24. Pretense

2.6K 233 433
                                    

Jakarta, 16 Februari 2015

(Author POV)

Sepasang pengantin baru itu datang ke sebuah rumah di kawasan elite yang berada di ibukota. Karena baru menikah, tentu saja sekarang mereka masih dikelilingi oleh perasaan bahagia.

"Bagaimana, kau suka?" tanya sang suami pada istrinya setelah membukakan pintu utama rumah mereka.

Mata wanita itu berpendar, melihat sekeliling rumah megah dan mewah beserta seisinya yang baru saja diberikan oleh suaminya untuk dijadikan tempat tinggal mereka berdua.

"Suka sekali. I love this!" riang sang istri.

"Sebenarnya aku mau beli apartemen, tapi aku ingat kau pernah bilang kalau lingkungan apartemen tidak bagus untuk membesarkan anak" balas lelaki itu dengan senyum.

"Sebenarnya aku mau beli apartemen, tapi aku ingat kau pernah bilang kalau lingkungan apartemen tidak bagus untuk membesarkan anak" balas lelaki itu dengan senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia begitu percaya diri karena telah melakukan hal yang benar menurutnya, yaitu menyenangkan sang istri.

"Ya, aku masih ingat pernah bilang begitu. Terima kasih karena telah mendengar pendapatku" sang istri masih terkagum dengan apa yang diterimanya pagi ini.

Mereka kemudian melanjutkan berkeliling ke tempat tinggal baru mereka. Rumah itu, bergaya klasik tetapi dengan beberapa sentuhan modern di dalamnya. Sangat cocok dengan selera seorang pebisnis handal yang mewarisi perusahaan turun temurun keluarganya.

Semuanya sudah lengkap di rumah itu, furniture, aksesoris, dan bahkan foto pernikahan mereka juga telah terpasang disana. Rumah itu benar-benar sudah siap untuk mereka tinggali, menjadi saksi bisu kelangsungan hidup mereka.

"Ren, aku benar-benar serius ingin menjalani hidup denganmu. Anggaplah rumah ini menjadi bukti keseriusanku" sang lelaki berujar saat mereka berkeliling.

Istrinya yang cantik itu pun tersenyum mendengarnya. Ia senang karena walaupun dalam waktu yang singkat ia mengenal suaminya ini, tapi lelaki itu sudah menunjukkan kalau ia sungguh-sungguh.

"Kau sudah menikahiku, apalagi yang perlu aku ragukan? Aku sepenuhnya percaya padamu, kau suamiku sekarang" pria itu lalu menunjukkan senyum malaikatnya.

"Aku beruntung dapat istri yang baik sepertimu. Asal kau tahu saja, aku tidak sabar untuk hidup denganmu dan anak-anak kita nanti"

"Ya, aku juga. Lebih tepatnya aku tidak sabar untuk menua bersamamu"

Mereka pun saling melempar senyum satu sama lain.

Sebuah kenangan, dari sepasang pengantin baru yang tidak tahu bagaimana takdir akan mempermainkan nasib mereka.

Sepasang merpati yang tengah menikmati bulan madu mereka, tanpa tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Biarlah berharap setinggi-tingginya, pada akhirnya bukan maut yang memisahkan, melainkan sebuah pengkhianatan.

Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang