08. Denial

3.2K 408 119
                                    

Jakarta, 14 September 2020

Aku masih tidak bisa berpikir jernih. Setelah informasi yang aku dapatkan itu rasanya duniaku runtuh. Meskipun begitu, selama ini aku hanya mempercayai apa yang aku percaya, tapi hal ini tentu tidak bisa kuabaikan begitu saja.

Mark tidak akan seperti itu. Aku pikir itu tidak masuk akal ketika ia menikahiku tetapi punya kekasih lain di luar sana. Aku yakin sekali, dia mencintaiku.

Kami menikah bukan karena perjodohan, kami menikah atas keinginan kami sendiri. Ketika dia melamarku, yang bisa aku lihat hanyalah ketulusan di  matanya. Bahkan ia meyakinkan orang tuaku, untuk menikahiku di usia yang masih cukup muda. Ayahku adalah orang yang paling menentangku untuk menikah di usia muda, tapi Mark, ia berkali-kali meyakinkan ayahku agar diperbolehkan menikah dengan putri kesayangannya. Aku pun bisa melihat kesungguhannya saat itu.

Yang aku tahu, kami berjanji di hadapan Tuhan dengan sungguh-sungguh, bukan main-main. Mark mengucapkan janjinya dengan lantang, membuat undangan yang ada disana terkesan saat itu.

Peristiwa itu merupakan yang terindah dalam hidupku.

Walaupun setelah menikah ia mulai berbeda, tapi aku merasa mungkin ia hanya lelah dengan pekerjaannya. Ia memikul beban yang berat saat usianya masih muda, dan aku pikir itu wajar ketika ia agaknya sedikit mengabaikanku ketika di rumah. Aku memakluminya.

Aku memang sering mengeluhkan perubahan sikapnya, yang aku rasa hanya menjadikanku seorang selir daripada seorang istri, tapi itu bukan masalah, itu mungkin suatu bukti kalau dia menyayangiku, walaupun terkesan agak mengekangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memang sering mengeluhkan perubahan sikapnya, yang aku rasa hanya menjadikanku seorang selir daripada seorang istri, tapi itu bukan masalah, itu mungkin suatu bukti kalau dia menyayangiku, walaupun terkesan agak mengekangku. Lagipula sekarang sudah jauh lebih baik, ia bahkan menerima Ale hadir dalam keluarga kami setelah tadinya berusaha keras menentang kehadiran seorang anak.

Aku tidak terima orang lain membuat issue yang menjatuhkan keluargaku. Kami sudah sempurna. Mark suami yang bertanggungjawab, dan kami juga sudah dianugerahi seorang putri. Kami menjalankan rumah tangga kami dengan baik, apalagi sekarang, sungguh jauh lebih baik bila dibandingkan dengan saat kami hanya berdua dulu.

Aku hanya tidak mengerti, kenapa ada issue seperti itu ketika kami mulai membaik? Hey, bahkan rasanya seperti aku baru memulainya dengan benar. Apakah memang seperti inilah cara kerja dunia?

Aku tidak terima dunia mempermainkanku sesukanya, yang bahkan aku sudah berusaha agar semuanya dapat kuperbaiki, namun apa yang aku usahakan juga seakan melawanku, tidak mau berjalan sesuai dengan keinginanku.

Sudahlah, selagi bukan Mark sendiri yang mengatakannya, aku tidak akan percaya.

~~~

Aku mendengar suara pintu terbuka, tepat setelah aku selesai menyiapkan makan malam. Mark sudah pulang rupanya. Hari ini dia tidak terlambat, dan aku lega dengan itu. Ia melepas jasnya lalu menghampiriku ke ruang makan, menyapaku sebentar.

Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang