1. Namanya, Dokter Lily

1.6K 65 3
                                    

Hai beb,
Malemm😁
Cerita baru nih, semoga suka😘
Salam kenal buat new follower😚


Malam ini aku kembali berada diruangan serba putih dengan tirai menjuntai berwarna biru. Bau alkohol dan obat - obatan menusuk indra penciuman. Aku merasa mual. Tapi harus kutahan demi seorang ibu yang kini terkulai lemah diatas ranjang besi dengan selang oksigen terpasang dikedua lubang hidungnya.

Yah, dia Ibuku. Satu - satunya harta berharga yang kumiliki didunia ini.

Ibuku yang malang. Ibuku yang harus berjuang melawan penyakit jantung seorang diri tanpa ada suami yang mendampingi. Ibuku yang ...

"Bapak, Zio?"

"Ya?"aku menjawab panggilan perawat dengan nada sedikit menghentak. Kaget. Seakan abai dengan nada suaraku, perawat itu malah tersenyum ramah padaku.

"Ibu Gita sudah boleh dipindah ke ruang rawat inap,"beritahu perawat selanjutnya.

Aku bangkit menghampiri dengan menyandang jas dipergelangan tangan. Menyisakan kemeja putih melekat ditububku dengan tiga kancing terbuka dibagian atas. Tidak sempat berganti pakaian. Pengurus rumah tangga menelponku ketika sedang ada meeting dengan klien. Mengabarkan kalau ibu pingsan.

Seperti orang kesetanan, aku pergi meninggalkan ruang meeting begitu saja. Menimbulkan keheranan dari klien yang mungkin akan segera membatalkan kerja sama karena melihat ketidaksopananku tadi.

Entahlah, Cyntia bisa megurusnya nanti. Kalau sudah menyangkut ibu, otakku tak bisa lagi berpikir jernih.

"Bagaimana kondisi ibu saya?"

Perawat itu tersenyum malu - malu sebelum menjawab."Kondisi ibu Gita sudah stabil, pak."

Aku menggaruk alis yang tidak gatal. Kenapa dia jadi senyum malu - malu seperti itu? Memangnya ada yang lucu denganku?

"Lalu kenapa tadi bisa pingsan?"aku berdeham sekali karena senyum malu - malu perawat itu membuatku merasa tidak nyaman.

"Resep obat dari dokter Roby masih ada dan ibu rutin meminumnya. Semua saran dari dokter Roby juga sudah ibu lakukan. Tapi kenapa kondisi ibu saya bisa memburuk lagi?"

Perawat itu masih tersenyum seperti tadi. "Nanti kita akan evaluasi lagi ya, pak Zio. Ada beberapa faktor tertentu yang bisa mempengaruhi kondisi seseorang menurun dengan cepat. Salah satunya dari fikiran."

Dahiku langsung berkerut.

"Mungkin, ada sesuatu yang sedang ibu Gita pikirkan sampai membuat beliau stres. Dan itu sangat buruk untuk kesehatan jantungnya."

Sesuatu yang dipikirkan ibu sampai membuat stres? Pikiran apa?

"Pak Zio mau pakai kamar seperti biasa?"

Aku langsung mengangguk mantap. Ah, pertanyaan itu seperti resepsionis yang sedang menawarkan jenis kamar yang biasa kutempati di sebuah hotel mewah saja. Bedanya, ini kamar favorit setiap kali ibu diharuskan menginap di rumah sakit.

Kenapa kubilang kamar favorit? Entahlah, rasanya kamar itu memiliki aura berbeda dengan kamar - kamar lain dirumah sakit ini.

"Baik. Saya urus dokumennya dulu sebentar ya, pak."

Aku mengangguk mengiyakan. "Tunggu dulu ... kenapa dari tadi ..."aku menunjuk mulutku sendiri "... tersenyum malu - malu saat melihat saya? Ada yang aneh dengan muka saya?"

Bukannya menjawab. Perawat itu malah cekikikan sambil menutup mulut dengan tangan."Itu ... kancing baju pak Zio ... seksi,"lalu perawat itu berbalik dan sok sibuk mencari dokumen di dalam rak.

Lily (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang