Axton berjalan menuju Avellino dengan tergesa-gesa. Ia melepas jas nya, dan memakaikannya pada Avellino.
"Luccas, tangkap anak itu," Ucap Axton. Luccas mengangguk dan berlari mengejar gadis yang tadi membasahi seragam Avellino.
"Ayo kita ke kelasmu," Ajak Axton. Avellino menatap ayahnya heran.
"Untuk apa?" Tanyanya.
"Pulang." Belum hilang keterkejutan Avellino, Axton segera menggandengnya dan menuju kelas bersama Yuan. Dan tentu saja Axton hanya mengikuti dari belakang.
Sayup-sayup terdengar banyak bisikan saat Axton, Avellino, dan Yuan berjalan di lorong. Tidak, mereka tidak membicarakan Avellino dan Yuan, mereka membicarakan Axton yang berjalan di belakang mereka dan kehadirannya di sekolah ini.
"Bagaimana seorang presdir JPT group bisa berada di sekolah ini!?"
"Jpt? Perusahaan internasional di bidang jasa keuangan itu!? Ayahnya pacarku kerja di sana."
"Kenapa tuan jpt kenal dua anak itu, ya?"
"Entahlah...."
"Astagaa, tuan itu tampan sekali."
"Kau gila, kabarnya dia sudah punya anak dan istri."
"Yahh, sayang sekali."Axton memasang airpods pada telinganya. Ia tidak suka mendengar bisikan orang lain tentang dirinya ataupun keluarganya. Avellino membuka pintu kelas, dan masuk bersamaan dengan langkah kaki Axton. Sedangkan Yuan, masuk ke kelasnya sendiri.
"Permisi Bu, saya ingin membawa anak saya pulang terlebih dahulu," Ucap Axton kepada guru perempuan yang sedang mengajar di kelas Avellino.
"Avellino Calista anak anda, Sir?" Tanya guru perempuan itu. Ia menaruh spidol hitam di tempatnya. Axton mengangguk.
"Saya Axton. Yang ayahnya seorang pengusaha pasti tahu siapa saya. Saya berdiri disini setelah mendengar anak saya dibully dari sekretaris saya. Untuk siapapun yang membully Ave, tunggu dan nikmati waktu yang saya berikan. Tidak akan lama, tapi tepat waktu." Ucapan Axton bagai intimidasi untuk semua anak di kelas itu. Avellino sekarang tahu siapa saja yang membully nya, karena intimidasi itu seolah merobek topeng pembully yang berada di kelas ini.
Axton melangkah maju membantu Avellino memasukkan barangnya. Tapi sesuatu di atas meja Avellino membuatnya sangat marah.
"Katakan sekarang, siapa yang menulis kata makian di meja Avellino!!" Teriak Axton.
Seketika semua anak di kelas itu terdiam. Hening menyelimuti. Semuanya memilih menutup mulut, hal ini membuat amarah Axton memuncak. Kesabarannya sebentar lagi habis, jika saja guru memilih untuk diam
"Bagaimana kalau begini saja, Pak. Mereka masih remaja, terlalu takut untuk mengakui kesalahan. Suruh saja mereka tutup mata, dan yang melakukan hal itu akan mengacungkan tangan tanpa sepengetahuan temannya yang lain," Saran guru perempuan.
"Baik, begitu saja," Ucap Axton setuju.
"Dela Lureen Aurel," Ucap seorang anak laki-laki dengan suara keras. Semua orang terdiam mendengar pernyataan itu. Beberapa terkejut atas keberaniannya. Axton menunggu anak itu menjelaskan maksud pernyataannya.
"Dia yang menyuruh kita melakukan itu semua. Beberapa mungkin menikmati, tapi beberapa anak terpaksa melakukannya," Lanjut anak laki-laki itu.
"Jika memang terpaksa, kenapa kalian tidak menentang seperti sekarang?" Tanya Axton penasaran.
"Ayahnya. Beliau bekerja di perusahaan anda," Jawab anak itu.
Axton mengangguk dan berkata, " Baik, terimakasih informasinya." Axton menggandeng Avellino keluar kelas menuju mobil.
Axton menatap Luccas sengit, "sudah tau siapa yang menuangkan air ke putriku?" Tanya Axton. Luccas mengangguk takut.
"Oh iya satu lagi, cari tau pegawai yang mempunyai anak bernama Dela Lureen Aurel," Perintah Axton. Luccas terdiam lama. Rasanya ia tak asing dengan nama 'Lureen'.
"Ohh, saya tahu dia siapa tuan. Nanti saya kirim datanya lewat email, ya," Ucap Luccas. Axton mengangguk.
Luccas mulai menginjak gas dan meninggalkan sekolah. Tidak ada yang berbicara selama perjalanan. Luccas yang mulai merasakan hawa tidak enak, berinisiatif memutar musik di pemutar musik mobil.
"Matikan. Berisik," Ucap Axton. Tangan Luccas langsung meraba tombol of/on pada pemutar musik. Suasana kembali hening seperti sebelumnya. Dan itu membuat Luccas merasa kesal, tapi ia tidak bisa apa-apa.
••••••
Bunyi dentuman musik dan bau alkohol memberikan sensasi pada tempat tersebut. Salah satu barisan club malam terkenal di Los Angeles.
"Oi, Andrew! Katanya Dela dan seorang anak perempuan yang ketahuan mengganggu Ave langsung terganggu perekonomiannya," Cerita seorang anak laki-laki yang sedang mengambil gelas alkoholnya dari meja bartender.
"Pardon me?" Andrew sedang dalam keadaan mabuk sehingga tidak terlalu mendengarkan perkataan temannya.
"Ayah Ave memecat ayah Dela dan membuat ayah anak lain mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Kudengar anak itu yang membuat pakaian Ave basah," Ucap anak laki-laki itu lebih keras. Andrew terdiam begitu lama, kemudian mengangguk.
"He? Hanya ini reaksimu!? Kau berbeda," Keluh anak laki-laki itu pergi.
"Begitukah?" Gumam Andrew pada dirinya sendiri.
••••••
Avellino menatap ke luar jendela. Rintik hujan tadi malam masih tersisa embunnya. Hawa hari minggu yang dingin. Avellino memejamkan mata, menghirup udara dingin melalui hidungnya.
"Baik, aku akan kembali tidur," Ucapnya berbalik menuju ranjang tempat tidur.
Ting! Ting! Ting! Ting!
Suatu notif menganggu niatnya yang ingin berbaring. Ia mengambil handphone dan melihat banyak pesan melalui email. Pesan itu datang dari satu pengguna dengan nama 'Ty_xioli07'. Avellino mengingat bahwa ini email dari sahabatnya SMP. Ia membuka email dan membacanya satu per satu.
📱: Aku punya berita besar untuk kamu, sayang. Hohoho
📱 : Kemarin aku liat seseorang di bandara, aku yakin kamu pasti excited sama orang ini. Aku bakal ceritain detailnya di cafe Jalan Gredear no 26. Hari minggu ini, pagi ini! Jangan molor.
📱 : Aku benci keterlambatan, sweety
📱 : oiii, dah baca email belum sihhAvellino memutar bola matanya. Niatnya hancur gara2 sahabat perempuan nya. Ia bergegas mandi dan segera ganti baju. Ia memesan taksi untuk pergi ke cafe daripada menunggu Luccas yang masih pacaran dengan kasurnya.
Avellino tak pernah tau sesuatu yang akan diceritakan sang sahabat akan membuat perubahan besar dalam hidupnya. Membuatnya lebih kuat, atau malah menjadi lemah. Sesuatu yang membuat hidupnya dipenuhi dengan drama.
Aku tidak terlalu tahu apa itu cinta. Yang kutahu orang yang bersamaku saat ini dapat membuatku merasakan cinta
•••••••
Yak, namanya juga janji yaaa... Jadi sesuai janji di part sebelumnya, aku bakal banyakin update di minggu ini, kalau bisa sihh satu hari satu part hehee^^
By the way, orang yang dilihat sahabat SMP Ave bisa munculin bejibun drama hanya dengan kehadirannya. Aku bakal usahain buat pake 'Author POV' ajaa seterusnya hehe^^
Okee, sampe sini ajaa yaa pembaca. Jangan lupa voted dan comentnyaa (ಥ ͜ʖಥ)
27 Mei 2020, 22:17
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [ HIATUS ]
Teen Fiction[ Update tiga kali seminggu ] #11 Losangeles in 17/ 07 / 2020 #11 Konglomerat in 17 / 07 / 2020 "Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Callis...