5. Hujan Menyambut

5.7K 535 9
                                    

Suara hujan yang menenangkan dari luar membuat si pemilik kamar yang tengah meringkuk seperti bayi tak ingin melepas diri dari selimut tebalnya. Rasanya dia tidak ingin bangun dan melanjutkan kembali mimpi tentang lelaki yang dicintainya, Bagas. Andai saja, mimpinya sekejap saja bisa menjadi sebuah kenyataan, maka pastilah sekarang dia akan berbahagia bersama Bagas. Di dalam mimpi itu mereka kembali bertemu, Bagas menjemputnya dan menjelaskan mengapa dia terlambat menjemput Yasmin, katanya untuk sampai ke sana dia telah mengalami perjuangan yang panjang. Butuh waktu lama Yasmin mencerna, dan dia mengerti alasan itu, dan dia memaafkan Bagas. Di titik terendah hidupnya, ketika semua orang menganggapnya orang paling hina yang tega menghancurkan rumah tangga kakaknya sendiri, hanya Bagas yang percaya bahwa dia akan menjadi orang yang baik terlepas apa dan bagaimana masalahnya. Jadi, apapun yang Bagas lakukan, dia akan memaafkan selama lelaki itu ada disampingnya.

Dering ponsel menandakan seseorang menelpon membuat mimpinya buyar seketika, jejak-jejak air mata masih membekas dipipinya padahal itu semua hanya mimpi. Namun, mengapa terasa begitu nyata?

Nama penelpon tertera, siapa lagi yang berani menelpon anaknya di jam tiga dini hari, tentunya wanita yang paling disayanginya, Ummi Aisyah. Ketika matanya benar-benar terbuka, dia mengangkat telpon dari Umminya. Rencananya sih dia mau pura-pura tidak melihat telpon itu karena dorongan untuk melanjutkan tidur nampaknya lebih menggiurkan tapi dia urungkan karena dia tidak mau umminya datang ke kost dan memarahinya habis-habisan.

"Assalamualaikum ummi, kenapa?" Suara serak khas orang bangun tidur membuat Umminya menghela napas dari ujung telpon. Anak gadisnya ini kapan sih bisa tepat waktu bangunnya. Andai saja anak itu tinggal di rumah sudah pasti dia akan menjewer telinga anak itu.

"Wa'alaikumussalam Yas, bangun nak, bangun, sudah jam berapa ini. Semalam bukannya minta dibangunin jam tiga karena mau siap-siap ke Bandara?" Ucap Ummi Aisyah

"Hmmm. Bentar lagi ya Mi, ngantuk banget. Aku baru pulang dinas jam sebelas malam, ngantuk banget, sumpah. "

"Yasmiiiiin, ayo bangun dulu terus mandi, kalau udah mandi ngantuk kamu pasti langsung hilang. Jangan lupa tahajjudnya juga. Gimana ada yang mau menikah dengan kamu, kalau kamu malas begini." ucap Ummi Aisyah kepada anak gadisnya yang perilakunya sebelas dua belas dengan anak kecil.

Harus bangetkah di jam tiga dini hari dia diteror dengan perintah untuk menikah dari ibunya itu?

"Iya ummi siap, kalau gitu Yasmin tutup ya telponnya mau mandi dulu." Yasmin berbohong tentu saja, bukannya bangun dan langsung mandi seperti perintah umminya, perempuan itu malah melanjutkan tidurnya.

Dua jam tidur berasa lima menit, sangat sebentar. Perasaan dia baru menutup matanya sebentar tetapi adzan subuh yang berkumandang membuatnya sontak mendapatkan kesadarannya kembali. Yasmin mengucek matanya dan beranjak melihat jam disamping meja tempat tidurnya. Pukul setengah enam, dan dia bahkan belum mengemas barangnya, oke dapat dipastikan bahwa harapannya untuk mengejar penerbangannya tidak akan terburu.

"Astagfirullah, gawat. Bego banget sih Yas" ucapnya nyaris berteriak, heboh sendiri.

Ini karena setan yang ngencingi telingaku pasti.

"A'udzubillaahi minasyaitonirrojiim" dia menonjok udara kosong disebelahnya, agar setan yang mengencingi telinganya itu tersiksa. Sudah pasti setan itu merasa terdzolimi karena yang memilih untuk melanjutkan tidur adalah Yasmin sendiri.

"Gimana ini? Aku telaaaat." dia panik bukan main, dia lalu berlari ke kamar mandi, menyikat gigi, mencuci muka tak lupa berwudhu, beberapa menit kemudian dia sudah selesai melaksanakan sholat subuh. Pesawatnya akan berangkat dua puluh menit lagi, mustahil dia tidak akan terlambat kecuali jika pesawatnya delay.

DILEMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang