22. Terkuak

5.5K 517 20
                                    

Dua pekan lagi, waktu yang diberikan Abi Adnan untuk Arsen akan segera berakhir. Terakhir kali lelaki itu mengiriminya pesan, dia sudah sampai di Juz dua puluh. Sosok lelaki cerdas dan berkemauan kuat itu rutin mengikuti kajian sunnah yang dilakukan di Masjid Amirul Mukminin, kini dia juga memiliki relasi Ustadz dan para penuntut ilmu. Sesekali mereka akan sharing mengenai kehidupan atau memberikan nasehat satu sama lain.

"Jadi, antum ini niat awalnya menghafal Alqur'an untuk dijadikan mahar kepada wanita yang antum suka?" Ucap Ishak membuat lelaki yang ada di sampingnya mengangguk.

"Sekarang. Setelah mentadabburi dua puluh juz Alqur'an apakah niat antum masih sama?"

Arsen menggeleng "Niat saya sekarang murni karena saya ingin menjadi hamba yang taat"

"Masyaa Allah, barakallahu fiik. Jadi, antum tetap akan melamar perempuan itu?"

"Insyaa Allah, jika Allah memudahkan. Dua pekan lagi saya akan melamarnya dan mempercepat akad kami"

"Masyaa Allah antum sigap juga ya" Arsen hanya tertawa. Kemudian Ustadz Dzulqarnain, ustadz yang membimbingnya selama ini untuk menghafalkan Alqur'an datang, menyalami satu persatu jamaah yang akan mengikuti kajian sunnah hari ini.

***

"Alfiiii" teriak Yasmin memeluk sahabatnya itu "Aku kirain kamu ngambil cuti sebulan? Ini kok, baru seminggu udah pulang?" Alfi mengangkat sudut bibirnya, balas memeluk Yasmin. Sekarang mereka sedang berada di kantin rumah sakit. Kantin rumah sakit sedang sepi karena hari ini adalah hari weekend. Jika kalian pikir weekend saatnya santai di rumah, maka kami para tenaga kesehatan jauh lebih sibuk. Korban kecelakaan lalu lintas yang paling mendominasi rumah sakit saat sedang weekend.

"Iya, perasaan kamu mintanya sebulan deh. Kamu kan lagi program hamil." Sambung Yana menyuap sosis yang ada dipiringnya,

Yasmin mengangguk "Istirahat dulu lah Bu Dokter. By the way, gimana honeymoonnya?" Tanya Yasmin excited.

Alfi menatap mereka berdua bergantian "Aku akan bercerai"

"Hah? Nggak lucu banget sih bercandanya" ucap Yana mendorong piring yang berisi makan siangnya, tak nafsu, dan Yasmin memuncratkan kopi miliknya.

"Fi, jangan main-main dengan kata cerai. Kamu tahu kan Allah benci dengan perceraian?" Ucapnya

Alfi mengangguk "Aku nggak sanggup Yas, kamu tahu sendiri gimana ibu mertua aku terus-terusan menyalahkan aku atas semuanya. Aku nggak sanggup, aku merasa nggak pantas buat dia, untuk menatap suami aku lagi saja rasanya malu. Aku bukan wanita yang sempurna." air mata menetes dari pipi perempuan rapuh yang ada dihadapannya.

Digenggamnya tangan Alfi lalu memeluknya "Everything will be alright, Fi" terkadang, meskipun itu hanya sebuah kata-kata semata, tetapi mampu membuat perasaannya lebih baik.

"Alfi, masih banyak perempuan di luar sana yang menunggu bahkan lebih dari sepuluh tahun untuk mendapatkan momongan, usia pernikahan kalian bahkan baru menginjak tiga tahun. Sekarang, saatnya kamu menulikan telinga kamu dari omongan ibu mertua kamu." Ucap Yana. Alfi dan suaminya tergolong pasangan yang sehat, romantis dan saling pengertian.

"Percuma Yan, tiga kali keguguran, dua kali gagal bayi tabung. Aku ini penyakitan, semuanya salahku." Isak tangis Alfi semakin keras.

"Sejak kapan keguguran disebut penyakit Fi?" Ucap Yasmin "Keguguran sama sekali bukan penyakit. Kamu nggak melakukan kesalahan apapun Fi. Kamu sudah melakukan yang terbaik" ucap Yasmin

"Aku benar-benar nggak tahan"

"Ibaratnya nasi sudah menjadi bubur, nggak akan bisa kembali menjadi nasi. Keputusanku sudah bulat, aku akan mendaftarkan perceraian aku Yas" Alfi tersenyum, menghapus jejak-jejak air matanya.

DILEMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang