Jakarta, 27 Juni 2021
(Author POV)
Wanita itu masih mengomel menceramahi pria yang mengekorinya di belakang. Bagaimana tidak, pria itu —anggap saja telah melamar wanita lain secara terang terangan di hadapannya. Membuatnya merasa hina dan hanya dijadikan pelampiasan saja selama ini —walaupun kenyataannya memang seperti itu.
"Dad, untuk apa kau memintanya seperti itu. Kau sampai menggunakan aku sebagai alasan untuk memohon dia kembali padamu. Aku tahu kau tidak akan benar-benar meninggalkanku kan?" ia mencoba mencari jawaban pada kekasihnya.
"Aku tidak mengira kalau dia sampai seteguh itu. Aku kira kali ini dia serius" jawabnya yang malah sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Lalu kenapa? Kau sudah tidak ada hubungannya lagi dengannya. Kalian itu sudah mantan suami-istri"
"Meskipun begitu aku ingin mendapatkannya kembali, mengembalikan peran itu kepada pemiliknya dan mencoba bertanggungjawab untuk anak-anakku, terlebih yang sedang dikandungnya" kali ini sepertinya otaknya berada di tempat yang benar.
"Kenapa kau begitu terkejut ketika tahu dia hamil? Bahkan dia sudah mengakuinya padaku saat melabrakku dulu" wanita itu sadar dan segera membungkam mulutnya sendiri yang kadang terlampau lepas saat bicara.
"Dia melabrakmu?" pria itu terheran, mencerna baik-baik apa yang dilontarkan kekasihnya, sepertinya ia baru mendengarnya kali ini.
Tentu saja Mark menyadarinya.
Haha. Kena kau kali ini.
"Katakan dengan jujur, dia menemuimu sebelum kami bercerai?" dia bertanya dengan intonasi yang cukup membuat perempuan itu merinding.
Sedangkan wanita itu mendadak bergidik melihat reaksi pria lebih tua yang dikencaninya. Kalau sudah begini ia tidak punya pilihan lain selain membenarkannya.
Mark mengangguk paham, kemudian menatap picing bersiap untuk mengeksekusi wanita ini.
"Dia juga mengakui kalau dia sedang hamil saat itu?" ia meninggikan sebelah alisnya, meminta jawaban dari wanita yang sedang cemas menggigiti jarinya.
Sekejap kemudian pria itu menarik nafasnya panjang, mengumpulkan segenap tenaganya, kemudian berteriak kencang dengan emosi campuran antara kesal dan frustasi. Ia mengepalkan tangannya, dan menendangkan kakinya kesembarang arah kuat-kuat.
Mark menjadi naik pitam karena wanita itu tidak memberitahunya kalau ia pernah dilabrak oleh istrinya.
Seperti muncul tanduk dikepalanya, dengan murka pria itu membentak wanita yang jauh lebih muda darinya. Bukan lagi mengintimidasi, kali ini dengan nada seperti ingin menerkamnya.
"GARA-GARA KAU AKU BERCERAI! SIAL! DASAR JALANG MURAHAN!" teriakannya tepat di depan muka wanita itu terdengar sangat menggelegar sehingga bisa didengarkan dengan jelas oleh orang di sekitar mereka, menjadikan lahan parkir itu seperti suatu TKP tindak kekerasan.
Wanita itu tertegun, ia menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangannya. Tubuhnya pun kemudian lemas dan beringsut, ia semakin terjatuh perlahan ke tanah. Baru pertama kalinya ia mendengar daddy-nya ini semarah itu dan membuatnya seperti kehilangan tenaga.
Biasanya, semarah apapun orang ini, dia tidak akan mengeluarkan kalimat yang tidak pantas seperti itu.
Itu deritamu, asal kau tahu.
"Dad, k-kau tidak akan meninggalkanku k-kan?" katanya memelas dan terbata, masih dengan terduduk tidak berdaya di atas tanah.
Mark masih terlihat geram padanya, seperti orang yang lama menyimpan dendam. Ia masih menggertakkan gigi-giginya, membuat rahangnya semakin terlihat tegas pertanda kemarahannya masih memuncak dan tidak mempedulikan wanita yang sudah tidak berdaya dengan air matanya yang mulai menetes itu terus memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓
Fiksi Penggemar[✓] ❝My beloved husband, you was. My love loosen gradually, and now it's all gone❞ Start March, 29th 2020 End June, 27th 2020 Notes: cerita ini hanya fiksi. Karakter idol dalam cerita murni imajinasi penulis. Tolong jangan sangkutpautkan dengan kara...