Hanya sedikit kisah Renita, dengan makna valentine yang berbeda setiap tahunnya.
Busan, 14 Februari 2013
Gadis itu terlihat sebal. Sedari tadi ia tidak menggubris omelan kekasihnya yang panjang lebar seperti luas persegi panjang. Seperti istilah masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Ia sudah muak dengan suara rendah pria itu, yang tidak berhenti bicara sedari mereka masih berada di perjalanan.
"Hey, raut mukamu. Kau benarkan dulu atau kita pulang" ancamnya. Gadis itu pun mendengus kesal.
"Kau yang salah, malah kau yang marah. Aku menunggu permintaan maafmu sedari tadi tapi kau hanya mengomel" balasnya dengan berbalik menggunakan nada tinggi.
"Aku juga pusing melihat mukamu yang muram. Makan saja, makan. Akan lebih baik kalau kau diam daripada kau mengoceh" kata pria itu membuat Renita lagi-lagi hanya bisa menggeram kesal.
"Oppa, kau yang bilang akan mengajakku ke wisata kuliner yang ada di Busan. Aku kira kau akan mengajakku ke Haeundae, tapi kau malah mengajakku ke pasar Jagalchi"
"Pasar Jagalchi apanya, kau sekarang berada di Seomyeon" sungutnya balik.
"Maksudku tadinya. Oh yang benar saja kau membawaku ke tempat seperti itu" gadis itu walaupun mengeluh kesal, ia tetap melahap dwaeji gukbap yang telah tersaji di hadapannya.
"Kau tinggal di Seoul, tapi malah mencari makan di Haeundae. Sudah tahu disana banyak makanan internasional, di Seoul pun juga ada"
"Lalu memangnya apa motivasimu mengajakku ke pasar seafood itu huh?"
"Agar kau bisa melihat hasil laut di negara ini. Kau jadi bisa membandingkannya dengan yang di negaramu, tidak kalah banyak bukan?" Renita memutar malas matanya dan melenguh sebentar.
"Kau bisa jadi menyebalkan kalau sudah masalah membandingkan. Memangnya apa yang penting dari membandingkan hasil laut? Kau bahkan tidak melakukannya kali ini saja. Setiap hal yang ada di Korea kau bandingkan dengan yang ada di Indonesia. Kau tidak suka dengan negaraku? Kalau begitu kenapa mengencaniku?" ia sudah tidak tahan untuk tidak membalasnya.
Pria itu pun membuka selembar daun selada, mengisinya dengan samgyeopsal yang baru saja selesai dipanggang, melipatnya lalu menyumpalkannya ke mulut sang kekasih yang masih betah mengomelinya.
"Jung Jaehyun gila! Astaga, ini masih panas!" Renita kesulitan bicara karena mendadak ada makanan panas yang mengisi penuh mulutnya. Ia juga takut setelah ini lidahnya akan terasa nyeri karena traumatic ulcers.
"Kalau aku bilang sudah ya sudah. Aku menyuruhmu makan, bukan mengomel" pria itu dengan santainya masih memanggang beberapa potong samgyeopsal lagi.
Renita pun diam, dan hanya memandang kekasihnya ini dengan tatapan super jengkel. Ia jadi bingung, kenapa ia bisa menerima ajakan kencan orang yang sangat menyebalkan ini?
"Maaf" ujar pria itu setelah mereka hening beberapa saat dan fokus menyantap makanan mereka.
"Aku bukan ingin membandingkan itu, aku hanya ingin mengajakmu ke tempat yang tidak ada di Seoul" ia masih sibuk dengan membalik beberapa potong daging.
"Aku tahu beberapa tempat seafood di Seoul, tidak perlu jauh-jauh"
"Aku pikir aku ingin membuat kenangan denganmu disana. Sama seperti ibuku memberiku kenangan dulu"
"Kenangan apa?"
"Hari terakhirku bersama ibuku, setelah itu kami mengalami kecelakaan dan beliau meninggal dunia" ia mengatakannya santai dengan masih mengunyah makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓
Fanfic[✓] ❝My beloved husband, you was. My love loosen gradually, and now it's all gone❞ Start March, 29th 2020 End June, 27th 2020 Notes: cerita ini hanya fiksi. Karakter idol dalam cerita murni imajinasi penulis. Tolong jangan sangkutpautkan dengan kara...