Devon menepuk-nepuk pipi Stefan untuk membangunkannya. Namun tetap saja Stefan tak kunjung bangun. Dengan khawatir, Devon pun langsung melepaskan tali pada kedua tangan dan kaki Stefan. Sejurus Devon membaringkan tubuh Stefan di atas ranjang.
"Stefan bangun, Stefan... Om Devon terlalu kasar ya sama kamu?" tanya Devon pada Stefan. Namun Stefan tetap tak kunjung sadarkan diri.
Hingga demikian, Devon pun menyelimuti tubuh Stefan sampai sebagian pinggangnya. Lalu kemudian Devon mengambil handuk kecil dan air dingin untuk membersihkan luka-luka pada tubuh Stefan. Tidak ada luka serius disana, hanya beberapa bercak merah dan juga bekas cairan lilin tersebut yang tentunya Devon yakin akan memberikan rasa perih pada esoknya.
"Maafin Om Epon, Epan... Om Epon terlalu kasar sama kamu" ujar Devon sambil membersihkan luka Stefan. Devon menitihkan air matanya dengan penuh penyesalan.
~
Sementara masih di area sekolah, Sadha pun menjadikan juga niatnya untuk masuk ke eskul bulu tangkis. Disana dia bertemu dengan sebelas anak lainnya yang mengikuti kegiatan tersebut. Dimana pemimpin organisasi tersebut ialah Rafli Faishal. Orang yang di idam-idamkan oleh Sadha.
"Permisi kak..." sapa Tisa pada ruangan eskul yang sedang mengadakan pertemuan tersebut.
"Ya?" balas Rafli, "Lo siapa ya?
"Saya Tisa, kak. Anggota osis, kelas sepuluh" ujar Tisa. Sementara Sadha hanya bisa terdiam gugup.
"Oh iya, ada apa ya?" tanya Rafli.
"Saya mau nganterin anggota baru di eskul kakak, berikut dengan surat rekomendasi dari Pak Nugrah" ujar Tisa.
"Oh yaudah, lo masuk aja sini!" suruh Rafli pada Sadha.
Tisa mendorong Sadha untuk masuk ke dalam ruangan tersebut, sampai Sadha pun masuk ke dalam ruangan itu dengan perasaan tak keruan.
"Makasih ya Tis!" ujar Rafli.
"Sama-sama, kak. Kalau gitu saya permisi dulu" pamit Tisa.
"Iya" jawab Rafli. Lalu Rafli berujar pada Sadha. "Yaudah lu perkenalkan diri aja dulu"
Sadha mengangguk. "Baik, kak. Mmm... perkenalkan nama saya Sadha, perwakilan dari kelas sepuluh dua"
"Yaudah, lu boleh duduk. Kebetulan kita juga baru materi awal kok" ujar Rafli.
"Makasih kak"
"Sama-sama"
Hati Sadha sedikit meleleh melihat kebaikan Rafli kepadanya. Dia pun semakin yakin bahwa dirinya kali ini benar-benar menjatuhkan hatinya pada seniornya itu.
~
Sepulang sekolah Sadha pun tiba di rumah dan bertemu dengan Devon yang baru saja keluar dari kamar tamu.
"Om Devon maaf ya, Sadha pulangnya agak telat" ujar Sadha sambil mencium tangan pamannya.
"Iya, gapapa. Yang penting kamu udab chat Om Devon tadi. Oh iya, gimana eskulnya?"
"Menarik, Om! Mulai hari kamis aku mau beli raket ya, Om. Boleh, kan?"
"Boleh dong... nanti bilang aja kalau udah mau beli ya"
"Siap, Om" jawab Sadha, "Oh iya, Om. By the way... Koh Epan mana?"
"Ada di kamar"
"Kamar ini?"
"Iya"
"Kok bisa di kamar tamu?" tanya Sadha.
"Dia lagi kurang enak badan, kamu jangan dulu masuk kesana ya. Takutnya ganggu. Om Epon nanti juga mau tidur disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...