26. Mama

577 58 8
                                    

Pesawat Zio sudah take off sepuluh menit lalu. Lily kembali duduk manis dimobil yang dikemudikan sopir Zio.

Mereka berpisah dipintu keberangkatan setelah berpelukan lama. Seakan hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu.

Lily mengetik pesan untuk Zio. Mengingatkannya untuk selalu hati - hati dan tidak lupa menghubunginya segera setelah sampai di Lombok.

Tenang Lily. Semua pasti baik - baik saja. Tidak perlu gelisah.

Lily tersenyum. Mensugesti dirinya  bahwa perasaan tidak nyaman yang dirasakannya hanya perasaan tidak penting. Jangan terlalu dipikirkan.

Ketika mobil berhenti karena macet, netra Lily tidak sengaja melihat mobil Papa berhenti bersisian dengan mobilnya.

Lily membuka kaca, hendak memanggil karena posisi kaca kemudi Papa juga dalam keadaan terbuka. Belum sempat membuka mulut, mobil Papa sudah bergerak maju karena arus laju mobil   didepan sudah mulai bergerak normal.

Bukannya melaju lurus, mobil Papa justru berbelok ke arah kiri. Arah menuju kota Bandung.

Awalnya Lily tidak terlalu memikirkan, mungkin Papa sedang ada janji temu bisnis dengan seseorang. Tapi pikirannya malah memikirkan yang tidak - tidak.

Iseng, Lily mendial nomer Papa karena sudah lama juga Lily tidak berbicara dengan beliau.

"Hallo, assalamualaikum. Lily, Pa. Papa ada dimana?"

"…"

"Baik, Pa. Papa sendiri?"

"…"

"Iya, maaf Lily gak ngabari Papa."

"…"

"Dirumah Debby. Papa ada dimana?"

"…"

"Dikantor? Lagi meeting?"mata Lily  menyipit mengikuti mobil Papa yang semakin jauh tidak terlihat.

"…"

"He'em. Lily nanti pulang kerumah. Sampai ketemu dirumah."

Kenapa Papa berbohong?

Didorong oleh rasa penasaran yang tidak biasa, Lily menyuruh sopir untuk menurunkannya di belokan depan.

"Tapi kata mas Zio saya harus antar non sampai kerumah sakit."

"Saya turun disini saja pak. Ada sesuatu yang harus saya beli,"Lily keluar dan buru - buru menyetop taksi. Tidak menghiraukan panggilan sopir Zio.

Setelah mendapatkan taksi, Lily langsung meminta sopir untuk mengikuti mobil Papa. Meski ya, taksi yang ditumpanginya tertinggal jauh dibelakang.

Tapi tenang saja, mereka pasti akan bertemu disepanjang ruas tol Jakarta Bandung. Lalu Lily akan tahu kemana arah tujuan Papa sebenarnya.

Lily meremas tangan. Perasaan tidak nyaman semakin menghantui.

Benar saja, taksi berwarna biru dengan lambang burung bangau itu berhasil menyusul mobil Papa. Tidak seperti taksi yang  melaju dengan kecepatan maksimal, mobil Papa justru melaju santai. Konsisten memilih ruas disebelah kanan tanpa menyalip kendaraan lain didepannya.

Hampir satu jam perjalanan berlalu dengan degup dada tak menentu. Lily akhirnya sampai disebuah pemakaman luas bertingkat dengan pemandangan pematang sawah dan bukit kecil disekelilingnya.

Ini … bukankah ini makam yang pernah dikunjunginya bersama Zio waktu itu?

Lily memandang sekeliling. Mencoba memastikan sekali lagi. Benar. Ini benar makam tempat Ayah Zio dikebumikan.

Lily (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang