- Part 12 -

13 3 0
                                    

Avellino melipat baju olahraganya dan meraih botol 'Starbucks' miliknya lalu memasukkannya ke dalam tas. Avellino beranjak melihat pantulan dirinya di cermin. Kemeja putih dengan sweater hijau dan rok pendek berwarna hijau melekat sempurna di tubuh Avellino.

"Nice," Ucapnya kemudian turun ke bawah. Ia berjalan menuju ruang makan. Avellino menaruh tasnya di tempat duduk sebelahnya. Kemudian ia duduk dan menunggu chef menyajikan makanan.

Tangan Axton terulur memberikan sebuah kartu berwarna hitam, "maaf untuk yang kemarin. Ayah salah. Berpestalah bersama temanmu dengan kartu ini."

Avellino heran, "tapi kartu bulan lalu masih tersisa dua puluh ribu dollar."

"Wahh hemat sekali. Ayah akan donasikan jika bulan ini kau tidak bisa menghabiskannya," Ucap Axton sembari memotong pancakes di depannya.

"Terserah," Sahut Avellino. Ia mengambil garpu dan memindahkan telur orak-arik ke piringnya.

Saat Avellino sibuk memotong sosis, tiba-tiba jam di ruang makan menunjukkan pukul 07.30. Tangan Avellino segera menyambar tas dan berdiri. Ia segera menelpon Luccas agar mengantarnya dan keluar rumah.

"Kau bahkan belum minum susunya!" Seru Miracle. Ia melihat beberapa telur dan sosis yang masih tersisa di piring Avellino.

"Sudahlah, dia akan terlambat nanti," Ucap Axton yang masih menikmati pancakes buatan chef rumahnya.

"Kau juga! Kenapa tidak segera berangkat sih!?" Teriak Miracle. Axton memandangnya heran.

"Kan aku pemiliknya," Jawab Axton ringan. Mata Miracle melotot kesal.

"Paling tidak berilah contoh yang baik pada para pegawaimu," Kesal Miracle.

Axton menyentuh punggung tangan Miracle, "iyaa... Iyaaa. Makanlah ini, saladnya enak." Axton memindahkan beberapa salad ke piring Miracle.

••••

Avellino dan anak-anak yang memilih pelajaran PE pada hari kamis sedang berganti baju. Guru PE bahkan tidak memberitahu mereka akan melakukan apa kali ini. Setelah berganti baju, mereka pergi ke lapangan basket outdoor.

"Good morning! Seperti yang sudah kalian lihat ini adalah lapangan basket berarti kalian sudah tahu kalian akan melakukan apa hari ini," Ucap Mr. John.

"Tapi, kali ini saya menggabungkan dua kelas secara bersamaan. Aahh tidak, mulai minggu ini saya akan menggabungkan dua kelas secara bersamaan. Hal ini dikarenakan ada event basket internasional, dan tentu saja bapak tidak akan melewatkan kesempatan kali ini. Kita akan menjadi juara satu seperti tahun-tahun sebelumnya-" Ucapan Pak John terpotong oleh seorang Siswa.

"Pak, kelas mana yang akan bertanding dengan kami?" Tanya Siswa itu.

Pak John tersenyum sinis, "sebenarnya mereka sedang mengikuti kelas matematika, tapi bapak sudah meminta izin pada Bu Ppat untuk mengambil muridnya. Jadi, inilah mereka." Seketika beberapa anak datang dari belakang Pak Jhon. Mata Avellino melebar ketika melihat dua orang yang ia kenal berjalan mendekat.

Andrew dan Rean. Dua orang yang Avellino kenal ternyata berada di kelas yang sama. Tapi entah mengapa ia melihat sebuah siratan kebencian di antara keduanya. Avellino mengangkat tangan dan memberi tanda tentang keberadaannya kepada Rean. Tak lama, Rean datang dan duduk di sebelah Avellino. Namun, tiba-tiba Andrew juga ikut duduk di sebelah Avellino.

"Kenapa kau duduk disini?" Tanya Avellino dan Rean bersamaan.

Andrew memandang mereka berdua heran, "ini kan lapangan basket. Aku hanya duduk, dan kebetulan posisi Av dekat dengan Pak Jhon." Avellino memicing tak percaya, sedangkan Rean menggeram karena alibi Andrew terdengar masuk akal.

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang