Bab 18

1.2K 82 23
                                    

Malam harinya Stefan masih memeluk bantal di kamar lainnya. Dia tidak keluar kamar sejak sarapan tersebut. Dia bahkan memilih sendiri dan tidak tidur di kamar Devon. Stefan masih kepikiran soal kejadian tadi pagi. Meskipun dia tahu, dia sudah tidak perjaka lagi, namun dia sadar bahwa dia masih memiliki harga diri. Setiap kejadian di hidupnya begitu memberatkannya sampai kini. Pikirnya ini semua akan berakhir setelah ia mendapatkan donor hati dari Bara. Nyatanya, hidupnya malah bertambah buruk dari sebelumnya. Masalah demi masalah datang tak kunjung henti.

Kemudian Devon datang sambil membawakan segelas susu coklat panas di kamar tersebut. Lalu ditaruhnya susu itu di atas meja sisi tempat tidur. Devon naik ke kasur di sisi Stefan. "Epan kenapaaa?" tanya Devon lembut. Lalu dia melingkari kedua tangannya pada tubuh Stefan.

Tanpa Devon sangka, Stefan menolak pelukan hangat itu. Dia malah merasa sensitif. "Epan pengen sendiri dulu ya, Om, please"

Devon memandang Stefan dengan bingung. Namun dia berusaha mengerti dengan keinginan keponakannya itu. "Okay. Jangan lupa minum susunya ya"

Stefan mengangguk.

~

Di sekolah, Stefan merasa dirinya bimbang dan malas untuk bertemu dengan Kyle. Paling tidak duduk bersebalahan dengan Kyle yang bejat itu.

Di kelas hanya ada enam orang yang sedang beraktifitas. Dua orang sedang mengerjakan tugas. Tiga orang sedang mengepel lantai. Sedangkan satu orang lagi adalah Rahayu yang duduk sendiri membaca novel sambil sesekali melirik ke arah Stefan di tekpat duduknya.

Rahayu sekiranya dapat membaca sesuatu yang salah pada Stefan saat ini. Terlihat dari raut wajah Stefan yang sedikit pucat dan lemas. Tapi dia takut untuk menyapanya. Mengingat ucapan Kyle sabtu lalu.

Seiring Kyle datang dan langsung duduk di samping Stefan. Dia lalu menyunggingkan senyuman pada Stefan.

Namun Stefan merasa risi dan tak tertarik untuk melayani Kyle. Bahkan rasanya, dia sudah geli untuk dlbertahan duduk di sebelah Kyle. Sampai ketika, Stefan mengambil tasnya lalu pindah dari tempat duduknya.

Kyle yang melihat sikap Stefan pun turut bingung. Namun dia merasa hal itu wajar, karena dia tahu bahwa Stefan pasti masih marah kepadanya mengingat kejadian kemarin.

Stefan pun pindah dan duduk di sebelah Rahayu. "Gapapa kan, kalau mulai sekarang gue duduk disini, Yu?" tanya Stefan pada Rahayu

Rahayu tak menjawab apa-apa. Dia hanya melirik Stefan dengan tidak tenang. Sesekali melirik ke arah Kyle, sampai kemudian dia pun turut pindah tempat duduk ke bangku barisan kedua di pojok kiri. Giliran Stefan kini yang bertanya-tanya sendiri, ada apa dengan Rahayu. Mengapa dia menjauhinya. Mengapa dia tidak seramah seperti biasanya.

Sedang Kyle tertawa puas dalam hati. Lalu bergumam sendiri, Pada akhirnya nanti, lu bakal punya gue seorang, Fan. Bukan siapa-siapa. Tinggal tunggu waktunya aja.

~

Sadha duduk di bangku taman depan kelasnya yang berhadapan langsung dengan lapangan tenis sederhana sekolahnya. Dia tersenyum melihat permainan bulu tangkis dari dua orang dihadapannya kini. Tapi bukan dua orang tersebut yang menarik perhatiannya. Melainkan salah satu di antaranya.

"Jago ya dia" ujar Tisa, teman perempuan sekelas Sadha.

"Hah?" Sadha terkesiap. Dia kaget ketika Tisa tiba-tiba sudah duduk disampingnya dan tahu bahwa ia sedang mengamati lelaki berwajah asia itu.

"Dia kelas sebelas IPS satu"

"Udah tau!" jawab Sadha.

"Tau dari mana?"

MISTAKES SEASON 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang