hati Stefan"
"Iya kak"
~
Setibanya di rumah Devon, Randai segera mengetuk-ngetuk pintu rumah Devon dengan terburu-buru.
Devon pun membuka pintu rumahnya. "Randai... ada apa?"
"Kak... Stefan mana?" tanya Randai.
"Stefan? Stefan di rumah Bara lah, Dai. Dia masih tinggal disana" jawab Devon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...