12. Mine is Yours (2)

399 49 4
                                    

Selamat hari jumat😊
Jangan lupa sedekah hari ini,
Kalau disini sedekahnya cukup pakai senyum, teken bintang sama isi komen
😁😂😄😅
Selamat membaca

Weekend itu waktunya tidur tanpa harus diganggu bunyi alarm ketika jam enam pagi.

Weekend itu leyeh - leyeh sepuasnya sampai gabut merajalela sampai tingkat khatulistiwa.

Weekend itu saatnya ngebo karena aktivitas berulang yang dilakukan haya tidur, makan, lalu tidur lagi. Pokoknya weekend adalah hari bebas gangguan bagi Lily.

Tapi, tidak hari ini. Pagi - pagi sekali ia sudah bangun dan meluncur menuju dapur. Definisi weekendnya tidak berlaku untuk hari ini.

Malu dong kalau sebagai tamu disini harus bangun siang dan langsung menyendok nasi. Tatakrama itu tetap dilakukan karena lagi - lagi ia hanya seorang tamu.

"Selamat pagi,"sapa tante Gina ketika Lily muncul didapur dengan wajah bingung.

"Lily mau minum apa? Teh atau susu?"

"Se - lamat pagi juga tante,"Lily menyapa balik tante Gina dalam balutan slayer rajut tebalnya.

Berada diketinggian lebih dari tujuh ratus enam puluh delapan diatas permukaan laut, kota Bandung memang identik dengan hawa dingin. Padahal ini sudah hampir jam tujuh, tapi matahari masih enggan menyingsing dari peraduan.

"Sini duduk. Sarapan dulu. Tuh lihat sudah banyak makanan di meja,"tante Gina menunjuk makanan yang memenuhi isi meja. "Mau minum apa, sayang?"

"Saya ... biar saya ambil sendiri tante,"

"Eh, jangan gak usah. Ibu saja. Teh ya?"

"Kopi,"

"Suka kopi?"

Lily mengangguk.

"Kalau Zio malah gak suka kopi. Katanya pahit," tante Gina meraih teko dan memanaskan air. "Dia sukanya minum susu. Susu murni. Mungkin karena kesukaannya itu kulitnya jadi seputih susu,"tante Gina menoleh sekilas pada Lily lalu terkikik geli.

Lily hanya membalasnya dengan senyuman. Mencomot satu kue bandros yang diatasnya ditaburi keju.

Seperti inikah pagi Lara? Yang ketika duduk di meja semua makanan sudah terhidang lengkap dihadapannya.

Lily menggigit kue tradisional itu sambil tersenyum getir.

"Zio dan Mila sedang ke kebun teh,"tante Gina membaritahu sambil meletakkan secangkir kopi didepan Lily. "Sekalian mau melihat resort yang ada disana. Zio bilang tidur kamu pulas sekali makanya dia gak tega untuk bangunin."

Lily berhenti mengunyah. Dari mana dia tahu kalau tidurnya semalam sangat nyenyak? Bukannya dia marah karena semalam Lily menolak ajakannya untuk melihat bintang sambil minum teh? Pintu dibanting sampai engselnya hampir lepas.

"Terimakasih tante,"

Tante Gina tersenyum. "Kata Zio, Lily punya saudara kembar?"

"Iya, benar tante."

"Kembar identik?"

"Iya,"

"Waaah, pasti seru sekali. Jadi gak sabar pengen ketemu keluarga kamu,"tante Gina berucap ceria."Siapa nama ... adik atau kakak?"

"Adik tante. Namanya Lara,"

"Pasti sama cantiknya seperti kamu."

Lily tersenyum.

"Eh, Lily gak bisa panggil tante Ibu aja? Biar lebih akrab. Masa sudah jadi keluarga panggilannya tetap pakai tante?"

Lily mengangguk kaku. "Saya ... coba tante,"

Lily (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang