- Part 2 -

30 5 3
                                    

"Apa yang kalian lakukan!? Cepatlah sedikit atau tuan muda akan terlambat pergi ke sekolah," Ucap seorang laki-laki kepada para maid yang sedang memakaikan Andrew pakaian.

"Baik, tuan sebentar lagi," Ucap salah satu maid yang sedang memakaikan Andrew sepatu.

"Tuan muda Andrew, Albert datang membawa perintah dari Tuan Marquis, ayah anda." Andrew berdiri, dan mengangkat alisnya. Albert menyerahkan amplop cokelat besar yang dipegangnya.

Andrew membaca isi amplop cokelat tersebut. Ia tersenyum dan tertawa kecil.

"Rupanya kelinci kecil kita sangat kaya. Tapi tentu saja, masih kaya ayahku." Ia menuruni tangga menuju ruang makan. Para maid mengikutinya, dan Albert segera pergi setelah menyerahkan amplop.

Andrew duduk di ruang makan, menunggu para maid menyiapkan menaruh makanan di meja besar. Andrew memandangi ayam Schnitzel yang berada di depan piring.

"Aku harap matahari cerah saat sampai sekolah, hahahaha," Gumam Andrew sambil memotong daging ayam.
" Eh tapi biasanya juga matahari selalu cerah." Alis Andrew terangkat bersamaan dengan irisan daging ayam masuk ke mulutnya.

                                 °°°°°

Avellino POV

Sepertinya aku datang terlalu pagi. Suasana kelas sangat sepi. Padahal saat di sekolah lama, pukul segini sudah ada beberapa anak di kelas. Aku menguap. Tanganku meraih beberapa buku pelajaran dan membacanya kembali. Membosankan. Semuanya sudah pernah kupelajari.

"Haruskah aku berlatih saat di sekolah?" Aku terdiam cukup lama, sampai tanganku mengambil alat perekam kecil yang pernah menjadi bukti pembullyan saat di toilet kemarin.

Wearing a ring, but ain't gon' be no "Mrs."
Bought matching diamonds for six of my bitches
I'd rather spoil all my friends with my riches
Think retail therapy my new addiction-

Aku mendengar suara berisik dari luar kelas, maka aku segera mematikan rekaman dan menyimpan alat perekam ke dalam saku rok. Aku menghela nafas kesal, andai saja mereka belum datang maka aku bisa menyelesaikan potongan lagu artis dengan album terbaru 'Thank you, next'.

Setelah mereka masuk, mereka hanya sibuk bergosip ria dan bukannya belajar. Tak lama banyak anak kelas yang mulai mengisi bangku mereka masing-masing. Banyak sekali yang membuka buku, tapi tak sedikit yang hanya bermain.

Setelah kelas Matematika berakhir, aku segera menuju ruang 401 yaitu kelas Biologi. Tapi tak sekalipun aku melepas airpod di telinga kanan yang tertutup rambut cokelatku.

Ting.... Tong... Ting... Tong...

Bel istirahat telah berbunyi. Banyak siswa yang sudah meninggalkan kelas. Aku merapikan buku dan peralatan tulis di atas meja, kemudian memasukkan ke tas. Kakinya beranjak menuju ke kantin. Namun saat dalam perjalanan, Bu Ella memanggilku.

"Avellino Calista, bisakah kau membantu saya menaruh kardus ini di ruangan praktek biologi?" Pinta Bu Ella. Aku mengangguk.

Ruangan praktek biologi letaknya setelah kantin. Aku menghela nafas pasrah ketika melihat kursi di kantin sudah penuh semua.

"Sweety, maukah kau membantuku berfoto dengan anjing baruku?" Pinta seorang siswa laki kepadaku. Aku memandangnya heran. Dia menyerahkan handphonenya dan berdiri membelakangi jendela besar sambil menggendong anjing husky kecil.

"Please, sweety." Mohonnya sambil mengelus si anjing. Aku mengangguk dan menaruh kardus di lantai tepat di belakangku.

Cekreekk... Cekreekk....

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang