30. Tiga Hati, Satu Cinta

6K 510 15
                                    

Ingatan masa lalu itu membawanya kembali hidup. Dia tersenyum tipis. Setelah beberapa bulan belakangan dia tidak sempat lagi menampilkan ekspresi wajah itu. Bibirnya kaku, bahkan untuk tersenyum palsu sekalipun dia tidak berdaya.

Arleta bilang, mencintai apa yang mustahil kamu miliki itu seperti memeluk kaktus, makin lama makin sakit, makin lama makin tersiksa, yang kamu lakukan hanya melukai dirimu sendiri. Hingga di sinilah dia berada, balkon hotel dengan menggenggam pemberian terakhir dari Yasmin

Sepotong Hati yang Baru, Tereliye dengan sampul hati dan balutan plaster luka dalam gambar hati itu.

Dia tersenyum miris sebab setengah jam yang lalu dia menyaksikan dua orang yang tak lain adalah Yasmin dan Arsen berpelukan, tepat di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia tersenyum miris sebab setengah jam yang lalu dia menyaksikan dua orang yang tak lain adalah Yasmin dan Arsen berpelukan, tepat di depan matanya. Mungkin benar ucap Arleta, mencintai Yasmin sama dengan memeluk kaktus. Tapi, mau dicoba sekeras apapun perasaan itu tidak akan pernah terhapus. Bahkan, ketika nyawa telah sampai pada kerongkongan.

"Suka baca karyanya Tere Liye juga?" Tanya Bagas memperhatikan Yasmin yang sibuk mencari sesuatu, berdiri di rak khusus novel yang ditulis oleh Darwis dengan nama pena Tere Liye.

Bagas menggenggam novel yang baru saja Tere Liye terbitkan. Novel yang menjadi incaran Yasmin, tapi dia harus menerima kenyataan bahwa novel itu sold out padahal sudah hampir empat gramedia yang didatanginya.

Yasmin mengangguk kikuk, dia jarang berbicara dengan lelaki asing "Kenapa?" Tanyanya

"Saya juga" ucap Bagas

Lah, siapa yang nanya? Batin Yasmin, lagi-lagi dia hanya mengangguk dan masih sibuk mencari novel itu, barangkali masih tersisa satu atau terselip diantara ribuan buku di sini.

"Cari apa?" Bagas tidak berhenti bertanya, mencari topik untuk akrab dengan Yasmin bahkan lebih susah dari ujian finalnya dua hari yang lalu.

"Kenapa tanya? Kamu wartawan?"

"Galak banget" Bagas tertawa "Cari yang ini ya?" Bagas menggoyangkan novel Tere Liye yang berjudul Sepotong Hati yang Baru.

Yasmin diam, mau mengangguk gengsi, tidak mengangguk sayang. Soalnya kalau ada sesuatu yang diingini, dia harus mendapatkannya. Dia sangat penasaran dengan isi novel itu.

"Boleh diambil, tapi ada syaratnya?"

"Apa?" Yasmin menutup mulutnya keceplosan

"Oh, cari ini ternyata" Bagas terkikik geli melihat tingkah Yasmin.

Yasmin melotot "Apa syaratnya? Aku bayar dua kali lipat deh." Bagas menggeleng

"Tiga kali lipat?" Tanya Yasmin lagi

"Setelah kamu baca, tolong pinjami saya."

"Dih, nggak mau lah" ucap Yasmin

"Ya udah kalau nggak mau, saya pergi. Tapi, novel ini katanya satu-satunya yang tersisa. Cetakan kedua, mungkin dicetak dua bulan lagi." Yasmin mengesah, bisa mati penasaran dong dia.

DILEMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang