2.

423 31 0
                                    

Mobil yang ditumpangi Adely berhenti di sebuah tempat yang terlihat sepi yang terletak lumayan tinggi. Yeonjun keluar terlebih dahulu dengan memakai masker dan topi hitamnya setelah mematikan mesinnya.

Adely hanya mengikuti di belakangnya. Ia berhenti dan terdiam, aku segera memposisikan langkahku agar sejajar dengan Yeonjun.

Saat ku lihat ke arah depan, aku ikut terdiam seperti Yeonjun karena dari atas sini, dapat kulihat pemandangan kota Seoul yang sangat cantik, disini juga udaranya sangat segar.

Adely melangkah lebih jauh dari Yeonjun. Wajahku yang sejak tadi hanya terdiam kemudian berubah menjadi senyuman lebar.

"Hei!" panggilnya yang membuatku langsung membalikkan badan menghadap ke arah Yeonjun, "Namamu siapa?" tanya Yeonjun dan aku baru ingat jika aku lupa memperkenalkan diri. "Oh, namaku Kim Adely," ucapku yang membungkuk di depannya.

"Kau ramah sekali ya," ucap Yeonjun yang menyamakan posisi dimana aku berdiri. "Aku ingin bertanya," ucapnya yang kemudian menoleh ke arahku. "Maukah kau menjadi teman dekatku?" lanjutnya yang sukses membuatku terkejut.

"Apa?" Aku hanya menggangguk ragu, tanpa dipikir bukankah saat ini aku sedang berteman dengan seorang idol?

"Aku memilihmu sebagai teman dekatku karena kau sangat ramah dan sangat dewasa, aku ingin mempunyai teman dekat cewek," ucapnya yang kini sedang menatapku.

"Tapi kenapa harus aku?" tanya Adely  yang masih tidak bisa mencerna ucapan Yeonjun.

"Karena menurutku, kamu bisa jadi temen yang selalu mendukungku, tidak terlalu heboh saat ada idol datang di hadapanmu."

Ia membalikkan badan menghadap samping. "Dan jangan lupa rahasiakan pertemuan ini."

"Ya! Jangan terlalu percaya diri, aku tidak mengidolakanmu. Aku mengidolakan temanmu itu," ucapku yang kini tidak menoleh ke arahnya.

"Siapa temanku?" tanya Yeonjun.

"Hmm, aku tidak tau," jawabku asal.

"Kau sangat menggemaskan jika sedang kesal seperti itu," ucapnya sambil mencubit pipi kananku dengan satu tangannya. Seketika pipi yang berwarna putih itu berubah menjadi merah tomat.

Segera Adely menutup pipinya dengan jaket yang ia pakai. Bagaimana bisa seorang idol bersikap seperti ini kepada orang biasa? Bukankah aku sangat beruntung?

"Ya—," Tak sempat membalas, ia kemudian berbicara lagi. "Ini sudah larut, mari kita pulang".

🐿🐿🐿

"Dimana rumahmu?" ucapnya sembari menyetir. "Disitu belok sedikit lurus terus," jawabku yang mulai menunjuk arah jalan rumahku.

Setelah beberapa menit berada di dalam mobil besama Choi Yeonjun, akhirnya mobil ini berhenti di depan gerbang rumahku.

"Terima ka—,"

"Tunggu, aku ingin bicara sebentar."

"Apa?"

"Pinjamkan handphonemu,"

"Untuk?"

"Berikan saja," ucapnya yang kemudian dengan cepat mengambil handphoneku.

"Apa yang sedang kau lakukan dengan handphoneku? Apa, jangan bilang kau...,"

"Ya! Aku tidak seperti yang kau pikirkan, aku ini idol baik-baik, udah sana turun dari mobilku."

Adely menatap kesal wajah Choi Yeonjun, bisa-bisanya dia mengusir Adely. Tak mau panjang lebar dengan idol menyebalkan yang berada di sampingnya ini, ia segera turun dari mobil dan masuk ke rumahnya tanpa melihat kembali mobil yang masih ada di depan.

🐶🐶🐶

Adely merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Berguling ke sana sini, melompat, berteriak tak jelas.

Wah, apa ini? Mengapa aku seperti ini? Jangan bilang karena si Choi itu? Ah.. tidak, itu tidak mungkin.

Drt...Drt..

"Adely, sudah makan?" ucap seorang wanita paruh baya yang sedang tersalur dari handphone. "Ya bu."

Adely turun dari kamarnya, dan langsung mengambil makanan yang ada di meja dan memakannya.

"Bagaimana hari pertama sekolahmu? Apa berjalan dengan lancar?" ucap sang ayah yang kini menyedokkan satu siap ke mulutnya. Terlihat dari handphonenya.

"Yah, semua baik-baik aja. Menurutku ada satu hal yang menarik hari ini..,"

"Apa dia cowok?"

"Bukan, Bu. Tapi bisa dibilang begitu," ucapku yang semakin memelankan suaranya.

"Apa dia sesuai kiteriamu?"

"Aku tidak tau, lebih baik  jangan membahas itu, Bu. A-aku sedang tak ingin."

"Apa kau menyukainya? Bagaimana wajahnya, apa kau mengambil gambar dengannya?" tanya ibuku sekaligus membuatku pusing dengan pertanyaan yang sangat banyak yang dilontarkan ibuku.

"Ah, ibu!"

"Haha, baik, nak. Ibu tak akan membahasnya, selamat makan."

"Baik Bu. Aku tutup ya."

"Iya, nak. Jaga kesehatan ya!"

"Siap Bu boss!"

Setelah selesai makan malam dengan keluarga, Adely kembali merebahkan tubuhnya di kasur dan kembali mengingat perkataan Yeonjun.

Ah.. bagaimana bisa di saat-saat seperti ini ia memikirkan Choi Yeonjun? Tidak, jangan bilang aku menyukainya? Aish, itu tidak mungkin.

Ia kembali memikirkan saat dimana Yeonjun mencubit pipinya dan mengatakan gemas? Ah.. aku tidak bisa tahan.

Rasanya aku ingin berteriak kencang, namun mengingat situasi disana. Aku tidak bisa berteriak saat disana, aku akan malu jika berteriak disana. Adely sangat beruntung bertemu dengannya.

 Adely sangat beruntung bertemu dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


B

agiamana? Revisinya gak terllau beda ko.

Lihat author aja typo;)

Adely masih aja ingat perkataan Yeonjun padahal udah gak berhadapan dengan Yeonjun lagi.

Maaf ya kalau ada typo.

Enak banget ya ketemu idol apalagi di ajak jadi teman dekat.

Maaf ya kalau pendek

Oh ya

TXT mau comeback, jangan lupa nonton ya

COME | Choi Yeonjun | [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang