- Part 27 -

4 1 0
                                    

Woahh gak nyangka udah sampe part 27. Ini kayaknya aku doang yang terharu. Oke gpp, aku dah terbiasa. Btw, akhir2 ini haluku tentang Nana nct makin mendalam sampe pengin bikin cerita FFnya huhuu (ಥ ͜ʖಥ). Dah lah curhatnya, aku mau nulis yaa...

••••••

Avellino mengambil piring berisi mashed potatoes, ayam goreng, dan es buah. Avellino memutar tubuhnya, dan menuju ke tempat duduk yang biasanya.

"Kalian kenapa selalu makan bersama kami?" Tanya Avellino ketika melihat Andrew dan ke empat anggota geng fabulous-nya.

"Kita kan selalu bersama," Jawab Andrew sembari menunjuk dirinya dan teman-temannya.

Avellino menaruh nampan di meja. Terdengar helaan napas pasrah dari Avellino. Ia mulai memakan ayam goreng dan es buahnya secara perlahan.

"Aduh, rambutku," Keluh Avellino ketika rambutnya mengganggu penglihatannya. Andrew yang melihat hal itu tiba-tiba berdiri. Kakinya sudah bersiap untuk meninggalkan meja makan, tapi sebuah kejadian tak terduga membuat dirinya kembali duduk.

Rean mengeluarkan karet rambut dari saku seragam abu-abunya. Tangannya merapikan rambut Avellino ke belakang, kemudian menguncirnya kuda.

"Makasih," Ucap Avellino tulus. Wajahnya memandangi Rean lama. Rean pun mengangguk. Ia kembali menatap nampannya, kemudian mengambil satu ayam goreng dan memberikan ke Avellino.

"Waahh, Rean! Aku mencintaimu!" Seru Avellino sembari memeluk Rean. Ia memeluk Rean dengan sangat kuat.

"Av, Rean akan mati jika kamu seperti itu," Sahut Yuan mengingatkan. Avellino terkekeh pelan. Ia melepaskan pelukannya perlahan. Sedangkan Rean hanya tersenyum sedari tadi.

"Kalian benar-benar serasi sekali...." Gumam Yuan. Nadanya terdengar kesal, tapi senyumnya terukir di wajahnya.

"Iya dong! Kita kan saling mencintai," Jawab Avellino sembari mengangkat tangan Rean ke atas. Kelakuan Avellino membuat semua orang di meja itu tertawa, kecuali Andrew. Satu-satunya orang yang melihat Avellino dan Rean sinis.

Andrew mulai memakan makanannya kembali. Tapi matanya sama sekali tak bisa beralih dari Avellino. Virus Avellino ini mulai membuatnya gelisah.

"Vellan kapan sih selesai Olimpiade?" Tanya Andrew kepada Richard.

"What?" Tanya Richard tak paham.

"Dia baru saja mendaftar Olimpiade, Dre. Dan kau menanyakan kapan dia selesai Olimpiade?" Pertanyaan Richard membuat Andrew semakin kesal.

Ia tiba-tiba membanting sendoknya. Karena hal itu, ia menjadi sorotan semua anak di kantin. Andrew menatap Richard tajam, seakan Richard adalah makanan empuk baginya.

"Tak bisakah kau hanya menjawab?" Tangan Andrew bersedekap di depan dada.

"Aku kan sudah menjawab." Jeff menyentuh pundak Richard, dan mengusapnya perlahan.

"Hei, Drew. Dia benar." Pembelaan Avellino kepada Richard membuat Andrew semakin kesal. Tangannya menggenggam erat. Ia butuh pelampiasan kali ini.

"Aku benar-benar ingin membunuhmu kali ini," Gumam Andrew.

Tatapan Andrew beralih pada Yuan yang juga menatapnya, "andai kau bukan kakak Hinata."

Yuan yang mendengar hal itu menggerakkan giginya, "dan karena kau orang yang menyakiti Hinata, aku takkan segan padamu."

Tatapan Andrew menjadi gelap. Tangannya semakin mengepal kuat. Buku-buku jarinya terlihat memutih. Ia ingin memukul seseorang, tapi tidak disini. Melihat Avellino menatapnya benci saja sudah membuatnya sakit.

Andrew berbalik dan berjalan pergi. Kakinya menendang meja sembarangan. Setelah sosok Andrew keluar dari kantin, semua orang bernapas lega.

"He is strange," Gumam Avellino. Kemudian ia melanjutkan makan.

Aldric menggeser nampannya. Ia mengubah posisi tempat duduknya menghadap TV di atas. Sebuah berita tentang grup musik terkenal sedang disiarkan.

"Pasti repot manager mereka dengan adanya isu aneh itu," Ucap Avellino setelah menonton TV sejenak. Kemudian Avellino kembali sibuk memakan ayamnya.

"Kau yakin hanya isu?" Tanya Richard tiba-tiba. Avellino menaruh sendok. Kepalanya menghadap Richard, dan mengangguk.

"Ya. Bukankah begitu?" Tanya Avellino. Ia merasakan keanehan dari sikap Richard.

Richard menggeleng, " Tidak. Tak apa."

"Lanjutkan makanmu," Ucap Richard sembari tersenyum. Avellino mengangguk pelan, dan kembali melanjutkan makan.

Tatapan Rean tak beralih dari layar televisi, hingga Avellino memanggilnya.

"Hei, Rean. Habiskan makanmu, kelas akan segera dimulai," Ucap Avellino.

"Ahh? Oke," Jawab Rean.

•••••

Astaga, sekian lama ga up malah up dikit doang. Maaf deehhh. Maaf. Banyak tugas polll. Kerjaan numpuk juga. Rl lagi sibuk2nya. Moga nanti bisa up jugaa, moga.



31 Juli 2020, 18:14

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang