Selamat buka puasa dari Yaya dan si Om 😄
**********************************************************
Sore ini langit di daerah rumah ku sangat mendung, sama dengan kondisi hati ku saat ini. Rasanya aku masih menganggap kalau kejadian tadi pagi itu cuman mimpi buruk ku saja.
Aku sedang berada di ruang tengah, duduk sambil memeluk Oma dan Nauval. Ga ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami bertiga. Kami cuman saling berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain.
Ayah dan Ibu udah datang sejak tadi siang. Mereka berusaha terlihat lebih tegar dan menyalami semua pelayat yang datang ke rumah kami.
Opa baru aja dimakamkan dan kami semua sudah ga bisa lagi meluk Opa secara langsung, yang kami bisa lakukan sekarang cuman memeluk Opa lewat do'a terbaik yang kami kirim buat Opa.
Selain Ayah dan Ibu, Mama Ina dan Papa Handoko juga bantu kami menerima tamu yang datang melayat ke rumah. Keluarga Mama Ina juga yang membantu aku membereskan semuanya dalam mempersipkan semua keperluan untuk pemakaman Opa.
Oma dan Nauval benar-benar ga bisa ngelakuin apapun. Mereka benar-benar seperti kehilangan arah. Tatapan mata mereka kosong dan kadang-kadang masih suka menangis tiba-tiba.
Kondisi ku pun sama pada awalnya. Tapi saat aku melihat Oma dan Nauval yang jauh lebih hancur, aku berusaha untuk menguatkan diri ku sendiri. Harus ada yang bisa lebih kuat kan, biar kita tetap bisa bertahan.
Setelah menangis cukup lama dipelukan dia, aku langsung memutuskan untuk mengurus semua keperluan keluarga ku yang dibantu oleh keluarga Mama Ina dan Papa Handoko, terutama dia. Dia yang paling banyak membantuku.
Sekarang sudah memasuki jam 9 malam. Oma dan Nauval sedang istirahat di kamar tamu. Mereka ga mau istirahat di kamar Opa, mungkin masih trauma sama kejadian tadi pagi. Sedangkan aku sekarang ini masih tetep duduk di ruang tamu.
Ayah, Ibu dan Mama Ina udah berkali-kali membujuku untuk istirahat. Tapi cuman ku jawab dengan gelengan kepala. Bi Sum pun selalu membujuku untuk makan, karna kebetulan aku belum makan apapun dari tadi pagi.
"Ya, istirahat ya?" Kata seseorang sambil memegang pipi ku.
Aku cuman menggelengkan kepalaku.
"Om, saya izin bawa Yaya untuk istirahat di kamarnya" ku dengar dia meminta izin sama Ayah.
"Tolong Aliya ya Rian" kata Ayah ku.
Dia langsung membantu ku untuk berdiri dan menggenggam tangan ku. Lalu menuntun ku untuk jalan ke arah kamar. Badan ku ini nurut banget dengan segala perintah yang dia berikan.
Sampai dikamar, kami berdiri saling berhadapan. Dia mandang wajah ku tanpa mengeluarkan satu kata pun. Selama beberapa saat kami berdua cuman diam, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
Dia mendekat dan menarik ku kedalam pelukannya,
"Ya, jangan gini. Ada Mas disini. Mas udah janjikan bakal selalu jagain kamu Ya" katanya sambil memeluk ku.Sesekali dia mencium kepala dan bahu ku bergantian. Dia melepaskan pelukannya lalu mensejajarkan wajah kami.
"Mas bakal jaga kamu, Oma dan juga Nauval. Mas bakal jaga kalian semua semampu yang Mas bisa Ya." Perkataan darinya ini sukses membuat ku menangis lagi.
Dia mencoba menghapus air mata ku dan mendekatkan wajah kami. Saat bibirnya menyentuh kening ku, aku bahkan ga berusaha menolak sama sekali sama apa yang sedang dia lakukan. Aku malah menutup mata untuk menikmati kecupannya dikening ku.
Setelah itu bibirnya turun ke mata ku, dan memberik kecupan di kedua mataku. Lalu bibir itu turun dan meberi kecupan di hidung ku. Terakhir sebelum dia menjauhkan wajah kami, dia memberikan kecupan di ujung bibir ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM... SAYANG!
Romance"Om kayanya aku turun di halte depan aja" (Naura Aliya Rasyid, 20 tahun). "Kenapa sih Ya manggil aku Om? Gini-gini juga aku masih pantes dipanggil... sayang" (Arian Dharmawan Wicaksono, 30 tahun)