Part 23

6 3 0
                                    

Tanggal 21 Februari 2016. Itulah yang tertera di kalender Avellino. Pengukur suhu menunjukkan 23°C. Avellino menatap keluar mansion yang memperlihatkan banyak dedaunan yang jatuh dan belum disapu oleh tukang kebun. Avellino melemaskan otot-otot tangannya.

Tok... Tok... Tok....

Suara ketukan pintu terdengar. Avellino menoleh ke arah pintu. Ia terdiam sejenak, kemudian tersenyum sinis. Tanpa dibuka, ia sudah tahu siapa yang mengetuk. Luccas, sosok laki-laki yang sudah berada di sampingnya sejak kecil. Tak heran jika Luccas selalu berani mengganggunya. Avellino menghela napas.

"Fuck off!" Usir Avellino. Ketukan pintu tak terdengar lagi. Avellino tersenyum dan berjalan menuju ranjang. Ia melempar dirinya ke atas ranjang. Wangi bunga lembut masuk ke penciumannya.

"Kau masih tak membukakan pintu untuk ayahmu?" Terdengar suara bariton dari luar kamar.

Avellino terkejut. Ia segera melompat dari ranjang dan membuka pintu. Terlihat seorang laki-laki dewasa yang sedang menatap Avellino sinis.

"Hari ini hari minggu," Ucap Axton. Avellino mengangguk.

"Lalu kenapa kau masih ada di rumah!?" Seru Axton. Baju Avellino merosot mendengarnya. Bibirnya maju beberapa senti. Jari telunjuknya terangkat.

"Sekali saja." Axton menggeleng. Mulut Avellino menguap.

"Aku mengantuk, byee dad," Ucap Avellino sembari menarik gagang pintu. Tapi tangan Axton lebih cepat ketika menahannya.

"Daddy!"

"Olahraga sana!" Perintah Axton. Avellino memandang Ayahnya kesal. Ia mengambil jaket warna pink dan handphonenya, kemudian beranjak keluar dari mansion.

Saat sampai di depan gerbang mansion, ia melihat Luccas baru pulang bersama mobil ferrari warna emasnya. Avellino menatap Luccas lama. Matanya berkedut, dan jari tengahnya terangkat. Kemudian ia berjalan ke arah kiri sembari mengeratkan jaketnya.

Luccas mengedipkan mata, "aku salah apa?" Ia mengangkat bahu, dan masuk ke dalam mansion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luccas mengedipkan mata, "aku salah apa?" Ia mengangkat bahu, dan masuk ke dalam mansion. Tangannya membanting setir ke arah kanan menuju garasi.

•••••

Avellino berjalan cepat menuju taman kota. Seperti yang ia perkirakan, hari minggu selalu ramai. Ia mendengus kesal. Entah sejak kapan peraturan keluar dari rumah pada hari minggu berlaku di mansion Axton. Avellino disuruh olahraga diluar ruangan, sedangkan Luccas, Axton, dan Miracle akan olahraga di Gym.

"padahal cuacanya cocok untuk kembali tidur," gerutu Avellino kesal.

Avellino melenturkan tangannya, dan berlari di tempat sebentar. Setelah selesai pemanasan, ia berlari memutari taman beberapa kali. Kakinya yang semula berat digerakkan, kini sudah ringan saat digunakan berlari. Keringat memenuhi pelipisnya. Ia menyeka wajahnya sejenak, dan kembali berlari. Ia menargetkan 20 putaran untuk taman kota ini. Namun tiba-tiba Avellino berhenti ketika mendengar suara lonceng kecil.

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang