- Part 6 -

17 3 1
                                    

Avellino terdiam ketika memasuki kelas, ia melihat mejanya yang sudah penuh dengan berbagai kata makian. Ia tak pernah menyangka bahwa dibully benar-benar membuatnya frustasi, kesal, dan beberapa perasaan tak terungkap lainnya. Selama ini, ia hanya dekat dengan seseorang yang pernah dibully selama sekolah menengah, itu pun setelah Avellino membantu orang itu sudah tidak dibully lagi.

"Menyakitkan dan menyedihkan," Gumam Avellino sembari membersihkan coretan spidol hitam dengan tisu basah. Tapi ternyata itu spidol permanen, sehingga Avellino masih bisa melihat banyak kata makian yang membuat hatinya teriris.

'you are a slut'
'You're ugly'
'You are arrogant'
'You die'
'Bitch!'
'Go away!!'

Avellino menghela nafas mencoba menghiraukan kata makian di mejanya dan belajar karena guru sudah masuk ke kelas.

Di sela-sela Bu Eggy menjelaskan materi pelajaran, Avellino merasakan banyak yang melempari kertas ke arahnya secara diam-diam. Awalnya ia menghiraukan kertas kecil yang mendarat di mejanya, tapi beberapa suara tawa kecil terdengar sehingga kertas itu membuat rasa penasaran dalam diri Avellino menguak.

"Kamu tak layak hidup, kamu semut, kamu pantas dibully, sombong, mati sana, pelacur hahahaha, penggoda orang kaya...," Gumam Avellino setelah membaca satu per satu gumpalan kertas yang dilemparkan kepadanya.

Hatinya kembali teriris. Bahkan kata makian yang ada di meja saja belum dibersihkan, tapi kata makian dari kertas menambah luka dalam hatinya. Ia bahkan tidak tahu kenapa mereka memberikan julukan 'pelacur' padanya saat mengingat baru beberapa hari ia pindah sekolah. Avellino mengumpulkan semua sobekan kertas yang berisi kata makian dan memasukkannya pada tas. Ia bisa saja ketinggalan pelajaran jika masih mengingat hal yang menyakitkan itu.

Ting.... Tong.... Ting.... Tong....

Bel istirahat kedua telah berbunyi. Avellino berdiri dari tempat duduknya dan keluar kelas. Ia melangkah menuju kantin untuk bertemu dengan Yuan dan melupakan semua masalahnya.

Seorang anak perempuan tiba-tiba menabrak punggungnya. Ia tertawa dan berkata, "aduhhh maaf deh nggak kelihatan." Avellino menatap anak perempuan itu berjalan dengan angkuh sambil merangkul teman-temannya. Mencoba bersabar, ia kembali berjalan.

Tak lama berjalan, Avellino malah mendengar banyak orang tertawa di belakangnya. Tak hanya itu mereka bahkan menunjuknya dengan terang-terangan. Merasa tak beres, Avellino meraba punggungnya dan benar saja terdapat sebuah kertas yang menempel dengan tulisan 'Hai, aku pelacur yang menggoda pria kaya!'.

"You bastard!" Teriak Avellino. Ia berjalan menuju kantin dengan kesal. Setelah sampai kantin, ia melihat sosok anak laki-laki polos yang sedang memakan mashed potatoes.

"Yuaann!" Sapa Avellino senang. Yuan menengok ke arah sumber suara dan tersenyum.

"Hai...," Sapaan Yuan terputus ketika melihat kertas yang dibawa Avellino. Ia memicingkan mata dan merebut kertas itu. Avellino terkejut atas sikap Yuan.

"Tuh kan.... Kamu dibully," Gumam Yuan dengan butiran air mata yang siap turun. Avellino menggeleng dan menyentuh wajah Yuan.

"Tak apa, aku masih bisa mengatasi itu. Ayo makan!" Avellino mengambil makanan dan nampannya, kemudian duduk bersama Yuan. Mereka berdua makan dalam diam. Banyak sekali masalah yang memenuhi pikiran mereka masing-masing. Banyak yang terjadi, banyak sesuatu yang seharusnya membutuhkan sebuah sandaran, tapi mereka dua sahabat yang tak ingin merepotkan satu sama lain.

••••••

Seorang pria sedang membereskan berkas kerjasama dengan perusahaan lain. Ia menekan hidungnya dengan telunjuk, dan menoleh pada sekretaris nya.

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang