Aliya Pov
Malam ini keluarga kami akhirnya makan malam bersama di halaman rumah Omah. Karna ternyata meja makan di rumah Mamah ga bisa menampung kami semua.
Akhirnya tadi saat si Om, Niko dan Mas Bas sampai rumah, mereka langsung menyiapkan perlengkapan untuk kita makan malam diluar.
Si Om, Niko dan Mas Bas memindahkan meja makan di rumah Mamah Ina dan meja makan di rumah Oma ke halaman rumah. Alhasil mereka bertiga sekarang sudah mandi keringat dan nafasnya jadi ngos-ngosan minta ampun.
Sedangkan aku, Diza dan Mbak Lita sejak tadi masih menyelesaikan masakan kami yang sebentar lagi matang dan siap di hidangkan. Mamah Ina dan Bi Sum juga ikut membantu.
Untung saat tadi Mbak Lita menanyakan kondisi ku, Mama Ina tiba-tiba datang dan membuyarkan semua obrolan ku dengan Mbak Lita. Benar-benar kedatangan Mama Ina sangat membantu bukan?
Kalau enggak mungkin aku udah ngarang cerita sesuka hati. Tapi resikonya adalah Mbak Lita tahu, karna jujur aku ga pinter ngarang cerita bohong.
"Sayang" tiba-tiba si Om memanggil ku.
"Di dapur" kata ku saat melihat si Om yang sepertinya sedang mencari-cari keberadaan ku.
Si Om berjalan mendekat ke arah ku. Saat sudah berada tepat di samping ku, dia sedikit menarik kepala ku dan mencium pelipis ku.
"Mas ke atas dulu ya, mau mandi sama ganti baju. Itu Niko kasih pinjem baju Mas Ya, kasian baju dia basah sama keringet" kata si Om sambil memperhatikan masakan ku dan Mbak Lita
"Suruh Niko ga usah pake baju aja" kata ku sambil tertawa.
Si Om malah menatap ku galak.
"Becanda, iya iya nanti aku bawain ke Niko" kata ku.
"Ja, yang ini bisa langsung di simpen di meja makan aja" kata Mbak Lita sambil menyerahkan piring berisi tumis daging yang wanginya bikin cacing di perut ku loncat-loncat ke girangan.
"Oh siap Mbak. Yang ini aja?" Tanya Jaja sambil menerima piring dari Mbak Lita.
Mbak Lita menganggukan kepala dan berjalan mendekat ke arah ku.
"Ta, ko kayanya kurang sehat gitu" tanya si Om ke Mbak Lita yang sudah berada di dekat kami.
"Eh enggak ko Mas." Jawab Mbak Lita sambil berusaha tersenyum dan mengambil beberapa bumbu masakan.
Si Om memandang ke arah ku, seolah bertanya kondisi Mbak Lita. Aku hanya tersenyum sambil mengusap punggungnya.
"Istri kuuu" tiba-tiba teriakan Mas Bas sudah terdengar ke seantero rumah.
"Hadeuh si alay" kata si Om sambil melirik malas ke arah Mas Bas.
Aku dan Mbak Lita langsung tertawa.
"Mas ke atas dulu ya" kata si Om sambil mengusap kepala ku.
Sebelum si Om benar-benar pergi, dia kembali mencium pelipis dan pipi ku secara bergantian.
"Hati-hati sayang" kata Mas Bas dengan nada mengejek.
Si Om menyentil kuping Mas Bas dan langsung kabur begitu mendengar teriakan dari Mas Bas. Aku dan Mbak Lita hanya tertawa sambil menggelengkan kepala saat melihat tingkah laku mereka berdua.
Saat ini kami semua sedang makan malam bersama di halaman rumah Omah. Semuanya benar-benar fokus dengan masakan yang Mbak Lita buat untuk makan malam kami ini.
Tiba-tiba pertanyaan dari Papah Handoko dan Mamah Ina mengalihkan fokus kami.
"Al, tadi Papah sama Mamah lihat mobil kamu di Limijati. Periksa atau nengokin temen Al?" Tanya Papah Handoko.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM... SAYANG!
Romance"Om kayanya aku turun di halte depan aja" (Naura Aliya Rasyid, 20 tahun). "Kenapa sih Ya manggil aku Om? Gini-gini juga aku masih pantes dipanggil... sayang" (Arian Dharmawan Wicaksono, 30 tahun)