Bab 17

8.3K 727 38
                                    

Seperti biasa, alarm Asyira selalu membangunkan kami di pagi hari. Tapi yang tidak biasa adalah, Ginny yang bangun pertama kali. Senyumnya terkembang ketika duduk di pinggir ranjangnya dan memeriksa ponselnya, lalu dia berdiri dan melompat-lompat. Rambutnya yang bergelombang dan masih berantakan berterbangan, membuat Ginny tampak seperti hantu yang kebanyakan menghisap ganja.

“Ginny kenapa?” tanya Renee sambil menguap.

Kami semua memandangi Ginny dengan aneh, sampai dia berhenti melompat-lompat. “Periksa ponsel kalian, sepertinya Anna dan Alex bekerja lembur tadi malam.” Kata Ginny.

Aku mencari-cari ponselku didalam laci meja kecil disamping ranjangnya, ketika menemukannya aku langsung memeriksa vice noteku. Benar saja, ada kiriman dari Anna. Ketika aku mendengarkannya, aku bisa mendengar suara Anzor dan suaraku disitu. Astaga, aku tidak menyangka akan berlangsung secepat ini.

“Pembalasan yang manis kan Liz?” tanya Megan, mengangkat sebelah alisnya.

Aku tersenyum setengah, “Sangat manis.”

Kami pergi mandi terburu-terburu, ada sesuatu yang sangat ingin kami lihat secepatnya. Siapa lagi kalau bukan Sam. Saat kami keluar dari kamar asrama dan ingin makan siang, suara bisik-bisik terdengar lagi. Tapi kali ini berbeda dari yang terkahir kudengar, mereka membicarakan betapa menyedihkannya hidup Sam.

Emily dan Lily menghampiri kami saat dimeja makan, Lily memelukku senang. “Selamat Liz.” Katanya, walau aku tidak mengerti arti selamat yang dia katakan.

“Senang juga ada yang melakukan itu pada Sam.” Kata Emily.

Jade dan Irina datang bersamaan menghampiri kami. “Kalian tahu siapa yang melakukan ini?” tanya Irina dengan wajah polosnya.

Jade memutar matanya, “Aku tahu kalian merencanakan sesuatu, tapi aku tidak menyangka akan sehebat ini.” Jade memukul-mukul punggungku dengan cara yang halus.

“Ini ide mereka, aku hanya korban.” Kataku, tertawa.

“Menurutmu ini terlalu terlihat jelas?” tanya Asyira, ada sedikit nada takut di suaranya.

Jade menggeleng. “Kurasa tidak, aku tahu karena aku mengenal kalian sedikit lebih baik daripada mereka.” Katanya.

Jade, Lily, Emily dan Irina duduk bersama kami. “Menurut kalian Sam masih sanggup mengangkat kepalanya?” tanya Emily.

Ginny tertawa besar-besar. “Kupikir dia tidak akan masuk hari ini.”

“Setidaknya ada yang membalaskan dendam Ella.” Kata Lily.

Asyira tiba-tiba tertegun. “Kuharap kejadian yang pernah terjadi pada Ella tidak pernah terulang lagi.” Asyira menatapku.

Mata Renee membulat. “Oh astaga.” Dia menutup mulutnya.

Semua mata mengikuti kemana arah mata Renee melihat dan aku melihat Sam yang masuk keruang makan. Dia tidak menuju mejanya, bersama Jane dan Eva mereka menghampiri meja kami. Mata Sam terlihat sangat marah, dia mengumpat dengan nyaring dan jelas sekali itu diarahkan padaku. Ketika dia sampai padaku, tangannya menarik blazerku sehingga aku terseret dari kursiku.

“Kau pelacur menjijikan.” Jeritnya didepan wajahku.

Aku berusaha melepaskan tangannya dari blazerku, “Kau lebih menyedihkan dariku Sam.” Desisku. “Terima saja, kau kalah. Seharusnya kau sadar, tidak semuanya menginginkanmu atau memujamu Sam.” Kataku tajam. Sam terlihat kaget mendengar perkataanku. “Kau sudah tahu itu.”

Mendengar itu, tangan Sam terangkat. Tapi sebelum tinju Sam membuat memar di wajahku, aku mendorongnya sehingga dia terhuyung-huyung kebelakang. Mendapat sedikit jarak dari amukan Sam, aku membenarkan seragamku dan mengambil napas. Eva dan Jane membantu Sam agar berdiri tegak, “Kau tidak apa?” tanya Jane pada Sam.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang