Cara terbaik untuk menghilangkan kenangan buruk yang menyiksa adalah tidak melupakannya, tidak juga menghilang dari muka bumi ini. Cara terbaiknya adalah menerima, mengikhlaskan. Jika kita melupakan, masih mungkin sewaktu-waktu kita akan mengingatnya dengan rasa sakit. Namun, ketika kita mengikhlaskan, hati bisa lebih tabah menerima apa-apa yang Allah takdirkan. Upaya-Nya tak lain untuk membentuk kita menjadi pribadi yang tabah.
Kekejaman ayah tiri Syafiq yang membunuh ibunya membuat dia harus menjadi yatim piatu diusia yang masih muda. Kepergian orang tua Lail meninggalkan utang yang membuat perempuan itu bekerja keras. Kecelakaan Bagas yang membuat penantian Yasmin sia- sia serta kehadiran Arsen yang mengisi ruang kosong dihati Yasmin telah tertulis jauh sebelum Yasmin lahir. Maka, mengapa risau memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, bukankah Allah selalu membersamai kita?
Arsen memainkan rambut Yasmin, rambut hitam yang lurus dan lembut. Bau bunga menguar memberi Arsen kenyamanan. Sesekali diciumnya rambut dan kening Yasmin sebagai obat agar lelahnya hilang.
Ranjang yang ukurannya tiga kali lipat lebih kecil dari ranjang dirumahnya, membuat posisi Arsen harus menyamping. Lelaki manja itu tidak ingin menjauh lama-lama dari istrinya. Sudah cukup dia harus ke luar kota selama tiga hari karena mengontrol bisnis dan saham dari orang tuanya.
"Wangi banget istriku." Yasmin tersenyum dan membelai pipi Arsen
"Mas capek banget ya? Gimana kerjaannya hari ini?" Arsen tersenyum mendengar panggilan Mas dari mulut istrinya.
"Kamu pesulap ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Yasmin, Arsen malah mengajukan pertanyaan.
"Enak aja, aku dokter bukan pesulap. Emang mukaku mirip Master Limbat?" jawab Yasmin membuat suaminya itu menggeleng "Terus?" Tanya Yasmin
"Mirip Pak Tarno" jawab Arsen polos
"Sembarangan" ucap Yasmin
"Aku heran kok kamu jawabnya bukan pesulap tapi kenapa capek aku langsung hilang ketika melihat kamu?"
"Dasar tukang gombal. Berapa perempuan yang udah kamu gombalin?"
"Percaya atau nggak percaya, baru satu. Ya kamu, iya kamuuuu." Yasmin mencubit pinggang Arsen hingga lelaki itu meringis.
"Gila banget."
"Sayang" Yasmin menelan ludah saat Arsen memanggilnya dengan sebutan itu. Darahnya berdesir dan detak jantungnya berpacu tidak normal, padahal sudah hampir setiap hari panggilan itu didengarnya.
"Hmm?"
"Aku cinta kamu."
"Aku juga" jawab Yasmin
"Juga apa?" Goda Arsen
"Ya itu..." Yasmin berbalik membelakangi Arsen.
"Itu apa cintaku?" Arsen memeluk Yasmin dari belakang, mengikis jarak diantara mereka hingga napas berat serta detak jantung lelaki itu dapat Yasmin rasakan dengan jelas.
"Jangan tinggalin aku ya Yas, aku nggak tahu gimana jalani hidupku tanpa kamu." Bisik Arsen pelan.
Yasmin berbalik menatap mata Arsen dalam-dalam "Aku cinta sama mas" Arsen mencubit pipi Yasmin gemas.
"Apa sayang? Coba diulang" Arsen tersenyum
"Nggak ada pengulangam" jawab Yasmin
"Kok gitu.. Kenapa sih kamu gemesin banget?" Yasmin tertawa.
Lelaki itu menangkup pipi istrinya "Aku mau kamu selalu tertawa lepas seperti ini." Yasmin mengangguk, cukup lama mereka terdiam satu sama lain, hingga Arsen mengatakan kalimat terakhirnya sebelum dia memilih tertidur di dalam pelukan istrinya.
"Sayang, jangan benci Bagas, jangan benci juga takdir karena semua sudah diatur oleh yang kuasa. Aku tahu istriku ini hatinya lapang, bisa memaafkan setiap orang yang menyakitinya. Aku bisa memposisikan diriku sebagai Bagas, dia hanya ingin kamu bahagia, dia mencintaimu dengan tulus. Sama sepertiku, maka, ketika suatu saat kamu bertemu dengannya, jangan lagi kenangan buruk yang kamu ingat tetapi ingat bagaimana dia pernah menjadi seseorang yang membuat kamu tersenyum." ucap Arsen tak lupa mengecup pipi istrinya dan kemudian damai dalam mimpinya.
Sekarang, tidak lagi Yasmin menangis. Tidak lagi dia merutuki semesta. Dia bersyukur, sangat bersyukur. Allah telah memberinya banyak kebahagiaan, orang tua yang mencintainya, Arsen yang selalu ada untuknya, Mbak Lail dan Mas Syafiq yang menguatkannya serta dua keponakan lucu yang menghiburnya, Yasmin punya itu semua.
Hanya karena Allah mengujinya, bukan berarti Allah tidak menyayanginya.
***
Tak juga Bagas bisa berkata. Dia diam seribu bahasa. Melihat seseorang yang kau cintai dalam keadaan sekarat dan berjuang untuk hidup adalah mimpi buruk baginya. Dia meremas jari-jarinya, berlari menuju perempuan itu.
"Yasmin" suara berat itu membuat Yasmin mengalihkan pandangannya dan menemukan lelaki yang wajahnya tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Pucat dan kantung mata hitam yang mengingatkan Yasmin pada boneka panda hadiah dari Pipit.
"Bagas" Yasmin tersenyum, kini hatinya lebih lapang "Kamu kok bisa di sini, ngapain? Udah lama di sini?" Pertanyaan itu lolos dari bibirnya.
"Are you okay?" Bukannya jawaban, Bagas malah mengajukan pertanyaan untuk Yasmin.
"Hu'um. Alhamdulillah, sebentar lagi aku pulang." Jawab Yasmin berbohong.
Maaf Ya Allah.. Maafkan kebohongan hamba.
Kenyataan bahwa Dokter tidak menyarankannya untuk kembali ke rumah membuat dia harus rela menghabiskan waktu-waktu yang jujur saja sangat membosankan di rumah sakit.
Bagas membaca mata cokelat itu, menemukan kebohongan yang begitu mudah terdeteksi "Kapan?"
"Eennggg. Nggak tahu, Arsen yang ngurus. Mungkin secepatnya. Kamu sendiri? Kamu baik?"
"Nggak" mata cokelat Yasmin membulat
"Kenapa, kamu sakit ya?"
"Perempuan di depan aku berbohong. Dan aku nggak akan baik-baik saja dengan itu." Yasmin menunduk memandangi buku yang tadi dibacanya.
"Kamu udah tahu ya kalau umurku udah nggak lama lagi." Yasmin tertawa, bukan karena dia bahagia, tapi karena dia sadar dia akan segera pergi. Dia hanya diberi kesempatan untuk mengucapkan perpisahan kepada semua orang yang ada disampingnya. Setidaknya dia bisa mengucapkan salam perpisahan.
Bagas diam tidak menjawab pertanyaan Yasmin "Bukannya setiap orang akan meninggal Gas?" Bagas tetap diam.
"Kamu sakit karena aku." Kali ini Yasmin menggeleng. Mencoba sekuat tenaga untuk menahan isakan tangisnya meski nyatanya semakin dia mencoba mengeluarkan kata-kata, semakin tidak bisa dibendungnya air mata itu.
"Aku sakit karena Allah sayang sama aku. Aku sakit karena Allah ingin mengangkat derajatku bukan karena kamu. Kamu sudah kumaafkan. Sekarang, boleh nggak aku minta sesuatu?" Bagas mengangguk kaku menunggu Yasmin mengutarakan keinginannya.
"Aku mau kamu bahagia. Aku mau kamu lupain aku, kita sama-sama mulai lembaran baru." Tidak Bagas mengangguk, tidak juga dia menggeleng karena kini harapannya sudah musnah. Yang kemudian dia lakukan adalah mengatakan kata-kata klise yang biasa diucapkan lelaki yang akan meninggalkan perempuannya.
"Aku bahagia, kalau kamu bahagia. Meskipun bukan aku yang jadi sebab kamu bahagia."
"Kita sama-sama Bahagia ya Bagas. Makasih karena kamu sudah pernah ngebahagiain aku, sudah pernah jadi lelaki yang terdepan untuk melindungi aku. Sekarang, kita bisa kan bersahabat?" Bagas menatap mata cokelat itu dalam dan mengangguk dua kali sebagai tanda dia setuju.
Seenggak tega itu pisah sama cerita ini. Hahahaha... jangan lupa baca ALANA yaaaa gengs.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA [SELESAI]
RomancePART MASIH LENGKAP! 🥇#1 hujan - Februari hingga April 2021 Yasmin, Dokter Anak yang berparas cantik dengan kepribadian yang mengagumkan. Ceria, penyayang dan cerdas. Dia menghabiskan tujuh tahun hidupnya untuk menunggu lelaki yang tidak pernah meng...