Avellino menatap Luccas yang sedang membersihkan mobil. Tangannya memegang segelas susu.
"Nona muda sudah makan?" Tanya Luccas ketika sadar Avellino sedang menatapnya. Avellino mengangguk.
"Kalau begitu, minum susunya," Ucap Luccas. Tapi kali ini Avellino terdiam matanya berubah tajam.
"Sampai kapan kau akan mencuci mobil, huh!?" Teriak Avellino. Gerakan tangan Luccas terhenti. Ia mendongak.
"Kenapa?" Tanya Luccas. Avellino menegak segelas susu hingga habis.
"Ini sudah pukul tujuh lebih empat puluh lima menit! Kurang lima belas menit lagi kelas dimulai," Seru Avellino sembari menaruh gelas susu di meja bundar.
Luccas terdiam. Dia terus terdiam hingga Avellino kesal dan melemparkan helm ke arah Luccas. Namun Luccas menghindar dari lemparan itu, kemudian matanya terbelalak. Luccas berlari kesana-kemari tanpa arah. Avellino bingung sebenarnya arah mana yang ingin Luccas tuju.
"Kau itu mau kemana sih!?" Bentak Avellino. Langkah Luccas terhenti. Matanya menatap Avellino.
Luccas berlari kearah Avellino dan menggandengnya, "aku bahkan lupa mobil Lamborghini diparkiran." Avellino menepuk dahinya dan mengikuti langkah Luccas menuju halaman depan.
"Padahal kau sendiri yang mengeluarkan mobil itu," Gumam Avellino. Luccas nyegir mendengarnya.
Luccas membuka pintu mobil kedua, dan menyuruh Avellino masuk. Setelah itu, Luccas memutari mobil dan masuk ke tempat sopir.
"Ayo ke sekolah!" Seru Luccas gembira sembari menginjak gas.
Bruumm....
"Luccas, umurmu sudah dua puluh lima. Jangan kekanakan," Sahut Avellino keras.
Luccas mengangguk senang sembari memutar musik.
•••••
Ckiittt....
Axton membuka pintu mobil berwarna putih miliknya. Ia memarkirkan mobilnya sembarangan di halaman rumah. Langkahnya keluar dari mobil dan masuk ke dalam mansion.
"Bagaimana bisa aku melupakan sebuah berkas penting," Gumam Axton kesal.
Langkahnya tiba-tiba terhenti di depan sebuah pigora besar bergambar dirinya. Seketika otak Axton memutar sebuah ingatan lama.
"Dad, ini Rean yang aku ceritakan," Ucap gadis dengan kuncir kelinci di kepalanya. Gadis berumur tiga belas tahun itu tersenyum manis sembari memperkenalkan sosok anak laki-laki ketika masuk ke rumah. Berbeda dengan gadis itu, anak laki-laki itu tampak gugup sekali.
"Av, ajak Rean masuk yaa...," Ucap seorang wanita sembari menggandeng lengan suaminya.
"Jadi kamu Rean pacarnya putri kecil saya, Avellino?" Tanya seorang pria berbadan kekar. Matanya yang biru gelap menatap tajam ke arah Rean. Memandanginya dari bawah ke atas, seperti sedang mencari kekurangan anak laki-laki itu. Anak laki-laki bernama Rean itu mengangguk.
"Dad, jangan terlalu kaku pada Rean," Ucap Avellino. Tangannya menjauhkan Rean dari hadapan ayahnya.
"Axton tolong ambilkan minuman di kulkas," Ucap wanita tadi. Mata pria berbadan kekar itu melebar.
"Kau menyuruhku, Mir? Sayang, aku suamimu!" Teriak Axton tak terima.
"Aku ingin mengobrol dengan menantuku. Tolong yaaa," Jawab Miracle sembari tertawa kecil.
"Lalu apa gunanya aku memiliki banyak pelayan di mansion ini!? Tak berguna!!" Teriak Axton. Teriakannya menyebar ke seluruh rumah. Avellino tertawa keras ketika melihat ayahnya tak berkutik di hadapan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [ HIATUS ]
Teen Fiction[ Update tiga kali seminggu ] #11 Losangeles in 17/ 07 / 2020 #11 Konglomerat in 17 / 07 / 2020 "Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Callis...