1

1.1K 124 1
                                    

"Jangan bergerak! Diam di tempat!"

Seorang gadis yang baru terbangun menatap sekeliling dengan ketakutan. Di sekelilingnya ada lima orang lelaki yang siaga dengan pedang mereka.

"Siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?" seseorang di antara kelimanya bertanya.

"Aku tidak tahu aku siapa. Kalian siapa?"

"Kami tidak main-main, Nona, tolong bekerjasamalah."

"Sebentar, ini di mana? Tahun berapa?" gadis itu masih bertanya tidak mengerti.

"Nona, aku tidak tahu kau siapa, tapi kalau kau tidak mau bekerjasama, pedang ini terpaksa menancap padamu."

"Tolong jangan bunuh aku. Aku benar-benar tidak tahu aku siapa dan ini di mana," gadis itu memohon. Ia bahkan berlutut memohon ampun kelima lelaki di depannya.

"Sebentar, kalau dilihat pakaiannya sedikit berbeda dengan penduduk mana pun bukan?"

"Yonghoon, jangan memberikannya belas kasihan."

"Bukan belas kasihan, Harin," lelaki yang baru buka suara itu menatap ke lelaki yang dari tadi bicara pada gadis itu. "Hanya saja, mungkin ia tersesat dan ketakutan?"

"Yonghoon!" tegur Harin. "Jangan menambah masalah."

"Harin benar, Yonghoon. Kau mungkin merasa kasihan karena ia terlihat ketakutan dan tidak berbahaya, tapi kita tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Bagaimana kalau dia mata-mata? Situasi sedang tidak mendukung untuk itu."

"Bukan begitu, Kanghyun," Yonghoon berusaha membela dirinya dan juga gadis di depannya. Ia mendekati gadis itu dan berlutut. "Ia mungkin merasa ketakutan karena kita mengulurkan senjata. Coba simpan senjata kalian semua. Kalian semua berarti termasuk kalian juga Harin dan Kanghyun."

"Yonghoon, ini salah! Kita betugas menjaga perbatasan. Jangan sampai ada orang asing yang masuk," Harin tidak terima. "Dongmyeong, CyA, jangan simpan senjata kalian. Yonghoon, berdirilah!"

"Tapi Harin, Yonghoon mungkin benar. Mungkin gadis ini tersesat karena pakaiannya juga tidak terlihat dari daerah mana pun," sela Dongmyeong, yang langsung disetujui oleh CyA.

"Bisa saja itu ide mereka supaya kita menurunkan pertahanan?" kata Kanghyun.

"Nona, apakah kau sama sekali tidak tahu siapa namamu? Ataupun ini di mana?" tanya Yonghoon lembut.

Gadis itu cepat-cepat menggeleng. "Aku benar-benar tidak tahu. Yang aku ingat terakhir kali, aku tiba-tiba jatuh dari atas sana," gadis itu menunjuk ke bukit di belakang mereka. "Kemudian aku sudah tidak ingat apa-apa lagi. Aku terbangun karena mendengar suara semak-semak dipijak."

"Dan bagaimana kau bisa sampai di atas sana?"

"Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tapi aku tiba di daerah sekitar ini malam hari? Aku tersesat tanpa ingat apa-apa. Aku kira aku tersesat di hutan dekat tempat tinggalku? Jadi aku berusaha mencari jalan. Aku mendaki bukit yang satu dan yang lain, sampai kakiku tersandung dan aku jatuh dari atas sana, ke mari. Kalian bisa lihat sendiri tubuhku ada banyak luka. Aku juga sama sekali tidak tahu aku ada di mana. Aku tidak makan dan minum dari kemarin."

Yonghoon menarik tangan gadis itu dan melihat ada banyak luka, dan juga beberapa luka yang hampir kering. Rasanya tidak ada orang yang cukup gila atau sengaja merancang skenario untuk menyakiti dirinya sendiri.

Yonghoon menarik Harin untuk mendekat. Bersama Harin, ia meneliti tubuh gadis itu. Di bajunya yang robek ada banyak luka. Mungkin dari sebelum jatuh ke mari pun ia sudah melukai dirinya sendiri.

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang