PART 3

31.7K 1.7K 43
                                    

Aku bisa-bisa mati muda kalau terus-terusan deket sama dia. Ucapannya barusan bener-bener bikin aku panik setengah mati. Maksudnya dia apa sih? Mau bikin aku malu atau gimana? Hiiih

Sisa perjalanan kami ke kampus ku hanya diisi oleh suara radio di mobilnya. Baik aku dan dia sama sekali ga ada yang berusaha membuka obrolan.

"Tolong katakan pada dirinya, lagu ini kutuliskan untuknya, namanya selalu ku sebut dalam do'a sampai aku mampu ucap maukah dengan ku" dan sialnya lagu ini yang lagi kami dengerin dalam mobilnya.

Kenapa sih ini perjalanan ke kampus ko rasanya lama banget! Aku ga suka situasi kaya gini!

Akhirnya kami udah sampai di area parkir kampus ku. Dia sudah memarkirkan mobilnya, aku langsung buru-buru ambil tas dan saat mau buka pintu mobil tiba-tiba orang itu nahan lengan ku.

"Mana terimakasihnya Yaya?" Tanyanya dengan tatapan teduh tapi memabukkan, uhh.

Bener kata orang, laki-laki tuh kalau udah jadi suami orang auranya tuh makin cakep.

"Makasih Om, maaf merepotkan" kata ku sambil mebalikan tubuh ku arahnya dan menatapnya datar.

Tiba-tiba dia menyerahkan tangannya pada ku. Aku menatapnya bingung, maksudnya aku harus ngapain sih?

"Salim Yaya" tolong ini dia bisa baca pikiran ku? Ko serem...

Akupun langsung merah dan mencium punggung tangannya, hal selanjutnya yang dia lakukan adalah mengelus pelan rambut ku "yang rajin yaa kuliahnya. Biar cepet lulus" katanya.

Yaampun. Ini gimana aku ga makin susah lupain dia sih huwaaah.

*****************************************

"Kenapah sih Ra? Dari kemarin mukanya kusut mulu?" Pertanyaan dari Diza membuyarkan lamunan ku.

"Ja, inget ga cinta mati gue dari jaman SMP yang pernah gue ceritain ke lo?" Tanya ku.

"He-eh, kenapa emang?" Katanya sambil makan batagor.

Yaa, saat ini kami sedang berada di kantin kampus. Jadwal kuliah ku sudah berakhir satu jam lalu. Tapi aku males banget buat pulang. Males ngadepin Om-om yang slalu bikin jantung ku jungkir balik kalau lagi di dekatnya.

"Dia balik lagi Ja, tinggal di rumah Mama Ina lagi." Kata ku.

"Lah, kan rumahnya emang disitu" jawaban dari Diza cuman ku bales dengn plototan.

"Asli gue panik setengah mati dari kmarin Ja. Mana istrinya cantik banget. Makin kaya remahan rengginang kan jadinya gue tuh" kata ku sambil menunduk.

Sebenernya orang-orang bilang aku juga cantik, ga malu-maluin lah kalau diajak pergi-pergian. Tapi istrinya orang itu tuh cantiknya satu tingkat diatas ku. Bikin aku minderkan jadinya.

"Emang lo masih cinta sama dia Ra?" Pertanyaan dari Diza sukses membuat ku frustasi.

"Duh gusti... Ya kalo gue udah ga cinta, gue ga akan sepusing ini Jaja" kata ku sedikit menekankan nada bicara ku.

Diza hanya terkikik geli mendengar ucapan ku.

"Jangan jadi pelakor yaa Ra" katanya.

"Yaa enggak lah gilak. Gue masih waras. Secinta-cintanya gue sama dia juga tetep aja ogah kalo harus jadi istri ke2" dan jawaban ku saat ini sukses membuat Diza tertawa.

Aku melihat ke arah jam tangan ku, ternyata udah jam 5 sore. Duh harus cepet-cepet pulang sebelum dicariin Opa.

"Ja balik yuk, nebeng sampe daerah D.U ya?" Kata ku.

OM... SAYANG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang