30. Mencari

525 23 0
                                    

"Racun ini hanya di miliki tabib istana, tapi dia sekarang menjadi tabib pribadi salah satu menteri". Sambung tabib istana memperjelas semuanya.

"MENTERI... MENTERI... MENTERI!!!". Teriak raja merasa kesal.

"Sooji! Kumpulkan data para tabib yang ditugaskan menjadi tabib pribadi para menteri, besok aku menunggumu di aula istana". Perintah tegas Raja pada Sooji.

"Baik yang Mulia". Jawab Sooji menerima perintah raja.

"Para tabib rawat Yon sampai dia membaik, jika kondisinya sudah cukup sehat suruh dia menghadapku". Perintah tegas Raja sambil pergi meninggalkan ruangan tabib.

Setelah Raja pergi, Sooji bergegas ke perpustakaan istana untuk mengumpulkan data para tabib yang bertugas menjadi tabib pribadi para menteri. Ketika sampai di perpustakaan kerajaan Sooji mencari rak buku yang berisi tentang data para tabib, dia menyelah buku satu persatu dengan sangat teliti. Hingga berhenti pada barisan tengah rak, tertulis judul buku *DATA TABIB KERAJAAN*. Sooji langsung mengambilnya dan menyimpannya.

Hari ini seperti hari sebelumnya, matahari tidak menunjukkan kesedihannya, burung masih berkicau indah, daun-daun tidak pernah marah ketika berjatuhan.

Wangnim mulai membuka matanya, kepalanya masih terasa pusing.

"KASIM LEE!!!". Teriak Wangnim dari dalam kamar.

"KASIM LEE!!! Siapkan air untuk aku mandi dan baju gantiku, kepalaku sakit sekali". Ucapnya sambil memegangi kepalanya.

Seo yang mendengar suara Wangnim berteriak tidak jelas akhirnya menghampiri Wangnim di dalam kamar ayahnya.

"Hei!!! Mimpi menjadi raja kau? Teriak-teriak tidak jelas, kau ingin mandi? Pergilah ke belakang rumah, disana ada sumur yang airnya segar untuk mandi". Kata Seo dengan membuka pintu kamar sembari mengomel.
Wangnim hanya memandanginya, karena dia masih pusing dan kebingungan

"Kenapa? Cepatlah membersihkan dirimu, aku sudah menyiapkan sarapan... Lalu cepatlah pergi dari rumahku". Ujar Seo yang masih berada di depan pintu kamar.

"Seoo!!! bisakah kau pelankan sedikit Nada bicaramu nak". Kata Tuan Jongjee yang sedang duduk di depan meja makan.

"Ayahhhh....". Ucap Seo sembari menoleh kearah Tuan Jongjee.

Tuan Jongjee hanya menjawabnya dengan gelengan, tanda melarang Seo menyuruh Wangnim buru-buru pergi meninggalkan rumahnya dengan keadaan yang belum membaik. Seo pun pergi ke kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi.

"Dimana aku ini? Kenapa aku bisa disini? Kemarin aku...". Wangnim berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin.

"Astaga, pasti kemarin aku tidak sadarkan diri". Gumamnya sembari mengecek luka yang sudah di perban.

"Lukaku? Sudah di obati? Ah... Sudahlah kepalaku semakin pusing".

Wangnim tidak ingin membuat kepalanya semakin pusing, dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Tuan Jongjee yang sedang sarapan.

"Salam Tuan, terimakasih sudah menerima orang asing sepertiku untuk menginap di sini". Kata Wangnim sambil membungkukkan badannya di hadapan Tuan Jongjee.

"Ohh... Kau sudah membaik nak? Duduklah dulu dan makanlah. Aku Jongjee, ayahnya Seo". Jawab Tuan Jongjee mempersilahkan Wangnim untuk makan dengannya.

"Sungguh baik hati anda Tuan, tidak seperti putri anda yang menyebalkan". Kata Wangnim sambil duduk dan mengambil makanan yang ada di depannya.

"Hahahhaha... Jujur saja aku tidak pernah melihat dia seperti itu kepada orang lain, apa masalahmu dengan putriku? sampai dia terlihat sangat tidak menyukaimu?". Tanya Tuan Jongjee dengan tertawa lebar.

"Tidak tahu, saya sendiri tidak tahu salah saya apa... Mungkin saya ini terlalu menarik untuknya tapi dia berusaha mengelak". Canda Wangnim kepada Tuan Jongjee.

"APA KATAMU?!? MAKAN SAJA, JANGAN BICARA YANG TIDAK-TIDAK". Teriak Seo dari dalam kamarnya.

"Hahhahahaha... Oh iya, sebenarnya apa yang terjadi kemarin sampai kau terluka nak?". Setelah tertawa karena tingkah Seo dan Wangnim, Tuan Jongjee masih ingin tahu apa yang terjadi pada Wangnim kemarin.

"Oh kemarin? Hmmm... Saya hanya tersesat saja, iya saya tersesat tiba-tiba di hutan tidak sengaja terkena panah yang lewat begitu saja lalu... Hmmm saya bertemu Seo dan tidak ingat lagi". Jawab Wangnim dengan makanan penuh di mulutnya.

"Ah iya iya... Rupanya kau lapar sekali, habiskanlah makanannya agar kau bisa cepat sembuh". Kata Tuan Jongjee sambil tersenyum kecil dan memberikan tambah makanan ke mangkok Wangnim.

Wangnim hanya mengangguk dengan lahap memakan masakan Seo. Beberapa detik kemudian Seo keluar dari kamarnya, dia terlihat sudah rapi bersiap untuk pergi.

"Cepatlah mandi, aku akan mengantarmu pulang!". Ujar Seo sambil merapikan baju dan rambutnya.

Wangnim terkejut dengan perkataan Seo yang ingin mengatarnya pulang seketika itu tersedak.

Ukhuuukk...ukhuuukk...

"Seo kau ini kenapa? Biarkan dia beristirahat di sini sampai dia sanggup untuk pulang sendiri". Tuan Jongjee memperingatkan Seo atas perlakuannya terhadap tamu rumah.

"Haaaiiis... Kenapa ayah membelanya? Menyebalkan!". Jawab Seo sambil keluar rumah.

Di sisi lain Raja Gyeongjong yang berada di aula kerajaan terlihat mondar-mandir, wajahnya penuh dengan kegelisahan dan amarah.

"MENTERI PENASEHAT!!!". Teriak raja dari kursi tahtanya.

"Iya yang mulia". Jawab Menteri penasihat Raja sambil menghampiri raja.

"Panggil Sooji kemari... CEPAT!!!". Perintah raja dengan tangan yang tidak berhenti menggenggam kursi tahtanya.

Menteri penasihat segera mencari Sooji untuk menghadap Raja yang sedang gelisah.

"Siapa yang berani mengambil tahtaku? Para menteri rendahan itu? Hahahaha... Tak akan aku biarkan". Gumam Raja Gyeongjong dengan penuh amarah.

Tidak lama kemudian Sooji datang bersama data-data para tabib pribadi menteri ditangannya.

"Yang mulia". Sapa Sooji sambil membungkukkan badannya.

"Cepat bawa kemari buku yang ada di tanganmu itu!". Ucap Raja dengan bibir yang menyeringai.

Sooji pun memberikan buku berisi data-data tabib pribadi menteri kehadapan Raja. Dengan tidak sabar raja membaca semua isi buku itu, dia membaca sedetail mungkin tapi tidak tahu pasti mana yang memiliki racun mematikan.

"Mana tabib pemilik racun mematikan? Sooji apa kau tau bentuk tanaman beracunnya?". Tanya Raja kepada Sooji sambil tetap membaca bukunya.

"Saya tidak yakin siapa yang memiliki racun itu, tapi masalah bentuk tanamannya sebelum saya pergi ke perpustakaan saya sempat bertanya pada tabib istana, kata tabib istana tanaman beracunnya adalah...









Hah gimana ya bentuk pasti Racunnya?

Penasaran?

Jangan lupa follow dan kasih bintangnya ⭐ ya kakak-kakak yang syantik dan ganteng
Tengkyu sudah support

Komen juga boleh 😚

Wanita Pilihan RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang