Seoul, 21 Desember 2014
(Renita POV)
Aku bergegas keluar dari gedung tempatku bekerja untuk buru-buru menemui seseorang setelah ia baru saja meneleponku. Saking tidak sabarnya, aku memilih untuk menggunakan tangga darurat daripada elevator karena jumlah penggunananya yang sangat banyak, maklumi saja karena ini masih jam makan siang.
Tapi aku, tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Aku melihatnya, pria itu berdiri di seberang jalan dengan senyumnya yang membuatku ingin jatuh lebih dalam lagi ke pesona. Ia menggunakan kemeja, berwarna sky blue dan sepatu kulit yang menyempurnakan penampilan. Sangat tampan seperti ia biasanya.
Di tangannya, aku melihat sebuket bunga, yang rasanya akan ia berikan untukku.
Kekasihku telah kembali, menepati janjinya.
Kami saling memandangi satu sama lain dari jauh, senyum itu terkembang lebar dari wajah kami. Aku sungguh tidak sabar untuk menunggu jalanan sepi agar bisa menyebrang dan menghampirinya secepat mungkin. Memang se-tidak-sabaran itulah aku.
Ketika berhasil menyentuh raga satu sama lain, kami berpelukan meluapkan kerinduan setelah dua bulan lebih tidak bertemu. Pelukannya yang hangat dan sangat nyaman ini selalu aku rindukan di setiap malamku. Sungguh sebuah mimpi buruk saat aku harus merelakannya pergi karena pekerjaan dua bulan lalu. Hubungan jarak jauh itu sulit, aku menyesal telah meremehkan.
"Ren, jangan lari begitu. Lihat kan kau jadi berkeringat sekarang" ia mengeluarkan sapu tangannya untuk mengusap dahiku yang sudah penuh keringat.
"Aku tidak sabar untuk melihatmu. Akhirnya kau kembali juga, aku pikir kau tidak akan kembali lagi setelah kita wisuda" kataku, masih dalam dekapannya.
"Aku sudah janji kalau akan kembali," dia memberikan buket bunga itu untukku.
"Ren, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," dia meraih kedua tanganku, setelah sebelumnya mengeluarkan kotak beludru merah dari dalam kantongnya.
"Aku juga tidak tahan jauh darimu, dua bulan yang kemarin sangat menyiksaku" kemudian dia berlutut didepanku, membuka kotak itu dan menunjukkan kalau isi di dalamnya ternyata adalah sebuah cincin berlian.
Sebentar, otakku masih belum bisa memahami ini semua.
"Aku tidak tahan jauh darimu, maka dari itulah, maukah kau hidup bersamaku?" pintanya. Kedua tanganku tergerak untuk menutup mulutku. Aku tidak percaya hal ini akan terjadi.
"Mark.. apakah ini—"
"Aku melamarmu sayang, kau mau menikah denganku?" dia memperjelas, membuatku bukannya menjawab tetapi malah mematung dengan mulut sedikit terbuka.
"Ren, I need your answer" sergahnya ketika aku masih diam tanpa mengatakan apapun.
Aku mencerna baik-baik apa yang sedang terjadi, menarik nafasku panjang, lalu menatap maniknya, mencari kesungguhan yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓
Fanfiction[✓] ❝My beloved husband, you was. My love loosen gradually, and now it's all gone❞ Start March, 29th 2020 End June, 27th 2020 Notes: cerita ini hanya fiksi. Karakter idol dalam cerita murni imajinasi penulis. Tolong jangan sangkutpautkan dengan kara...