11. Mine is Yours (1)

434 48 13
                                    

Salam kenal untuk new followers😊
Selamat membaca dan semoga suka dengan part ini😚

Lily pikir, setelah mematikan data selama dua hari, Zio tidak akan bisa menemukan keberadaannya. Nyatanya prediksinya salah. Lily juga lupa kalau Zio seorang Big Boss yang semua keinginannya harus didapatkan bagaimanapun caranya. Termasuk dengan merekrut sahabatnya sendiri sebagai mata - mata.

Lily mendengus kasar ketika Debby melambai girang melepas kepergiannya bersama Zio di halaman parkir rumah sakit. Masih didengarnya juga suara nyaring Debby yang menyuruhkan untuk have fun dan tidak usah memikirkan urusan lembur.

Heh, sejak kapan Debby mau menggantikan tugasnya lembur saat weekend? Dan … Lily melirik Zio yang menyetir dengan tenang disampingnya. Sejak kapan mereka jadi akrab?

Malas bertanya, Lily membuang pandangan ke luar jendela. Menatap kesemrawutan jalanan kota Jakarta di sore hari.

"Rizam aku bebas tugaskan,"Zio memulai percakapan. "Aku juga bilang kalau teman kamu itu boleh pakai Rizam selama masa pembebasan masa tugasnya. Sebagai gantinya, dia bersedia untuk kujadikan mata dan telinga selama kamu kehabisan kuota data."

Hey. Lily seketika menoleh sinis pada Zio.

"Kenapa?"Zio mengalihkan pandangannya sebentar pada Lily sebelum kembali fokus menyetir. "Harusnya kamu bilang kalau data kamu habis dan gak punya uang untuk beli pulsa. Aku pasti isi kok. Mine is yours, sayang."

Lily menggelengkan kepala pertanda menyerah. Ia selalu kehabisan kata ketika berbicara dengan Zio. Serah dia deh mau ngomong apa.

"Gaji kamu berapa sih?! Setiap gajian itu ditanggal tua atau muda? Di rumah sakit gak dipasang wifi emang?"

Gaji gue ludes gara - gara dibuat bayar cicilan hp lo, sialan.

Tak berapa lama, Zio menepikan mobil. Mereka berhenti didepan sebuah toko ponsel merangkap konter pulsa.

"Tuan putri tunggu disini saja. Biar pangeran yang turun dan urus semuanya,"ucap Zio sambil menepuk dada. Lalu turun dan berlari kecil masuk kedalam toko.

Notifikasi pesan di ponsel Lily berbunyi. Pemberitahuan untuk pulsa sebesar lima ratus ribu sukses. Disusul dengan pesan kuota paket data kemudian.

Astaga, manusia satu itu niat banget ya bikin aku selalu kehabisan kata - kata.

"Sekarang sudah gak ada alasan lagi handphone kamu mati karena kehabisan data,"Zio masuk dan  mulai menginjak gas perlahan.

Masih dilihatnya pegawai toko yang tersenyum tersipu sambil saling berbisik ketika mobil yang Lily tumpangi meninggalkan toko.

"Kamu itu bodoh atau pura - pura bodoh? Polos atau hanya pura - pura polos?"gumam Lily lebih tepatnya berbicara pada diri sendiri. Tidak menyangka Zio akan mendengarnya lalu membalas.

"Terserah kamu saja menganggapku bagaimana. Suka - suka tuan putri."

Lily menepuk kasar tangan Zio yang berusaha menggenggamnya. Bukannya marah, laki - laki itu malah tersenyum lebar.

Ah, Lily benci senyuman itu.

Mungkin pepatah habis jatuh tertimpa tangga sangat cocok menggambarkan kesialan Lily hari ini. Kenapa Lily sebut kesialan? Tentu saja karena kesialan yang Lily sebut adalah ketika bersama Zio.

Ada saja hal baru yang selalu mengusik ketenangan hidupnya. Lily harus melakoni peran apalagi kali ini?

Kurang ajar sekali Zio berani membawanya kehadapan keluarga besarnya tanpa memberi tahunya terlebih dulu. Mau memaki dan mengumpatpun percuma. Ia sedang menjadi pusat perhatian sekarang. Tidak mungkin mulutnya mengeluarkan kalimat kasar dihadapan keluarga Zio yang menyambutnya dengan binar sukacita.

Lily (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang