Sebelumnya, meski terlambat sslamat tahun baru 2021 yaa🥳🥰😍
Semoga segala keingianan ditahun lalu bisa tercapai ditahun ini
Amiin😇
Selamat membaca😘Cinta dan kematian adalah dua hal yang pasti akan dihadapi oleh setiap insan, oleh karenanya jangan pernah takut untuk menghadapinya.
Bukan kematian yang Zio takutkan. Tapi melihat wanitanya terbujur kaku dengan mata terpejam diselimuti kain putih adalah pemandangan yang lebih menakutkan dari kematian itu sendiri.
Harusnya Tuhan memanggilnya saja, bukan Lily. Kenapa harapan dan doa tulusnya tidak didengar? Kenapa harus dia yang selalu ditinggalkan? Kenapa?
"Lily ... Kenapa jadi gini? Kenapa ... Gue minta maaf ... Maafin gue Lilyyy ... Beb, bangun. Jangan tinggalin gue. Kenapa lo harus pergi secepat ini ... Bangun, Lilyy ..."tangis Debby dan racauan kata maaf masih terdengar bersahutan didalam kamar dingin itu.
Ya, dingin sekali. Sampai seluruh tubuh Zio gemetar dan hanya berdiri terpaku disamping ranjang.
Menatap nanar pada wajah pucat Lily yang kelopak matanya tertutup rapat.
Papa mendekat. Mengelus rambut Lily lalu mengecup keningnya lama. Beliau tampak membisikkan sesuatu pada Lily disela isaknya. Lalu merengkuh Debby dan mengajaknya keluar.
"Ucapkan salam perpisahan sebelum Jenazah Lily dimakamkan,"Papa menepuk pundak Zio. Berusaha bersikap tegar walau kesedihan tampak jelas diwajah.
"Kamu ... Harus kuat. Yang kuat. Harus tetap kuat,"Papa menepuk pundak Zio berkali - kali. Memberi semangat sambil menahan luapan sesak dan duka yang menerjang hebat.
"Oomm, Debby mau disini saja. Mau temani Lily ..."
"Kita tunggu diluar. Biarkan Zio yang menemani Lily, ya?"
Meski tidak rela untuk pergi, Debby akhirnya menurut. Tangisnya kembali pecah ketika diluar beberapa suster dan dokter yang berdatangan karena mendengar kabar tragis tentang Lily.
"Sayang, aku datang. Aku pulang,"bisik Zio.
"Hey, bangun. Aku sudah disini,"Zio memanggil lembut. Mengelus pipi itu. Menatap lekat sebentuk wajah yang terlelap didepannya. Lalu diciumnya pelipis Lily.
"Sayang, bangun ..."
Tidak ada jawaban.
Tidak ada juga delikan kesal karena Zio menciumnya tanpa permisi.
Tidak ada dengkusan gemas karena Zio kembali menciumnya untuk yang kedua kali.
Tidak ada senyum malu - malu karena Zio menjawil hidung mungilnya.
Tidak ada pukulan manja didada dan lengannya karena Zio memeluk erat tubuhnya.
Tidak ada.
Wanitanya itu hanya tetap diam. Tidur dengan wajah tenang. Abai dengan segala sapaan manis Zio.
Melihatnya seperti ini membuat air mata yang sejak tadi Zio tahan, menetes tidak terbendung lagi.
Hatinya mencelos nyeri. Dunianya seakan runtuh seketika. Semua harapan dan kebahagiaan dalam hidupnya sirna.
Lilynya ... dia sudah tiada. Dia pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata. Tanpa berpamitan. Tanpa kecup dan salam yang biasa mereka lakukan.
Adakah perpisahan yang lebih kejam dari ini?
Kemana Zio harus mencari ketika rindu merantai hati? Kemana Zio harus pergi? Lilynya tidak bisa lagi ia rengkuh dan dekap.
Lily sudah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily (End)
Diversos"Apa yang dipersatukan Tuhan tidak akan bisa dipisahkan manusia" - Zio Akbar Syahputra - "Kamu tahu dengan siapa aku ingin menjalani sisa hidupku?" - Lily Anandita . A - "Cobalah bertanya pada takdir, siapa yang akan menjemputmu terlebih dulu? Jodoh...