Yippiii udah sampai di part 21 ternyata...
Terimakasih ya untuk yang masih setia baca dan vote di cerita ini.
Selamat membaca!
**********************************************************
Ternyata saat ini ga kerasa semakin dekat dengan jadwal sidang ku. Aku dan Diza bener-bener makin gila. Makin pusing mikirin segala macemnya. Makin dibikin panik mikirin ini dan itu. Makin dibikin ga bisa tidur semaleman. Pokonya... ah ga karuan.
Kalau Niko jangan ditanya deh. Dia orang paling santai diantara kita. Sama sekali ga pernah keliatan panik. Pokonya dia santai banget. Kadang bikin aku sama Diza bingung, ini si Niko makan apa sih? Bisa sesantai ini.
Tapi untung kebersamaan kita bikin kita semua tetep waras buat ngadepin semuanya bareng-bareng. Diza dan Niko yang selalu bantuin aku, dan aku pun yang selalu berusaha bantuin mereka.
Mereka berdua juga sering ngasih hiburan cuma-cuma yang bisa bikin aku ga berhenti ketawa. Bener-bener ngerasa beruntung banget punya kelompok bimbingan yag kaya gini.
Jadwal sidang ku lebih dulu di banding jadwal sidangnya Diza dan Niko. Hampir semalaman aku ga bisa tidur karna mikirin hari ini aku bakal sidang. Untung si Om menemani dan menenangkan ku lewat telpon atau pun video call.
Selain itu hiburan dari Diza dan Niko pun bikin sedikit mengalihkan rasa cemas ku. Mereka benar-benar banyak membantu ku mempersiapkan semuanya.
Aku lagi siap-siap untuk masuk ke ruang sidang. Tiba-tiba hp ku bunyi dan ada whatsapp dari si om
"Good luck sidangnya Yaya. Jangan lupa berdo'a. Kado sidangnya udah nunggu kamu di rumah"
Aku cuman senyum dan langsung buru-buru matiin hp ku karna nama ku udah di panggil untuk masuk ke ruang sidang.
Aah ayo semangat Yaya!
**********************************************************
Selama aku berada di ruang sidang, aku ngerasa lebih tenang di banding waktu nunggu di luar ruangan. Rasanya semuanya berjalan sesuai yang aku harapkan
Aku bisa mempresentasikan skripsi ku dengan baik dan bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penguji sidang ku. Semuanya bener-bener lebih mudah dari yang aku bayangkan.
Dosen pengujinya sama sekali ga mempersulit aku. Mereka malah kasih banyak masukan untuk ku. Dosen pembimbing ku juga baik banget. Ah pokonya aku sampai dibikin terharu sama dosen-dosen ku ini.
Oiya, aku belum pernah bilang kalau aku ini kuliah di jurusan Psikologi. Kalau ada yang tanya alesan ku kenapa milih jurusan ini, pada awalnya aku benar-benar tertarik dengan jurusan kuliah ku ini, tapi lama kelamaan aku jadi ngerasa lagi berobat jalan disini.
Setelah selesai sidang, aku berjalan keluar dari ruangan dan betapa kagetnya aku saat liat orang tua ku dan oma udah nunggu di depan ruang sidang bareng sama Diza dan Niko.
Aku langsung lari ke arah mereka, dan mereka langsung meluk aku bergantian. Aku kira ayah dan ibu ga akan sempet hadir kesini, karna akhir-akhir ini lagi banyak banget yang harus mereka urus. Salah satunya adalah ngurus proses pindahnya ayah dan ibu ke Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM... SAYANG!
Romance"Om kayanya aku turun di halte depan aja" (Naura Aliya Rasyid, 20 tahun). "Kenapa sih Ya manggil aku Om? Gini-gini juga aku masih pantes dipanggil... sayang" (Arian Dharmawan Wicaksono, 30 tahun)