Yuan membukakan pintu mobil keluarga Avellino. Ia membuka pintu Avellino. Kemudian, ia melepas tangannya pada gagang pintu.
"Silahkan puteri," Ucap Yuan. Avellino tertawa kecil melihat tingkah Yuan. Ia menutup pintu mobil sendiri.
"Apakah canvasnya sudah dibawa?" Tanya Avellino.
Yuan menunjukkan canvas kecil di genggamannya. "Sudah siap."
Avellino tersenyum. Ia melangkah kaki menuju restoran mewah di depannya. Yuan mengikutinya dari belakang.
Restoran Eidern yang terletak di pusat kota Los Angeles. Keberadaan restoran dengan lantai 5 di pusat kota menjadikan restoran Eidern banyak dikunjungi orang. Setelah mendapat banyak pelanggan, restoran ini menaikkan harga dan kualitas makanan dan minumannya, sehingga hanya kaum elit saja yang berdatangan.
"Duduklah dulu." Yuan memangguk dan menaruh barang-barangnya di sofa. Ia memutar tubuh menatap pemandangan dari lantai 4. Avellino sengaja memilih ruangan terbuka, agar lukisan kelompok mereka mendapat inspirasi dari alam.
"Ini indah," Gumam Yuan. Kepalanya menatap ke bawah. Pemandangan sore kota Los Angeles yang ramai terlihat sangat indah. Meskipun jalanan ramai, tapi suasana sore menambah keindahan tersendiri.
"Aku akan memesan makan dulu," Ucap Avellino.
Ia membalikkan badan, dan melangkah menuju tempat pemesanan makanan. Tempatnya menjadi satu dengan dapur, dan hanya dipisahkan satu sekat. Sedangkan orang yang memesan dapat berbicara lewat lubang kaca.
"Excuse me," Ucap Avellino. Ia tersenyum manis ketika seorang pelayan mendatanginya dari dalam ruangan.
"Ya? Pesan apa?" Tanya waiter itu.
"2 fetucini, spageti 2, lasagna 2, roti ayam 2. Lalu minumannya expresso, sprite, dan cappucino cup." Setelah mengucapkan semua pesanan, Avellino menunggu di kursi tunggu untuk mendapatkan nomor meja.
Avellino berjalan ke belakang, dan duduk di sofa. Ia meluruskan kakinya saat duduk. Ia menatap bagaimana waiter tadi memasuki dapur dan menyiapkan segalanya.
Seseorang laki-laki keluar dari dapur membawa tanda berbentuk lingkaran. Itu adalah nomor meja yang dipakai di restoran ini. Avellino beranjak untuk mengambil nomor meja itu, tapi ternyata seorang perempuan juga ikut berdiri untuk mengambilnya.
"Maaf, tapi itu milik nona ini," Ucap laki-laki itu sembari menunjuk perempuan di sebelah Avellino. Kepala Avellino menatap sosok perempuan berwajah perempuan.
Avellino terdiam lama, kemudian berteriak, "Zhong Xiaoli!" Reaksi Avellino juga sama dengan perempuan itu.
"Av, ternyata kamu." Xiaoli berhambur memeluk Avellino. Avellino balas memeluk Xiaoli, dan menaruh kepalanya di atas kepala Xiaoli.
Xiaoli melepas pelukan. Tangannya segera menyambar nomor meja dari sang waiter dan kembali ke hadapan Avellino.
"Tapi, ong.... Bukankah ini lumayan jauh dari rumahmu?" Tanya Avellino.
"Aku sedang menjenguk nenek bersama ayah," Jelas Xiaoli. Avellino mengangguk mengerti.
Xiaoli menunjuk Avellino yang sedang mengambil nomor mejanya, "kamu.... Sendiri?"
Avellino menggeleng, "tidak, aku bersama teman."
Xiaoli terdiam lama. Avellino menatapnya aneh. Ia menatap jemari Xiaoli yang menyatu menggenggam nomor meja.
"Kau ingin bergabung?" Tanya Avellino.
Kepala Xiaoli mendongak. Matanya berbinar, "bolehkah!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [ HIATUS ]
Teen Fiction[ Update tiga kali seminggu ] #11 Losangeles in 17/ 07 / 2020 #11 Konglomerat in 17 / 07 / 2020 "Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Callis...