Waktu begitu cepat berlalu. Musim kemarau berganti menjadi musim penghujan.
Malam ini, aku sedang berada di apartemen kamu. Menatap langit yang sedang mendung, persis seperti keadaan hatiku saat ini.
Bagas...
Kini, apakah memang aku harus ikhlas?
Apakah memang kisah kita telah berakhir?
Apakah kini aku harus berani membuka lembaran baru?
Tentang kita, apakah harus aku benar-benar melupakannya?
Kamu tahu, aku bimbang.
Delapan bulan, delapan bulan aku harus tertatih-tatih. Mencoba melupa tapi ingatan tentangmu selalu membersamaiku. Mencoba bangkit, saat harus berkali-kali jatuh. Rasanya, kepergianmu seperti mimpi buruk. Mimpi yang begitu ingin aku bangun darinya.Mengapa?
Mengapa kita harus dikelilingi ketakutan. Takut orang yang kita cintai pergi, takut takut ditinggalkan, takut dijauhi, takut dihina, dan berjuta-juta takut yang lainnya. Betapa ingin aku menjadi orang yang tidak mempunya ketakutan seperti ini.
Andai kamu tahu...
Andai kamu tahu bagaimana do'aku kepada Sang Maha Segalanya, bagaimana aku berdo'a dengan penuh kesakitan, setiap saat.
Karena dia bukan jodohku, karena dia telah pergi. Maka biarkan hatiku tidak menerima sesiapapun selainnya. Karena, cintaku sampai akhir adalah dia.
Namun lelaki itu datang. Persis saat aku mengalami depresi dan harus dirawat selama dua minggu. Semuanya hancur berantakan, tidak pekerjaan, tidak kesehatan, tidak perasaan, semuanya hancur. Aku benci diriku yang lemah.
Namanya Tama, dia seorang Dokter. Kamu harus tahu aku sangat membencinya, benci karena disetiap perkataannya selalu ada kebenaran. Benci karena dia selalu ada di saat aku butuh sendiri, benci karena tidak peduli betapa aku ingin dia pergi, dia tetap disampingku.
Katanya "Jika aku tidak bisa memahami sisi kamu yang memilih pergi, jika aku tidak bisa mendukung segala pilihanmu. Maka, aku tidak benar-benar mencintaimu. Aku hanya takut bahwa seseorang yang selalu ada disampingku, tidak lagi ada saat aku membutuhkannya." Aku marah, terlalu marah hingga menamparnya. Bodoh sekali dia, sok tahu sekali tentangku. Namun, bukannya marah karena tamparanku, dia tidak menyerah dan terus menghiburku. Dia adalah orang paling keras kepala yang pernah ada di dalam hidupku.
"Arleta.. pergi dan meninggalkan adalah hak setiap orang. Kamu nggak bisa memaksa orang harus tetap tinggal disisi kamu." Giliran aku yang tertampar mendengar perkataannya.
Tepat delapan bulan kepergianmu, dia melamarku. Tepat di atas nisanmu, gemetar hatiku.
"Aku punya masa lalu yang kelam, korban pemerkosaan, tidak hanya itu, aku mencintai seorang lelaki yang mungkin rasa cinta itu tidak mudah hilang. Atas dasar apa kamu melamarku." Dia tidak terganggu dengan ucapanku, dia tersenyum seolah perkataanku tadi hanyalah angin lewat.
"Masa lalumu, milikmu. Masa depan, biar kita tata bersama."
Apakah Arleta akan menerima Dokter Tama?
Author nggak jahat lo, yang pergi diganti dengan yang baru. Wkwkwk..
Vote dan Komen-komen yaaa man teman, supaya semangat nulisnya. Meskipun part ini pendek, tapi dibuat dengan hati yang paling dalam #Eaaaakk
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA [SELESAI]
RomancePART MASIH LENGKAP! 🥇#1 hujan - Februari hingga April 2021 Yasmin, Dokter Anak yang berparas cantik dengan kepribadian yang mengagumkan. Ceria, penyayang dan cerdas. Dia menghabiskan tujuh tahun hidupnya untuk menunggu lelaki yang tidak pernah meng...