19. Fragmen Kenangan

5.3K 528 15
                                    

Kadang-kadang, saat kita menaruh harapan tinggi kepada makhluk Allah, maka Dia datangkan kekecewaan. Mengapa? Karena Allah cemburu jika kita lebih mencintai Ciptaan-Nya dari Penciptanya sendiri.

-DILEMA

"Maaf mas, apakah anda suami dari pasien?"

"Bukan sus, saya kebetulan mengenalnya." Suster mengangguk paham kemudian menjelaskan bahwa Yasmin mengalami tifus, otomatis dia harus dirawat minimal satu minggu.

Setelah kepergian suster, dia keluar untuk membelikan Yasmin bubur juga teh hangat. Lelaki itu memang tidak pernah berubah, selalu mendahulukan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri, padahal dia hari ini memiliki urusan penting di kantor. Hal itulah yang kemudian menjadi kelebihan serta kekurangannya. Dia terlalu baik, jadi nyaris semua teman-temannya memanfaatkan kebaikannya, termasuk Arleta.

Perlahan-lahan Yasmin menyesuaikan matanya dengan cahaya yang cukup menyilaukan, bau antiseptik menusuk ke indra penciumannya, samar-samar dia mendengar suara seseorang yang akrab di telinganya. Dia terbangun seolah sudah tertidur berhari-hari.

"Haaa..us" ucapnya lemah, membuat lelaki yang sedari tadi memperhatikan Yasmin, mengalihkan fokusnya pada segelas air disamping tempat tidur. Dengan hati-hati dia membantu Yasmin minum.

Rasa sakit dikepalanya berangsur membaik. Setelah dia meneguk habis air putih itu, barulah dia sadar bahwa lelaki yang ada dihadapannya adalah Bagas Rahadi.

"Ba..gas" ucap Yasmin, dia menggeleng, ini pasti hanya halusinasinya semata. Dia memilih untuk menutup matanya, mencoba mengambil alih seluruh kesadarannya.

Kemudian dia kembali membuka mata.

"Kok masih di sini sih" Ucap Yasmin kesal, dia menggesek kedua matanya kasar, membuat lelaki yang sedari tadi diam bersuara.

"Mata kamu bisa sakit loh kalau digesek terus-terusan" Yasmin membuka matanya, kemudian memandang lelaki yang ada dihadapannya. Ini nyata, bukan sebuah ilusi.

"Ba..gas"

Tes

tetes air matanya jatuh begitu saja.

"Kamu kenal saya?"

"Saya pernah salah kah? Maaf saya nggak ada maksud apa-apa, kamu mau saya pergi?" Ucap lelaki itu panik melihat air mata Yasmin tumpah ruah.

"Heii, jangan menangis" ucapnya melihat Yasmin menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah dia menatapnya dengan tatapan yang penuh luka.

"Nggak. Saya nggak kenal kamu. Kamu cuma mirip dengan seseorang yang saya pernah tunggu, maaf yaa" ucap Yasmin membuat lelaki yang ada dihadapannya mengangguk paham.

"Dia menyakiti kamu, sampai kamu harus nangis begini?" Yasmin mengangguk

"Iya. Dia jahat banget kan? he's the worst person I've ever known." celetuk Yasmin

"Untukmu" Bagas mengeluarkan sapu tangan berwarna navy miliknya agar Yasmin bisa menghapus air matanya "Semuanya akan berlalu, sedihmu, bahagiamu, jadi jangan melulu mengutuk orang yang meninggalkanmu, tapi terimalah hal-hal baik yang ada disekitarmu" tuturnya lembut

"Oh iya, saya sudah beli bubur, kamu mau makan sekarang?" Yasmin mengangguk, dia benar-benar lapar. Kalau perutnya masih bisa diajak kompromi mungkin dia masih bisa sok jual mahal untuk menolak bubur yang Bagas belikan. Lelaki itu kemudian mengambil bubur, baru saja dia ingin menyendokkan bubur itu kemulut Yasmin, perempuan itu menolak.

"Aku bisa sendiri" ucap Yasmin membuat lelaki itu tersenyum lembut.

"Oke" ucapnya memberikan sendok dan sepiring bubur yang masih hangat kepada Yasmin.

DILEMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang