Bayu makan banyak sekali saat makan malam perdananya di Vagsat Academy, dia bersendawa berkali-kali sambil memukul-mukul dadanya. Aku memandangnya dengan tatapan jijik, “Dasar tidak punya malu.” Desisku.
Aku menegak air minumku lalu berdiri. “Mau kemana?” tanya Ginny.
“Melihat keadaan Aldo.”
Asyira ikut bangun, “Aku ikut.” Katanya.
Tentu saja Asyira ikut, dia tipe cewek yang selalu kelewatan memperdulikan seseorang. Terutama karena Aldo adalah gurunya, ditambah dia super tampan. Dan dia sudah menularkan beberapa persen dari sifatnya itu padaku.
Megan membersihkan mulutnya lalu ikut berdiri juga. “Aku juga mau melihatnya.”
Sedangkan untuk Megan dan Ginny. Aku yakin satu-satunya alasan dia ingin ikut adalah, ingin melihat Aldo tidur. Kalau saja itu bukan Aldo, pasti mereka tidak akan mau repot-repot seperti ini. Terlebih untuk Ginny, aku tidak menyangka dia akan menghentikan makan malamnya hanya untuk menjenguk Aldo. Tipikal cewek.
Kurasa pesona Aldo tidak pudar, walau dalam keadaan tidur dan tidak sadarkan diri. Oh, aku yakin benar soal pesonanya itu. Aku sudah membuktikannya.
“Aku ada janji dengan psikiater, aku akan menyusul nanti.” Kata Renee yang masih terus makan.
“Psikiater?” tanyaku heran.
“Liz masih sedikit tergunjang dengan kejadian kemarin.” bisik Megan, aku mengangguk kecil.
Aku meremas pundak Bayu. “Kau ikut tidak?” tanyaku.
“Aku disini saja.” Jawabnya dengan mulut penuhnya.
Noah juga berdiri tapi tangan Bayu menahannya. “Tidak perlu ikut, duduk saja disini.” Kata Bayu dingin. Noah kembali menempelkan bokongnya dengan kesal, aku hanya terkekeh melihatnya.
Aku, Ginny, Megan dan Asyira keluar dari ruang makan menuju kamar Aldo dirawat, didalamnya masih ada suster yang sedang mengecek keadaan Aldo.
“Apa ada yang terjadi?” tanyaku sedikit takut.
Suster yang tidak aku ketahui namanya hanya berkata ketus. “Tidak ada, aku hanya disuruh mengeceknya.”
“Lembut sekali, makasih deh.” Jawab Megan dengan nada yang jauh lebih ketus dan terdengar sangat menyebalkan. Kalau saja aku tidak mengenal Megan, mungkin aku sudah menganggapnya sebagai cewek menyebalkan dan membuat rencana untuk mengerjainya. Megan benar-benar bisa membuat jengkel orang.
Suster itu melangkah keluar dengan langkah cepat dengan kaki sengaja dihentak-hentakan. Ginny dengan cepat langsung berlari ke sisi ranjang Aldo, jari telunjuknya ditekan-tekankan ke pipi Aldo.
“Dia benar-benar tidak akan bangun?”
Aku menepis tangannya. “Jangan seperti itu.” Kataku.
“Bagaimana bisa dia tetap terlihat tampan dalam kondisi babak belur seperti ini?” tanya Asyira heran.
Mendengar Asyira berkata seperti itu, aku langsung memperhatikan Aldo dengan seksama. Asyira benar, Aldo masih tetap saja tampan walau dengan banyak luka, perban dan memarnya. Aku menyentuh bibir Aldo yang memucat, terasa dingin. Sudah kubilang, Aldo punya pesona yang tidak mudah pudar.
“Liz?” panggil Asyira.
Aku langsung menyingkirkan jemariku dari bibirnya. Tapi jemariku terasa gatal, rasanya ingin menyentuh bibir Aldo lagi. Aku mengepalkan jemariku, berusaha menahan keinginan untuk menyentuh bibir indah dengan sedikit luka gores itu.
“Aku penasaran, itu saja.” Jawabku canggung.
Mataku masih terpaku pada bibir Aldo yang menurutku sempurna, walau agak sedikit pucat sekarang. Pikiranku mulai mengawang bebas, membayangkan sesuatu yang seharusnya tidak kupikirkan di saat seperti ini. Penasaran, bagaimana rasanya... Pemikiran itu segera terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)
Action[Beberapa bagian di PRIVATE] Katanya takdir akan membawamu? Tapi bagaimana kalau kau ditakdirkan menjadi seorang mata-mata? Mendadak kehidupan Elise yang tenang berubah drastis, saat keluarganya berada ditengah-tengah bahaya. Elise memutuskan menjad...