Avellino berjalan melewati koridor. Banyak anak yang juga sedang berada di lapangan basket outdoor. Ia menyipitkan mata saat melihat sosok yang ia kenal tengah berlari melewatinya. Sosok yang telah ia kenal semenjak masuk di SMA swasta ini. Avellino menepuk bahu sosok pria tersebut.
"Hei, Yuan. What's up? " Sapaku dengan senyum lebar. Dia berbalik dengan tangan yang menempel di mukanya.
"Ohh, Ave! Iya, aku baik." Jawabnya. Avellino melihat tangannya yang masih tak berpindah posisi. Avellino cukup peka dengan keinginannya menyembunyikan sesuatu dari orang lain.
"Yuan, bukankah aku temanmu? So, what's wrong?" Avellino menyentuh pundaknya, dan menuntutnya untuk mencari kursi di lorong.
Yuan mengangguk dan melepas tangannya yang menutupi mukanya. "Ini." Terlihat lebam di daerah pipi, sudut bibir yang sobek, dan goresan luka di dahi.
"Oh my god, kenapa mereka masih melakukan itu kepadamu!?" Amarah Avellino memuncak. Dia teman pertama yang Avellino miliki. Dan entah sejak kapan ia mulai peduli dengannya.
"Mungkin mereka tidak ingin aku hidup? Entahlah. Aku lelah. Kembalilah ke kelas. Habis ini jam ke lima. Waktu istirahat tinggal lima menit. Aku tidak ingin-" Ucapan Yuan terpotong oleh Avellino.
"Are you fucking kidding me!? Aku tidak ingin menyusahkanmu. Bullshit. You need a friend, and I'm your friend. Kenapa kau tidak berbagi cerita kepada temanmu, hah!?" Bentak Avellino yang mulai kesal. Ia baru ingat Yuan teman pertama yang tertutup.
"Karena kau temanku, aku ingin kau bersekolah seperti biasanya. Aku tidak ingin kamu dibully sepertiku, Ave." Ucapnya dengan kepala tertunduk.
Avellino mengangguk dan berdiri. Tangannya menggandeng Yuan. Ia melihat raut keheranan dari Yuan. Avellino berjalan menuju UKS dan menyuruh Yuan duduk di ranjang UKS.
"Apa kamu seorang perawat, Ave?" Tanya Yuan.
"Siapa bilang menolong orang harus seorang perawat? Aku cukup ahli di bidang ini." Avellino mengambil betadine, alkohol dan kapas dan meletakkannya di meja perawat. Dia keluar sebentar untuk membeli es batu. Setelah kembali, Avellino duduk di sebelah Yuan dan mulai mengobati lukanya.
"Astaga, Ave. Pelan sedikit bisa tidak sih? Cewek kok bar-bar," Gerutu Yuan. Avellino mengangguk dan menekan sudut bibir Yuan dengan keras menggunakan kapas, betadine, dan alkohol.
"Kau gila! ingin membunuh temanmu sendiri!?" Bentak Yuan. Avellino melihatnya dan tersenyum sinis.
"Alay, kau. Dan lagi kenapa kau tidak memberontak seperti tadi saat dibully, hah!?" Kesal Avellino. Yuan menunduk.
"Mereka menakutkan. A-aku bagaikan kelinci diantara para harimau." Cicit Yuan dengan suara parau.
"Astagaaa temanku yang satu ini penakut," Ucap Avellino sambil menutup lukanya dengan hansaplast dan memberikan satu plastik es batu yang tadi kubeli. Yuan menerimanya dan menempelkan es batu di pipinya yang lebam.
"Sudah, ayo balik ke kelas." Ujar Avellino setelah mengembalikan sisa betadine, kapas, dan alkohol ke tempat semula.
"Kau benar-benar gila. Ini sudah masuk, dan kau memintaku kembali ke kelas dalam keadaan seperti ini? Tega kau wahai sahabat." Ucap Yuan dengan mimik sedih.
Avellino melihatnya datar, "drama king." Ia melangkah keluar UKS.
Yuan melotot tak terima. Ia berlari dan mengejar Avellino.
•••••
"Permisi, saya mencari anak bernama Avellino Callista." Ucap seorang guru dari balik pintu kelas Bahasa Inggris.
Avellino mengangkat tangannya, "Ya, Bu?"
"Ikut Ibu." Titahnya. Avellino keluar kelas dan mengikuti guru itu yang tak lain adalah Bu Ella. Bu Ella menuntunnya ke ruang praktek biologi.
"Kembalikan." Ucap Bu Ella.
"Pardon me?" Avellino tak faham apa yang dimaksud Bu Ella.
"Kertas jawaban ulangan. Kamu kira apalagi, pencuri!?" Seru Bu Ella.
Avellino terkejut. Ia tak terima dituduh tanpa bukti, "mohon maaf, Bu. Saya tidak pernah mencuri apapun."
"Huh, mana ada pencuri yang ngaku. Padahal aku kira kamu anak yang pintar, tapi ternyata pintarnya karena mencuri kerta kunci jawaban ulangan. Sungguh cerdik!" Tuduh Bu Ella.
Avellino menutup mata menahan amarah, "baik, bagaimana ibu bisa menyimpulkan bahwa saya mencuri kertas jawaban ulangan biologi?" Tanya Avellino penuh selidik.
"Ya kan cuman kamu yang ibu suruh buat naruh kardus di ruang praktek biologi, Sweety." Jelas Bu Ella. Avellino terkejut.
Sepertinya ada yang aneh. Bukankah saat itu aku hanya menolong siswa aneh yang ingin berfoto bersama anjingnya? Bukankah saat itu, tidak ada yang lewat didekat kami? Tapi kenapa-kenapa kertas jawaban ulangan bisa hilang? Bantinnya bingung.
"Baik, Bu. Saya akan menangkap pencurinya." Ucap Avellino kemudian pergi dari hadapan Bu Ella.
"Hei, bukankah kamu pencurinya?! Lalu, kamu akan menangkap dirimu sendiri begitu?" Teriak Bu Ella.
•••••
"Yuaann!" Teriak Avellino.
"Astagaa gadis ini. Tidak bisakah ia sedikit lembut?" Gerutu Yuan.
"Tidak mau, dan tidak pernah. Nanti kamu jatuh cinta sama aku kalo aku lembut. Lagipula aku masih setia sama pacarku," Ucap Avellino panjang.
"In your dream. Wait a minute, you have a boyfriend!?" Teriak Yuan. Avellino mengangguk.
"Astaga, pria tidak beruntung mana yang jadi pacarmu." Gumam Yuan. Seketika itu juga sebuah tas melayang ke arah Yuan.
"Aduhhh! Ave kau benar-benar kejam! Dahiku baru saja diobati dan sekarang kau melempar tas beratmu kearahku." Rintih Yuan.
Avellino tersenyum dan mengambil tasnya. Awalnya ia berniat langsung pulang, tapi setelah melihat Yuan niat itu ia urungkan. Tiba-tiba terdengar banyak teriakan dari arah lobby. Aku mempertajam penglihatan agar tahu apa yang terjadi disana.
"Aaaaaa, kalian tampan sekali!"
"Jeff, kamu sangaaaatt iimut!"
"Oh my god, bahkan saat sudah pulang, ketampanan mereka tidak memudar."
"Richard, Jeff, Aldric, dan Andrew semuanya tampan! Memang deh 4F sekolah kita!!"Avellino menghela nafas. Rupanya teriakan yang tidak penting baginya. Ia terdiam sebentar, dan kembali melihat empat orang yang di kelilingi banyak anak. Pandangan Avellino berhenti pada seorang anak laki-laki yang sedang menggendong anak anjing husky.
"Sweety, maukah kau membantuku berfoto dengan anjing baruku?" Pinta seorang siswa laki kepadaku. Dia menyerahkan handphonenya dan berdiri membelakangi jendela besar sambil menggendong anjing husky kecil.
"Please, sweety." Mohonnya sambil mengelus si anjing. Aku mengangguk dan menaruh kardus di lantai tepat di belakangku.
Cekreekk... Cekreekk....
Pria itu memeluk erat anjing kecilnya, dan membungkuk berterimakasih. Kemudian mengambil kembali handphone nya, dan pergi.
Avellino berlari menuruni tangga meninggalkan tasnya bersama Yuan. Tidak salah lagi, dia pemilik husky itu. Avellino membelah keramaian dan berdiri dihadapan siswa dengan anjing husky di gendongannya.
"Kau! Kau yang memintaku menjadi fotografer kau dengan anak anjing ini, kan!? Apakah kau melihat ada orang di sekitar kita waktu itu?" Tanya Avellino dengan nafas yang tak teratur.
Dia terkejut, kemudian tersenyum.
•••••
Astagaa, aku benar-benar ingin meminta maaf kepada kalian. Tapi beberapa minggu ini kesehatanku memburuk. Hmmm, aku harap aku segera sembuh dan kembali konsisten update hari sabtu. Ughhh :(
Aku harap kalian masih tetap menyukai ceritaku, dan jangan lupa vote dan comment yaa! 💫
21 Mei 2020, 12:28
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [ HIATUS ]
Teen Fiction[ Update tiga kali seminggu ] #11 Losangeles in 17/ 07 / 2020 #11 Konglomerat in 17 / 07 / 2020 "Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Callis...