Prolog

3.6K 103 50
                                    

"Dipertemukan oleh waktu, disatukan oleh rasa, kemudian dipisahkan oleh jarak. Dunia memang selucu itu."

***

Happy readings!


Seorang gadis sedang duduk di depan gerbang sekolahnya, sekolah nya sudah dipulangkan lima belas menit yang lalu. Namun gadis itu masih saja menunggu kakak nya menjemput, sepedanya entah hilang kemana. Padahal itu sepeda kesayangannya yang merupakan hadiah dari sang Ayah

Namanya Khirana Gladisa Putry, ia baru saja menelepon kakaknya. Kakaknya akan segera menjemput setelah pulang sekolah. Mau tidak mau ia harus menunggu, padahal bisa saja ia pulang duluan berjalan kaki. Karena tingkat kemagerannya tinggi, ia lebih memilih menunggu dari pada berjalan kaki.

Ia hanya duduk diam di kursi samping gerbang sambil memainkan ponselnya. Suara deruman motor mengalihkan perhatiannya. Gadis itu menoleh dan mendapati lima buah motor yang berhenti tak jauh dari tempatnya duduk.

Mata Khira membulat kaget saat melihat orang-orang itu sedang baku hantam. Tatapannya terpaku menatap seorang lelaki berseragam SMA tengah berkelahi seorang diri. Khira panik, sudah jelas cowok itu akan kalah jika dibandingkan dengan lima orang yang sangat tinggi dan besar itu.

Khira meringis saat melihat cowok itu terkena tonjokan di sebelah pipi kanannya. Khira bisa apa, ia hanya seorang gadis SMP yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Namun rasa kasihannya membuat nya berlari ke arah orang yang sedang saling baku hantam itu, lalu sekuat tenaga berteriak meminta tolong. Membuat aksi mereka berhenti dan berlari bergerak ke arah motor dan pergi.

Miris, teriakannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak ada warga yang datang, hanya saja orang-orang itu pengecut, takut dengan teriakan anak SMP yang membuat mereka lari pontang-panting dengan motor mereka.

Khira menoleh ke arah Cowok SMA itu yang terduduk dengan nafas tak teratur. Matanya terpejam. Khira sempat terpana dengan ciptaan tuhan satu ini.

'Oh my god, ciptaan mu sungguh, membuat ku terpana.' Ujar Khira dalam hati.

Namun secepat mungkin ia menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia terpana disaat kondisi seperti ini. Tanpa mau menghayal lagi, Khira segera menghampiri cowok yang masih terduduk itu.

"Nggak papa, kak?" Tanya Khira lalu sedetik kemudian ia menyesali perkataannya. Seharusnya ia tidak bertanya seperti itu. Tidak lihat kah Cowok itu memang sedang kenapa-napa?

Cowok itu mendongak menatap Khira, lalu berdiri dan Khira mencoba membantunya.

"Makasih, udah bantuin gue, akh." Lelaki itu meringis sambil mengusap sudut bibirnya yang terasa perih.

"Ya ampun, itu bibirnya luka. Diobatin dulu sini, nanti infeksi." Ujar Khira khawatir.

Lelaki itu duduk bersandar di sebuah pohon mangga yang berada di tepi jalan itu. Ia membuka kancing seragamnya menampakan dalamannya yang berwarna putih.

"Gak perlu, gue bisa sendiri." Ujarnya tiba-tiba dingin.

"Tapi...."

"Gue gak suka dipaksa, mending lo pergi." Khira membulatkan matanya.

'gak tau terima kasih banget nih cowok, ditolongin malah marahin gue' batin Khira berteriak.

"Ngomong yang sopan dong, lo gue bantuin malah ngelunjak. Gak tau terima kasih banget jadi orang." Jawab Khira yang kelewat kesal, bagaimana tidak kesal, sudah dibantuin dan lelaki itu mengusirnya.

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang