Tiba-tiba dari belakang ada orang yang menghunuskan pedang ke leher Wangnim sembari berkata,
"Kenapa kau mengejarku seorang diri? Ingin bunuh diri?".
Wangnim terkejut dengan adanya pedang di lehernya, perlahan dia menoleh kearah pria dibelakangnya. Pembunuh itu pun ikut terkejut melihat putra Ratu Choi juga mengejarnya.
"Pangeran Youngnim?!? Putra Ratu Choi?". Tanya pembunuh itu.
"Turunkan pedangmu!!!". Perintah Wangnim dengan tegas.
"Lari lah, jangan sampai ada yang menangkapmu! Kalau pun kau tertangkap jangan pernah katakan siapa yang menyuruhmu. Jika sampai mulut busukmu itu mengatakan siapa dalang dibalik kejadian hari ini, keluargamu tak akan pernah kau lihat lagi". Ucap Wangnim mengancamnya.
"Bagaimana anda bisa tau tentang keluargaku?". Tanya pembunuh itu kebingungan.
"Mana mungkin seorang pria rela membunuh raja demi uang kalau tidak karena dorongan dari ketidakmampuan ekonomi?". Jawab Wangnim dengan senyum sinis.
Tanpa berkata apa-apa lagi, pembunuh itu pun lari sekencang mungkin agar jejaknya tidak diketahui oleh pengawal raja. Tidak lama kemudian pengawal raja menemukan Wangnim.
"Pangeran apa yang sedang anda lakukan disini?". Tanya salah satu pengawal Raja.
"Aku berusaha mengejarnya tapi darah di lenganku tidak berhenti membuat aku sedikit kelelahan, dia lari kesana... Kerjalah cepat". Jawab Wangnim sambil menunjuk kearah yang berlawanan dengan arah pembunuh itu pergi.
Pengawal langsung berlari kearah yang ditunjukkan Wangnim, agar pembunuh itu tidak jauh.
Darah di tangan Wangnim memang tidak berhenti keluar, dia mulai merasakan ada yang aneh dengan lukanya, tapi dia masih kuat menahannya. Dia pun berjalan pulang ke istana, karena tidak ingin identitas sebagai pangeran diketahui banyak orang dia melepaskan jubah dan perlengkapan lainnya untuk menutupi identitas kerajaannya.
Sebelum dia pulang, dia ingin mampir ke pasar melihat seberapa meriah pesta di desa dengan harapan dia bisa bertemu dengan Shojun. Dia berjalan menelusuri hutan bambu untuk lebih cepat sampai ke pasar, tapi dari kejauhan di tidak sengaja melihat Seo sedang berdiri di bawah pohon persik dekat hutan bambu.
Semangat Wangnim kembali bangkit, dia segera ke pasar untuk membeli beberapa perlengkapan baju agar terlihat kalau Wangnim sedang ikut merayakan pesta di pasar. Setelah mengganti bajunya, Wangnim bergegas menuju ke pohon persik tempat Seo tadi.
"Ekhem... Kau sedang apa?". Tanya Wangnim dari belakang Seo.
Seo terkejut dan menoleh mendengar sapaan Wangnim yang secara tiba-tiba."Apa hobiku membuat orang jantungan? Bisakah kau menyapa dari hadapanku saja? Dasar tukang menguntit!". Jawab Seo dengan sinis.
Mata Wangnim langsung terpaku melihat kecantikan Seo hari ini, melihat riasan sederhana dan melihat Seo mengenakan baju yang pernah Wangnim belikan. Tapi kegengsian Wangnim melebihi rasa kagumnya, dia memalingkan wajahnya melihat langit-langit untuk mengalihkan rasa kagumnya."Memangnya kau sedang menunggu siapa? Sendirian di tengah keramaian pesta begini?". Tanya Wangnim sembari melangkah mendekat kesebelah Seo.
Seo hanya terdiam membisu, matanya mulai berkaca-kaca.
"Oho aku tau, kau pasti menungguku kan? Akui sajalah, buktinya kau memakai baju yang aku belikan sebagai balasan aku mengotori bajumu. Hehe...". Canda Wangnim untuk memulai obrolan dengan Seo.
"Kau tau hari ini hari terburukku!!! Aku tidak menunggu siapapun! Tidak kau tidak siapapun! Pergilah...". Kata Seo dengan nada yang sedikit tinggi karena kesal.
"Tidak menunggu siapapun katamu? Bahkan kau rela merias wajahmu, mana mungkin tidak menunggu siapapun. Kau tau riasan itu tidak cocok untukmu". Ucap Wangnim mengejek Seo.
Sebenarnya ucapan Wangnim adalah ucapan untuk menutupi kekagumannya terhadap kecantikan Seo hari ini, tapi karena perasaan Seo yang saat ini sedang hancur, ucapan Wangnim menjadi suatu tambahan masalah besar bagi Seo.
"BERHENTILAH BICARA!!!". Bentak Seo dengan rasa penuh emosi dan mata yang mulai meneteskan air mata.
Seketika itu Wangnim hanya menatapnya, karena baru pertama kali melihat Seo yang sedang tidak baik-baik saja, tiba-tiba membentaknya sampai meneteskan air mata.
"Kau... Kau... Apa kau baik-baik saja?". Tanya Wangnim yang merasa bersalah.
"Kau tau seharusnya hari ini hari terindah bagiku, bagi kehidupanku... Bahkan semua wanita akan merasa dirinya paling bahagia di dunia ketika sesuatu hal itu terjadi pada dirinya! Aku hanya menunggu kata-kata darinya saja tapi dia tidak datang kemari... Yang ku temui hanya seorang pemuda yang tidak berguna sepertimu, yang hanya bisa mengoceh tidak jelas!". Jawab Seo penuh gejolak kekecewaan.
"Apa yang kau mengerti? Bisamu hanya mengumpat orang lain, seperti kau yang paling sempurna! Iya memang aku tidak pantas dengan riasan ini akan ku hapus!!! Kau puas!?! KAU PUAS!?!". Ucap Seo sambil mencoba menghapus riasan diwajahnya.
Tapi Wangnim langsung menarik tangannya, menghentikan Seo menghapus riasannya.
"Ucapanku hanya sebuah candaan agar kau mau bicara denganku, bukankah bertemu pria tampan sepertiku adalah hal terindah". Kata Wangnim sambil mengedipkan matanya.
"Apa?!? Sebenarnya apa isi kepalamu itu? Sepertinya otakmu pun tidak ingin bekerjasama dengan dirimu! Dasar tidak berguna". Ucap Seo sambil mendorong Wangnim dan pergi meninggalkannya.
"Hei mau kemana?". Tanya Wangnim yang mengikuti Seo.
"Pulanglah ini sudah malam, aku ingin istirahat". Teriak Seo sambil mempercepat langkahnya.
Wangnim pun juga ikut mempercepat langkahnya dibelakang Seo, tapi tiba-tiba pandangannya kabur. Dia ...
Kenapa ya dengan Wangnim ???
Penasaran?
Jangan lupa follow dan kasih bintangnya ⭐ ya kakak-kakak yang syantik dan ganteng
Tengkyu sudah supportKomen juga boleh 😚
Support kalian membuatku semangat!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Pilihan Raja
Romancemenceritakan tentang seorang gadis yang terpaksa menjadi pasangan raja. Dia yang harus dengan paksa dijemput ke istana untuk menjadi istri seorang raja, karena gadis ini sudah menjadi pilihan raja. Dimana keputusan raja tidak bisa diganggu dan ditol...