04. Babe

4K 525 266
                                    

Jakarta, 12 Desember 2019

Berbulan-bulan sudah aku melewatinya. Rasanya bahagia sekali aku mendapatkan kesempatan seperti ini, perasaan yang sering kubayangkan di awal pernikahanku.

Aku sungguh menikmatinya, rasanya luar biasa. Sebagai ibu aku tentu mengusahakan yang terbaik untuk anakku. Aku tentu memenuhi kebutuhannya, termasuk gizi yang cukup dan minum susu. Aku juga tidak lupa setiap bulan berkonsultasi dengan dokter obgyn untuk memantau perkembangannya.

Kini sudah 20 minggu aku bersamanya, rasanya aku tidak sabar untuk melihatnya lahir ke dunia ini. Aku sangat menyayanginya, walaupun aku tahu, sesaat setelah dia lahir dia akan menjadi milik orang lain. Tentu aku sedih, tapi jika dilihat lagi itu adalah pilihan terbaik dari semua kemungkinan buruk.

Setidaknya, aku tidak kehilangan dia, tidak menjadi iblis untuk anakku sendiri.

"Kak, anakmu baik-baik saja. Ini juga trisemester kedua, kau pasti sudah terbiasa" pemuda itu berbicara sambil menyetir kendaraan roda empat miliknya.

"Ya, Chan. Aku sudah sangat terbiasa sekarang" kataku sambil tersenyum.

"Ini impianmu sejak dulu bukan? Kau menikmatinya?

"Tentu saja. Bayangkan, aku mendapatkannya setelah empat tahun dihalangi olehnya, selama itu pun aku hanya pasrah dan tiba-tiba dia hadir sekarang. Sepertinya Tuhan tidak tinggal diam dan akhirnya memberikanku anak ini. Aku sangat menyayanginya, kau tahu"

"Ya, tapi apa kau siap berpisah dengan anakmu setelah dia lahir?" tanyanya tiba-tiba yang membuatku mematung dan hanya bisa menjawabnya lewat gelengan kepala.

"Aku sudah tahu itu. Aku tidak keberatan jika nanti pada akhirnya kau merawatnya sendiri. Aku tahu ini impianmu, Kak"

"Sebenarnya, aku juga berat melepasnya, Chan. Tapi aku tidak bisa berkutik, aku tidak bisa membesarkannya tanpa bantuan suamiku, dan aku pasti akan sangat kacau jika membesarkannya sendirian. Aku tidak ingin gagal, jadi lebih baik aku pasrahkan saja padamu"

"Kau tenang saja, aku akan merawatnya seperti merawat anak kandungku. Sejujurnya, aku juga lebih berharap kau bisa membesarkannya bersama suamimu, karena itu keinginanmu dari dulu kak, aku tahu itu"

"Aku juga masih berharap adanya keajaiban, tapi aku siap untuk menerima kemungkinan terburuknya"

~Mistress Diary 04~

Jakarta, 20 Januari 2020

"Mark.."

"Yes Babe?"

"Mau ikut ke obgyn? Hari ini aku sendirian, Haechan ada jadwal mengajar" pintaku dengan penuh harap.

"Sorry but.."

"I know, but Mark, please. Ini sudah bulan ke enam tapi kau belum pernah melihat anakmu"

"You said that she's Haechans, not mine"

Ya, jenis kelaminya memang sudah dikonfirmasi, aku pun sudah memberitahunya, tapi itu tidak merubah apapun.

"Ya karena kau sendiri tidak mau menerima anak ini kan. Sedangkan Haechan dia mau terima anak ini, walaupun tidak ada hubungan darah dengannya"

"Lalu kenapa kau mengajakku?"

"Aku tidak memaksamu, kalau kau tidak mau ya sudah. Setidaknya aku sudah berusaha untuk menunjukan kepadamu, sebelum dia benar-benar aku serahkan ke Haechan"

"Aku tidak butuh itu Babe, aku mau kejar ambisiku"

"Kalau seperti ini harusnya kau tidak menikahi aku, Mark"

Mistress Diary [NCT Fanfiction] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang