19. Dia yang tak Dirindukan (1)

390 49 5
                                    

Hay pakabar?😁
Maaf baru nongol,
Salam merdeka ya🇮🇩
Selamat membaca 🤗

Lara memarkir Yaris putihnya di garasi, turun dari mobil sambil menenteng beberapa tas belanjaan pesanan Mama.

Entah pesta mana yang akan didatangi sampai Mamanya itu memborong tiga outfit lengkap dengan tas dan sandal berwarna senada di butiknya.

Diteras depan, Lara berpapasan dengan empat orang laki - laki yang menunduk sopan padanya dan berlalu menuju mobil boks dihalaman rumah.

Siapa pula mereka?

"Lara pulaaaang,"beritahu Lara seperti biasa ketika memasuki rumah. "Ma, mereka itu siapa?"dan pertanyaan Lara menggantung diudara melihat suasana ruang tamu yang terlihat berbeda dari biasanya.

"Mama beli sofa baru?"pekik Lara melihat sofa kulit berwarna gelap ditengah ruangan yang masih dibungkus plastik. "Ada apa ini sebenarnya? Sofa baru, bunga - bunga, lukisan …"

"Sssssttt,"Mama memeluk Lara dan mencium singkat pipinya. "Kita mau kedatangan tamu."

"Siapa?"

"Calon besan,"bisik Mama kemudian meminta pak Mus untuk menggeser lukisan sedikit ke kiri.

"Calon besan yang manaaaa?"Lara balas memeluk Mama dan bertanya dengan nada greget.

"Mertuanya Lily."

Sontak dahi Lara berlipat. Memandang Mama penuh tanda tanya. "Tumben perduli sama Lily sampai beli sofa baru segala,"Lara melepas pelukannya. Insiden beberapa hari yang lalu yang melibatkan dirinya dan juga Rafel masih membuat Lara kesal pada Lily.

"Kemaren aja pas Lara tunangan gak sampai ada perabotan baru,"Lara menghempaskan pantat pada sofa tunggal yang belum dipindah oleh pak Mus.

"Iiih, anak Mama jangan cemberut gitu dong. Mama beli sofa ini bukan buat Lily. Tapi untuk keluarga Akbar supaya mereka nyaman pas lagi bertamu kesini."

Lara mencibir.

"Kenapa juga Mama harus perduli sama Lily?"

Suasana mendadak hening. Bi Sri yang datang bersama pak Mus sambil membawa pigura berukuran besar ikut tediam mendengar kalimat dingin Mama.

"Lily belum pulang, Ma?"

Mama mengangkat bahu acuh. Menyuruh pak Mus untuk meletakkan pigura berisi foto keluarga mereka  tepat ditengah ruangan.

"Kenapa pajang foto yang itu?"Lara bertanya karena foto keluarga sebagai background ruang tamu sebelumnya sudah tidak ada lagi disana. "Lara gak suka foto itu, ish!"

"Kenapa memangnya sayang? Bagus loh foto ini, kamu imut sekali."

Lara menunjuk dengan dagu kearah foto berisi foto Papa, Mama, Lily dan dirinya ketika masih balita yang dipasang pak Mus sambil dibantu bi Sri.

"Mama lebih pilih pangku Lily daripada Lara,"lanjut Lara sedikit cemberut.

Mama tersenyum lembut. "Gak papah, cuma difoto. Yang penting sekarang kan yang selalu Mama pangku, Lara,"Mama mencubit pipi Lara sambil mengelitik rahang Lara untuk menerbitkan senyum diwajah cemberut putrinya.

"Nah, gitu dong senyum. Pulang - pulang bukannya pasang wajah manis buat Mama malah cemberut terus."

"Bu, ini sudah pas posisinya?"tanya pak Mus meminta pendapat Mama.

Mama berdiri lurus didepan pigura dengan jarak sedikit jauh. Mengukur posisi foto itu apakah benar sudah pas pada posisi.

"Bi Sri, Lara mau jus apel dong."

Lily (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang