Pada setiap hari yang murung,
Setiap hari yang membahagiakan,
Juga setiap tetes hujan yang jatuh,
Dan senja yang tenggelam dimatamu,Aku akan tetap memilih mencintaimu, Bahkan jika harus dilahirkan kembali.
Karena, aku mencintaimu tanpa jeda, tanpa tetapi, dan tidak sesederhana puisi Sapardi.Karena cintaku, lebih dari sederhana.
-Dilema
"Diaaa.. dia berkorban demi aku? Dia pergi karena aku." Yasmin menangis sejadi-jadinya, meringkuk di atas kasur seperti bayi, mengabaikan ketukan demi ketukan dari Arsen diabaikannya. Tidak sengaja dia mendengar pembicaraan Arsen dengan Dokter Tama. Rasanya seperti ditusuk belati berkali-kali.
Jika alasan dia hidup hari ini membuat lelaki yang dulu dicintainya pergi untuk selama-lamanya. Apakah masih pantas?
Delapan bulan berlalu, tapi baru hari ini dia mengetahui hal itu. Dia menjadi orang yang paling kejam, dia pikir Bagas tidak lagi muncul karena dia sudah hidup bahagia, bisa kembali menjadi Bagas yang periang. Terlepas dari luka yang mereka terima, Yasmin tidak pernah sekalipun ingin lelaki itu meninggalkan dunia ini.. sekalipun untuknya agar dia bisa hidup lebih lama.
Dia menutup kedua wajahnya, menangis sendirian. Kali saja bisa membuatnya lega. Namun tidak sama sekali, tangannya gemetar penuh ketakutan.
"Sayang... kamu makan dulu ya?" Tidak ada jawaban
"Menangis juga butuh tenaga." Sambungnya. Lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Tidak ada pertemuan tanpa perpisahan, tidak ada pelangi tanpa badai. Bahkan semenakutkan apapun badai itu, jika kita ingin melihat keindahan pelangi, maka kita perlu melaluinya. Aku percaya Bagas pergi bukan karena kamu, tapi karena dia ingin hidup. Bukankah baginya melihat kamu bahagia adalah nafas untuknya?" Yasmin membuka pintu kamar, wajahnya jauh dari kata baik.
"Kenapa nggak bilang kalau Bagas yang ngedonorin hatinya buat aku?" Nada Yasmin sedikit meninggi, dipukulnya dada Arsen berkali-kali.
"Aku merasa bersalah, aku merasa nggak pantas." Dia biarkan Yasmin memukulnya berkali-kali. Jika itu bisa membuat istrinya tenang. Kian lama, kian pelan pukulan itu, hingga Arsen memeluk wanitanya, menenangkannya.
"Aku minta dia hidup bahagia. Tapi kenapa dia meninggal?" Tanyanya pedih
"Aku bilang aku udah maafin dia, kenapa dia malah pergi untuk selama-lamanya? Gimana Arleta, gimana ibu sama ayahnya?"
"Mereka pasti sedih..."
"Ssstttt" diciumnya kening Yasmin dalam-dalam. Hal ini yang dia takutkan, Yasmin menyalahkan dirinya sendiri karena kepergian Bagas.
Dipelukan lelaki itu dia bisa tenang, melupakan bahwa ada seorang lelaki yang rela mendonorkan organ tubuhnya untuknya. Demi kelangsungan hidup orang yang bahkan tidak memilih untuk membersamainya. Lelaki yang sangat bodoh.
"Kamu makan dulu ya, dari tadi siang kamu belum nyentuh makanan sama sekali." Ucap Arsen ketika pelukan mereka sudah lepas.
Mereka kini duduk di dalam kamar dengan posisi Arsen yang berjongkok di hadapan Yasmin.
"Aku nggak nafsu." Ucap Yasmin
"Meskipun kamu nggak nafsu, kamu tetap butuh asupan. Aku nggak mau kamu sakit lagi." Jawabnya sendu
"Besok kita ke makamnya Bagas ya?" Ucapnya pedih, Arsen mengangguk dua kali sebagai tanda persetujuan.
"Tapi kamu harus makan dulu, aku masakin makanan kesukaan kamu, oke?." Sambungnya membuat Yasmin mengangguk seperti anak kucing yang kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA [SELESAI]
RomancePART MASIH LENGKAP! 🥇#1 hujan - Februari hingga April 2021 Yasmin, Dokter Anak yang berparas cantik dengan kepribadian yang mengagumkan. Ceria, penyayang dan cerdas. Dia menghabiskan tujuh tahun hidupnya untuk menunggu lelaki yang tidak pernah meng...